Kisah Ranggawarsita, Pujangga Sakti yang Ramal Pemimpin Indonesia dari Masa ke Masa

Senin, 18 Desember 2023 - 14:30 WIB
loading...
Kisah Ranggawarsita, Pujangga Sakti yang Ramal Pemimpin Indonesia dari Masa ke Masa
Kisah Ranggawarsita, pujangga besar yang mengungkap konsep kepemimpinan masa depan Nusantara atau Indonesia. Foto/Ist
A A A
Kisah Ranggawarsita , seorang pujangga sakti yang meramal pemimpin Indonesia dari masa ke masa menarik untuk diulas. Pujangga yang dikenal dengan nama Raden Ngabehi Ranggawarsita sempat mengungkapkan tentang konsep kepemimpinan masa depan Nusantara atau Indonesia.

Ranggawarsita yang lahir pada masa kejayaan Pakubuwono IV (Keraton Solo) membagi sejumlah tipologi pemimpin yang akan memerintah rakyat Nusantara atau Indonesia.

Namun, sebelum mengulas lebih dalam tentang ramalan pemimpin Indonesia dari masa ke masa, penting juga diketahui salah satu syair karya Ranggawarsita yang terkenal dan dianggap masih relevan adalah sebagai berikut:

"Amenangi zaman édan, Ewuhaya ing pambudi, Mélu ngédan nora tahan, Yén tan mélu anglakoni, Boya keduman mélik, Kaliren wekasanipun, Ndilalah kersa Allah, Begja-begjaning kang lali, Luwih begja kang éling klawan waspada."

Dalam Bahasa Indonesia Kidung Sinom, artinya kurang lebih sebagai berikut:

"Menyaksikan zaman edan, Tidaklah mudah untuk dimengerti, Ikut edan tidak sampai hati, Bila tidak ikut, Tidak kebagian harta, Akhirnya kelaparan, Namun kehendak Tuhan, Seberapapun keberuntungan orang yang lupa, Masih untung (bahagia) orang yang (ingat) sadar dan waspada."



Diduga, syair ini diciptakan pada era pemerintahan Pakubuwono IX. Syair yang termuat dalam Serat Kalatida, dan terdiri atas 12 bait yang diduga merupakan ungkapan kekesalan hati Ranggawarsita, terhadap situasi masa itu. Di mana banyak penjilat yang mencari keuntungan pribadi.

Saat kitab Zaman Edan yang terkenal itu ia tuliskan, Ranggawarsita menyebut ada tujuh gaya kepemimpinan nasional yang akan melewati perjalanan sejarah kekuasaan di Nusantara.

Dalam hal ini rakyat Nusantara yang paling merasakan seperti apa perbedaan gaya kepemimpinan nasional itu satu sama lain. Ranggawarsita merupakan cucu dari Yasadipura II.

Terlahir dengan nama Bagus Burhan pada tahun 1802 dan wafat 1873, Ranggawarsita tersohor sebagai pujangga besar Kasunanan Surakarta. Ranggawarsita saat muda juga pernah menjadi santri Kiai Ageng Kasan Besari, Ponorogo, Jawa Timur.

Lantas apa saja ramalan pujangga Jawa Ranggawarsita terkait tipologi kepemimpinan Nusantara, berikut rinciannya:

1. Pemimpin Satria Kinunjara Murwa Kuncara

Tipologi kepemimpinan ini dikaitkan dengan Presiden pertama RI Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno. Soekarno sebelum menjadi Presiden Indonesia, pernah mengalami masa keluar masuk penjara.

Ia pernah menghirup pengapnya udara penjara Sukamiskin. Pada masa kolonial Belanda, Bung Karno juga pernah dihukum buang ke luar Jawa.

“Selepas dari penjara ia berhasil membawa Indonesia memasuki dunia merdeka, merdeka dari kolonialisme dan imperialisme,” demikian yang tertulis dalam buku Dunia Spiritual Soeharto (2007).

2. Pemimpin Satria Mukti Wibawa Kesandhung Kesampar

Tipe pemimpin ini dikaitkan dengan Presiden Soeharto. Semasa menjadi presiden Pak Harto banyak dinilai sebagai pemimpin yang mukti wibawa, makmur dan berwibawa.

Soeharto memerintah Indonesia selama 32 tahun tanpa ada yang berani melawannya. Tidak menyangka pada tahun 1998 yang kemudian dikenang sebagai orde reformasi, Soeharto lengser keprabon.

Sebuah situasi politik yang tidak diinginkan, termasuk oleh keluarga dan para loyalisnya. Dalam peristiwa itu Pak Harto diibaratkan berada pada situasi kesandhung dan kesampar.

3. Pemimpin Satria Jinumput Sumela Atur

Tipologi pemimpin ini merujuk pada Presiden BJ Habibie. Yakni pemimpin yang naik tahta bukan karena pilihan rakyat, melainkan dipungut (jinumput) begitu saja. “Ini seakan-akan mengisi kekosongan, hanya sumela atur”.

4. Pemimpin Satria Lelana Tapa Ngrame

Inilah pemimpin yang mengembara yang juga diibaratkan wuta ngideri jagat. Ramalan tipologi pemimpin ini merujuk pada KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Gus Dur memiliki keterbatasan penglihatan, namun melalui perjalanan keliling dunianya, Gus Dur mampu meyakinkan eksistensi Indonesia di depan negara-negara lain di dunia.

5. Satria Piningit Hamong Tuwuh

Pemimpin yang dimaksudkan adalah tokoh yang sebelumnya sembunyi dan akhirnya keluar dari pertapaan. Ia bisa seorang ratu atau raja yang mendapat legitimasi luas karena hamong tuwuh dari keturunannya.

Pemimpin ini menjadi simbol penderitaan dari orde sebelumnya. Karenanya begitu muncul mendapat dukungan luas dari publik. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pemimpin ini akan mengantarkan Nusantara ke gapura pembuka zaman keemasan.

6. Pemimpin Satria Boyong Pambukaning Gapura

Pemimpin ini diterjemahkan yang akan menjembatani ke arah kemakmuran. Ia seorang negarawan tanpa pamrih. Ia yang meletakkan fondasi kenegaraan baru dan diibaratkan membuka gapura sekaligus menggelar tikar. Kendati demikian ia tidak sampai menduduki tikar yang digelar tersebut.

7. Pemimpin Satria Pinandita Sinisihan Wahyu

Ini adalah tipe pemimpin yang berjiwa dan bersemangat religius kuat. Kehadiran pemimpin ini sangat ditunggu-tunggu. Pemimpin Satria Pinandita Sinisihan Wahyu diyakini mampu membawa rakyat Nusantara atau Indonesia pada kemakmuran dan kesejatian bangsa.

Demikian ulasan tentang ramalan Ranggawarsita terkait konsep kepemimpinan Nusantara atau Indonesia dari masa ke masa.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4154 seconds (0.1#10.140)