Cerita Siman dan Besowo, Desa Suci di Kediri yang Dijaga Harimau Siluman
loading...
A
A
A
KEDIRI - Pada masa Dewi Kilisuci memilih menjadi pertapa di Gua Selomangleng daripada menggantikan tahta Raja Airlangga, terdapat dua desa di wilayah Kediri, Jawa Timur yang terkenal aman dan tentram.
Dua desa itu adalah Desa Siman dan Desa Besowo, yakni saat ini berada di wilayah Kepung Kabupaten Kediri.
Siman dan Besowo merupakan desa yang bersih dari kejahatan manusia. Senantiasa terhindar dari praktik molimo (mabok, madon, madat, maling dan main) dan semua tindak kejahatan lainnya.
Semua itu berawal dari adanya larangan praktik kejahatan dari dua orang pandhita perjaka kakak adik yang tersohor kesaktiannya. Barang siapa yang berani berbuat jahat di Desa Siman dan Desa Besowo maka akan diterkam harimau peliharaan sang pandhita.
“Jika ada orang yang melanggar larangan tersebut, seketika dia akan mati karena dimangsa harimau,” demikian dikutip dari buku Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan (2021).
Nyaris seluruh warga desa Siman dan Besowo menaati larangan itu. Mereka percaya akan tertimpa celaka jika berani melanggar. Sebab setiap kali ada perselingkuhan atau pencurian, tidak sampai tiga hari pelaku ditemukan mati diterkam harimau.
Desa Siman dan Desa Besowo secara topografis berada tidak jauh dari kawasan sungai atau kali Serinjing. Sebuah punden kuno ditemukan di Dusun Bogorpradah Desa Siman.
Punden yang berada di bawah pohon pule itu diyakini dulunya permukiman kuno di mana di sekitarnya banyak ditemukan artefak.
Sementara dengan banyaknya kejadian pelaku kejahatan mati dimangsa harimau di Desa Siman dan Besowo, semua orang takut berbuat jahat atau melakukan pelanggaran moral.
Dalam perjalanannya lantaran saking kuatnya bertirakat (tapa), dua pandhita kakak adik itu moksa dan hanya meninggalkan sepotong celana dan baju. Meski demikian larangan tidak melakukan kejahatan tetap dipatuhi warga desa.
Dalam Kisah Brang Wetan disebutkan, hingga tahun 1911 Desa Siman dan Besowo tercatat sebagai desa yang aman dan tenteram. Nyaris tidak pernah terjadi tindak kejahatan atau pelanggaran moral.
Para pelaku kejahatan di luar kedua desa itu juga gentar. Mereka tak ingin mati tragis dimangsa harimau. Selain harimau betulan, di Desa Siman dan Besowo juga terdapat cerita adanya harimau siluman atau jadi-jadian.
Ceritanya, sebelum moksa pandhita sakti kakak beradik itu membuat sebuah arca harimau jantan sebesar gajah. Dari lubang hidung dan dubur arca harimau mengeluarkan air.
Konon, air itu bertuah. Barang siapa yang meminum air yang keluar dari dubur arca, maka akan menjelma menjadi seekor harimau siluman. Harimau itu yang menjaga desa dari tindak kejahatan.
Untuk kembali menjadi manusia, si harimau siluman cukup meminum air dari hidung arca. Sebagian besar warga Desa Siman dan Desa Besowo mempercayai mitos itu.
Disebutkan dalam Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan, arca harimau itu masih ada. Hanya saja dari lubang hidung dan duburnya sudah tidak lagi mengalirkan air.
Dua desa itu adalah Desa Siman dan Desa Besowo, yakni saat ini berada di wilayah Kepung Kabupaten Kediri.
Siman dan Besowo merupakan desa yang bersih dari kejahatan manusia. Senantiasa terhindar dari praktik molimo (mabok, madon, madat, maling dan main) dan semua tindak kejahatan lainnya.
Semua itu berawal dari adanya larangan praktik kejahatan dari dua orang pandhita perjaka kakak adik yang tersohor kesaktiannya. Barang siapa yang berani berbuat jahat di Desa Siman dan Desa Besowo maka akan diterkam harimau peliharaan sang pandhita.
“Jika ada orang yang melanggar larangan tersebut, seketika dia akan mati karena dimangsa harimau,” demikian dikutip dari buku Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan (2021).
Nyaris seluruh warga desa Siman dan Besowo menaati larangan itu. Mereka percaya akan tertimpa celaka jika berani melanggar. Sebab setiap kali ada perselingkuhan atau pencurian, tidak sampai tiga hari pelaku ditemukan mati diterkam harimau.
Desa Siman dan Desa Besowo secara topografis berada tidak jauh dari kawasan sungai atau kali Serinjing. Sebuah punden kuno ditemukan di Dusun Bogorpradah Desa Siman.
Punden yang berada di bawah pohon pule itu diyakini dulunya permukiman kuno di mana di sekitarnya banyak ditemukan artefak.
Sementara dengan banyaknya kejadian pelaku kejahatan mati dimangsa harimau di Desa Siman dan Besowo, semua orang takut berbuat jahat atau melakukan pelanggaran moral.
Dalam perjalanannya lantaran saking kuatnya bertirakat (tapa), dua pandhita kakak adik itu moksa dan hanya meninggalkan sepotong celana dan baju. Meski demikian larangan tidak melakukan kejahatan tetap dipatuhi warga desa.
Dalam Kisah Brang Wetan disebutkan, hingga tahun 1911 Desa Siman dan Besowo tercatat sebagai desa yang aman dan tenteram. Nyaris tidak pernah terjadi tindak kejahatan atau pelanggaran moral.
Para pelaku kejahatan di luar kedua desa itu juga gentar. Mereka tak ingin mati tragis dimangsa harimau. Selain harimau betulan, di Desa Siman dan Besowo juga terdapat cerita adanya harimau siluman atau jadi-jadian.
Ceritanya, sebelum moksa pandhita sakti kakak beradik itu membuat sebuah arca harimau jantan sebesar gajah. Dari lubang hidung dan dubur arca harimau mengeluarkan air.
Konon, air itu bertuah. Barang siapa yang meminum air yang keluar dari dubur arca, maka akan menjelma menjadi seekor harimau siluman. Harimau itu yang menjaga desa dari tindak kejahatan.
Untuk kembali menjadi manusia, si harimau siluman cukup meminum air dari hidung arca. Sebagian besar warga Desa Siman dan Desa Besowo mempercayai mitos itu.
Disebutkan dalam Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan, arca harimau itu masih ada. Hanya saja dari lubang hidung dan duburnya sudah tidak lagi mengalirkan air.
(ams)