Jabar Butuh Pemimpin Religius dan Pemersatu

Kamis, 12 Oktober 2017 - 19:06 WIB
Jabar Butuh Pemimpin Religius dan Pemersatu
Jabar Butuh Pemimpin Religius dan Pemersatu
A A A
BANDUNG - Sosok pemimpin Jawa Barat pascaberakhirnya kepemimpinan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar tak bisa ditebak. Namun, kalangan ulama berharap, gubernur/wakil gubernur Jabar yang baru nanti merupakan sosok pemimpin religius dan pemersatu.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar Rafani Achyar mengatakan, masyarakat Jabar dikenal sebagai masyarakat yang religius. Karenanya, pemimpinnya pun harus religius. Menurut Rafani, karakter pemimpin yang religius atau agamis itu memiliki empat indikator, yakni sidik, amanah, tablig, dan fatanah.

"Sidik berarti bersih, benar, baik perbuatan dan perkataannya," sebut Rafani di Bandung, Kamis (12/10/2017).

Indikator kedua, yakni amanah. Artinya, pemimpin Jabar ke depan harus mampu menjaga kepemimpinan yang diembannya sebaik mungkin. Sebab, jabatan gubernur/wakil gubernur Jabar sejatinya merupakan amanat dari Tuhan.

Selanjutnya, pemimpin Jabar ke depan juga harus tablig, yakni memiliki kemampuan yang baik, terutama dalam menyampaikan setiap gagasan untuk kebaikan bersama.

"Terakhir fatanah yang artinya cerdas. Ini (kecerdasan) sangat diperlukan. Kalau pemimpin tidak cerdas akan repot," ujar Rafani.

Rafani pun berharap, sosok gubernur/wakil gubernur Jabar yang baru nanti merupakan sosok berpengalaman di bidang pemerintahan agar berbagai persoalan yang muncul dapat diselesaikan dengan baik. "Idealnya memang orang yang berpengalaman di pemerintahan," tegas Rafani.

Tidak hanya itu, Rafani juga menyebut, sosok pemimpin pemersatu sangat dibutuhkan masyarakat Jabar saat ini. Menurutnya, polarisasi kemajemukan masyarakat Jabar kini makin terlihat.

"Kalau hanya yang membela golongan tertentu, enggak akan memecahkan masalah. Polarisasi sudah nampak, terkait agama, pemikiran, bahkan strata," jelasnya.

Jika seluruh aspek itu terpenuhi, Rafani yakin pemimpin Jabar ke depan akan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola pemerintahan.

Terpisah, Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Huda Al Khudori Kota Cimahi KH Muhammad Nurzen Khudori sepakat dengan kriteria pemimpin ideal tersebut. Bahkan, Khudori bersyukur, sosok agamis menjadi indikator utama dalam memilih cagub/cawagub Jabar.

Menurut Khudori, sosok pemimpin agamis, salah satunya tercermin dari sosok berlatar belakang pesantren. Bahkan, dia berharap sosok pemimpin Jabar ke depan berlatar belakang sama dengan dirinya. "Ya tentu saya sangat senang jika punya pemimpin dari kalangan pesantren," katanya.

Khudori menolak anggapan bahwa sosok santri atau ulama hanya cocok mengurusi pesantren saja. Apalagi, keikutsertaan dalam dunia politik juga sesuai dengan kiprah Rasulullah yang menjadi pemimpin pemerintahan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9800 seconds (0.1#10.140)