Kisah Kesaktian Pangeran Diponegoro Kebal Peluru hingga Mengutuk Pengkhianat

Jum'at, 27 Oktober 2023 - 06:23 WIB
loading...
Kisah Kesaktian Pangeran Diponegoro Kebal Peluru hingga Mengutuk Pengkhianat
Potret sosok Pangeran Diponegoro. Foto/Istimewa
A A A
Pangeran Diponegoro pahlawan yang memiliki kesaktian. Hal ini karena kedekatannya kepada sang pencipta, termasuk beberapa kali tindakan bertapanya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Konon sang pangeran juga bisa menjatuhkan kutukan kepada siapa pun, yang tidak menepati janji, atau yang berkhianat.Hal ini sudah terkenal luas di kalangan masyarakat kala itu.

Bahkan barang-barang milik pribadinya, seperti tongkat ziarah bergagang besi ukir berbentuk cakra (cakram), seperti menyerupai lambang senjata Dewa Wisnu, yang disebut Kiai Cakra, juga dianggap keramat dan punya kekuatan supernatural.



Begitulah, Pangeran seorang pribadi yang tidak boleh dianggap enteng, seorang pribadi yang kuat secara rohani dan mumpuni dalam seni mistik Jawa.

Dikisahkan pada “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 – 1855” dari Peter Carey disebutkan, kepercayaan rakyat kebanyakan pada kekuatan spiritualnya juga meluas sampai ke medan tempur.

Pangeran dianggap tak mempan peluru. Bahkan sang pangeran pernah tertembak sampai dua kali dalam pertempuran di Gawok, pada 15 Oktober 1826. Tetapi ketika diperiksa di tubuhnya tidak terlihat ada bekas luka tembak.

Bahkan Belanda yang tidak percaya akan kekebalan tubuh Pangeran Diponegoro terhadap peluru, dalam tulisan-tulisan Belanda, bahkan sampai ada spekulasi bahwa Sang Pangeran kemungkinan mengenakan pakaian tempur dari besi.



Kesaktian Pangeran Diponegoro diakui oleh salah satu trah keturunan Pangeran Diponegoro yang tergabung dalam Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi).

Sekretaris Umum Patra Padi Pandu Setyawan menjelaskan, Pangeran Diponegoro memang orang yang memiliki kekuatan magis. Hal ini terjadi ketika Pangeran Diponegoro bertengkar dengan teman kecilnya Patih Danurejo 3.

”Versi Babad Gondokusumo digampar pakai kursi, dan kursinya kursi zaman dulu kursi jati, berat jatinya, berat kursinya, tapi itu bisa dilemparkan ke Patih Danurejo 3,” ucap Pandu Setyawan.

Hal ini menandakan adanya kesaktian dari sang pangeran, mengingat kursi dari kayu jati yang berat itu dengan mudahnya diangkat dan dilemparkan ke Patih Danurejo 3.

Tetapi karena sang patih juga memiliki kesaktian, maka ia juga tak mengalami luka sama sekali, meski pada akhirnya Patih Danurejo 3 malu dengan tamu-tamu yang lain.

”Pangeran Diponegoro ini bukan orang kosongan ya dalam artian punya kesaktian, artinya yang gampar orang sakti, yang digampar juga orang sakti, sama-sama orang sakti, Patih Danurejo ya nggak mengalami luka, tapi malunya tujuh turunan,” kata dia.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2134 seconds (0.1#10.140)