Kisah Pangeran Diponegoro Berguru ke Kiai Guru Taptojani dan Ponpes Tegalrejo

Kamis, 26 Oktober 2023 - 06:12 WIB
loading...
Kisah Pangeran Diponegoro Berguru ke Kiai Guru Taptojani dan Ponpes Tegalrejo
Pangeran Diponegoro merupakan sosok pahlawan dengan ketaatan beragama Islam. Foto/SINDOnews
A A A
YOGYAKARTA - Pangeran Diponegoro merupakan sosok pahlawan dengan ketaatan beragama Islam. Sosoknya sejak kecil memang dididik oleh keluarga dengan pendidikan agama Islam yang tinggi.

Hal ini ditambah kedekatannya dengan beberapa ulama dan kesenangannya nyantri di beberapa para tokoh ulama, salah satunya adalah Kiai Taptojani.

Sesuai arahan nenek buyutnya Ratu Ageng, pendidikan yang diterima Diponegoro lebih memberi perhatian pada gaya pesantren formal atau sekolah agama berasrama, dengan cara menetap di pesantren ternama seperti Melangi yang diasuh Kiai Guru Taptojani.



Kemudian mendatangi ulama di Tegalrejo untuk belajar Al Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.Model pendidikan macam itulah yang kemudian juga diterapkan Pangeran Diponegoro bagi anak-anaknya sendiri.

Setidaknya ada empat putra Pangeran Diponegoro yang lahir di Tegalrejo, dan di pengasingan memperoleh pendidikan pesantren dan menjadi para Muslim yang taat, sebagaimana dikisahkan dari Peter Carey “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 – 1855”.

Dari sumber-sumber Jawa, dapat diperoleh gambaran tentang ragam teks bacaan selama Pangeran belajar di Tegalrejo.

Di antara karya-karya Islam yang jadi favoritnya adalahKitab Tuhfah, berisi ajaran sufisme tentang “tujuh tahap eksistensi” yang sangat laku di kalangan orang Jawa dalam perenungan, tentang Tuhan dunia dan tempat manusia di dalamnya.



Pangeran juga akrab dengan traktat-traktat tentang teologi mistik Islam, seperti Usul dan Tasawuf, dan juga syair-syair mistik Jawa seperti suluk. Sejarah para Nabi (Serat Anbiya) dan Tafsir Quran, ikut menjadi bagian dari kurikulum sastranya.

Begitu pula karya- karya didaktik filsafat politik Islam sepertiSirat as-salāțindanTāj as-salatin. Bidang lain yang juga mendapat perhatian khusus Diponegoro tampaknya adalah hukum Islam yakniTaqrib, Lubab al-fiqh, Muharrar,danTaqarrub(suatu komentar tentang Taqrib)

Ia di kemudian hari mengatakan dengan bangga koleksi buku-buku hukum Islam-Jawa-nya yang disimpan oleh seorang temannya di Yogya selama Perang Jawa.

Kenyataan itulah yang dapat menjelaskan kenapa Diponegoro kemudian sangat kritis terhadap reformasi hukum 1812 yang diberlakukan oleh pemerintah Inggris (1811- 16), yang memangkas kewenangan pengadilan agama Jawa.

Karya-karya tentang hukum Islam, teologi mistik, tata bahasa dan tafsir Quran tampaknya telah digunakan secara umum dalam pengajaran dalam pesantren-pesantren Jawa masa itu.

Hal itu juga membuat minat khusus Pangeran Diponegoro dalam karya-karya tentang hukum Islam barangkali tidak terlalu istimewa dalam konteks pendidikan pesantren pada masa itu.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1878 seconds (0.1#10.140)