Tertimpa Batu, 5 Mahasiswa ITB Luka Parah, Seorang Kehilangan Jari
A
A
A
BANDUNG - Musibah menimpa lima mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (22/7/2017) sekitar pukul 15.00 WIB. Korban menderita luka-luka akibat kejatuhan batu-batu alam yang menempel di dinding berukuran sekitar 15-20 sentimeter (cm) yang terlepas di Gedung Center of Art Design and Language (CADL), kampus ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung.
Informasi yang dihimpun SINDONews, saat peristiwa itu terjadi, kampus ITB sedang ramai oleh mahasiswa dan wisudawan serta keluarganya. Mereka memadati gedung CADL, ITB. Entah apa sebabnya, tiba-tiba batu-batu alam yang menempel di dinding pojok gedung terlepas lalu menimpa sejumlah mahasiswa jurusan Desain Interior ITB angkatan 2014.
Akibat kejadian itu, terdapat lima mahasiswa yang terkena musibah. Salah satu mahasiswa, Litha, harus kehilangan jari manis sebelah kiri. Potongan jari manis Litha yang putus, ditemukan kemudian. Selain itu Litha juga mengalami lecet-lecet.
“Sewaktu saya menjenguk, Litha dalam kondisi sadar tetapi hanya bisa menangis,” kata Bambang Setia Budi dari Lembaga Kemahasiswaan ITB dalam laporan tertulisnya yang disampaikan kepada Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Prof Bermawi Priyatna Iskandar MSc; Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Organisasi ITB Prof Irawati MS; dan Sekretaris Bidang Kesejahteraan dan Pengembangan Karakter pada Lembaga Kemahasiswaan ITB Dr Eng Sandro Mihradi.
Korban kedua, Angelica mengalami luka ringan kaki dan tangannya dan sudah pulang setelah mendapatkan perawatan medis. Kemudian, Annisa Arida yang mengalami retak tengkorak kepala akibat tertimpa batu alam yang terlepas dari dinding.
Selanjutnya, Dafina Mazaya menderita luka lecet di punggung akibat kejatuhan batu. “Dafina sempat sadar ada yang runtuh saat serpihan batu berjatuhan. Saat berlari menghindar, batu-batu makin banyak berjatuhan. Satu batu besar nimpa punggungnya,” ujar dia.
Korban kelima, Agniatun Nissa paling parah. Batu alam mengenai kepala Agniatun. Saat ini, korban dalam kondisi tidak sadar. Kemungkinan kepalanya terluka parah akibat kejatuhan batu. “Saat ini sedang di-scan,” tutur Bambang.
“Dalam pengamatan saya, jatuhnya batu-batu itu karena tidak menempel dengan baik ke bidang beton dan kolom-kolomnya. Ini ada kesalahan teknis dalam pengerjaan dan mungkin juga dalam speknya. Mestinya, menempelkan batu tidak begitu saja ke beton yang sudah kering dan dalam kondisi mulus. Harusnya dibuat tidak rata atau diberikan angkur atau besi-besi beton sehingga merekat,” tandas Bambang.
Setelah kejadian ini, pihak ITB harus secepatnya memasang ulang batu-batu tempel itu, baik yang telah jatuh maupun yang masih terpasang. Jika tidak, dikhawatirkan batu-batu di sisi tiang lain akan mengalami hal sama.
“Kami semua berduka dengan kejadian ini. Bahkan gedung CADL harus dievaluasi menyeluruh. Jika tidak, khawatir kejadian serupa berulang atau bahkan bisa lebih parah dari kondisi ini,” pungkas dia.
Direktur Humas dan Alumni ITB Samitha Dewi Djajanti membenarkan peristiwa itu. Namun bukan gedung CADL, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB yang ambruk seperti kabar yang beredar, melainkan sejumlah batu tempel yang menempel di dinding terlepas lalu menimpa sejumlah mahasiswa. “Ada sejumlah mahasiswa yang terluka. Korban kejatuhan batu yang terlepas dari dinding,” kata Shamita.
Kapolsek Coblong Kompol Kasmilan mengatakan, untuk sementara kasus ini masih dalam penyelidikan, terutama terkait kelalaian dalam pemasangan batu-batu temple di dinding yang terlepas sehingga mencelakai sejumlah mahasiswa. Para korban kini ditangani secara medis di RS Boromeus.
“Tetap akan kami minta konfirmasi. Terutama masalah kelalaian. Ini harus saya selidiki dulu Namun kami sementara menilai ini bukan suatu kesengajaan. Batu-batu tempel di tembok bangunan terlepas lalu menimpa sejumlah mahasiswa yang sedang istirahat, makan. Berdasarkan fakta di lapangan seperti itu. Kemungkinan biaya pengobatan korban ditanggung ITB,” kata Kasmilan kepada SINDONews melalui sambungan telepon, Sabtu (22/7/2017) malam.
Informasi yang dihimpun SINDONews, saat peristiwa itu terjadi, kampus ITB sedang ramai oleh mahasiswa dan wisudawan serta keluarganya. Mereka memadati gedung CADL, ITB. Entah apa sebabnya, tiba-tiba batu-batu alam yang menempel di dinding pojok gedung terlepas lalu menimpa sejumlah mahasiswa jurusan Desain Interior ITB angkatan 2014.
Akibat kejadian itu, terdapat lima mahasiswa yang terkena musibah. Salah satu mahasiswa, Litha, harus kehilangan jari manis sebelah kiri. Potongan jari manis Litha yang putus, ditemukan kemudian. Selain itu Litha juga mengalami lecet-lecet.
“Sewaktu saya menjenguk, Litha dalam kondisi sadar tetapi hanya bisa menangis,” kata Bambang Setia Budi dari Lembaga Kemahasiswaan ITB dalam laporan tertulisnya yang disampaikan kepada Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Prof Bermawi Priyatna Iskandar MSc; Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Organisasi ITB Prof Irawati MS; dan Sekretaris Bidang Kesejahteraan dan Pengembangan Karakter pada Lembaga Kemahasiswaan ITB Dr Eng Sandro Mihradi.
Korban kedua, Angelica mengalami luka ringan kaki dan tangannya dan sudah pulang setelah mendapatkan perawatan medis. Kemudian, Annisa Arida yang mengalami retak tengkorak kepala akibat tertimpa batu alam yang terlepas dari dinding.
Selanjutnya, Dafina Mazaya menderita luka lecet di punggung akibat kejatuhan batu. “Dafina sempat sadar ada yang runtuh saat serpihan batu berjatuhan. Saat berlari menghindar, batu-batu makin banyak berjatuhan. Satu batu besar nimpa punggungnya,” ujar dia.
Korban kelima, Agniatun Nissa paling parah. Batu alam mengenai kepala Agniatun. Saat ini, korban dalam kondisi tidak sadar. Kemungkinan kepalanya terluka parah akibat kejatuhan batu. “Saat ini sedang di-scan,” tutur Bambang.
“Dalam pengamatan saya, jatuhnya batu-batu itu karena tidak menempel dengan baik ke bidang beton dan kolom-kolomnya. Ini ada kesalahan teknis dalam pengerjaan dan mungkin juga dalam speknya. Mestinya, menempelkan batu tidak begitu saja ke beton yang sudah kering dan dalam kondisi mulus. Harusnya dibuat tidak rata atau diberikan angkur atau besi-besi beton sehingga merekat,” tandas Bambang.
Setelah kejadian ini, pihak ITB harus secepatnya memasang ulang batu-batu tempel itu, baik yang telah jatuh maupun yang masih terpasang. Jika tidak, dikhawatirkan batu-batu di sisi tiang lain akan mengalami hal sama.
“Kami semua berduka dengan kejadian ini. Bahkan gedung CADL harus dievaluasi menyeluruh. Jika tidak, khawatir kejadian serupa berulang atau bahkan bisa lebih parah dari kondisi ini,” pungkas dia.
Direktur Humas dan Alumni ITB Samitha Dewi Djajanti membenarkan peristiwa itu. Namun bukan gedung CADL, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB yang ambruk seperti kabar yang beredar, melainkan sejumlah batu tempel yang menempel di dinding terlepas lalu menimpa sejumlah mahasiswa. “Ada sejumlah mahasiswa yang terluka. Korban kejatuhan batu yang terlepas dari dinding,” kata Shamita.
Kapolsek Coblong Kompol Kasmilan mengatakan, untuk sementara kasus ini masih dalam penyelidikan, terutama terkait kelalaian dalam pemasangan batu-batu temple di dinding yang terlepas sehingga mencelakai sejumlah mahasiswa. Para korban kini ditangani secara medis di RS Boromeus.
“Tetap akan kami minta konfirmasi. Terutama masalah kelalaian. Ini harus saya selidiki dulu Namun kami sementara menilai ini bukan suatu kesengajaan. Batu-batu tempel di tembok bangunan terlepas lalu menimpa sejumlah mahasiswa yang sedang istirahat, makan. Berdasarkan fakta di lapangan seperti itu. Kemungkinan biaya pengobatan korban ditanggung ITB,” kata Kasmilan kepada SINDONews melalui sambungan telepon, Sabtu (22/7/2017) malam.
(mcm)