Kisah Karamah Kiai Kholil Bangkalan, Ulama Karismatik Guru Panutan Pendiri NU

Rabu, 27 September 2023 - 09:16 WIB
loading...
Kisah Karamah Kiai Kholil Bangkalan, Ulama Karismatik Guru Panutan Pendiri NU
Kiai Muhammad Kholil Bangkalan merupakan ulama karismatik dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Foto/Istimewa
A A A
MADURA - Kiai Muhammad Kholil Bangkalan merupakan ulama karismatik dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur yang dikenal dan diyakini memiliki sejumlah karamah. Kiai Kholil Bangkalan adalah putra dari KH Abdul Lathif.

Kiai yang hingga kini namanya masih dihormatil hingga kini lahir pada 27 Januari 1820 di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur dengan nama Muhammad Kholil

Kiai Kholil Bangkalanmerupakan guru dari KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Dalam perjalanan hidupnya, dia sempat belajar kepada Kiai Muhammad Nur di PondokPesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur tahun 1850.



Selepas Langitan, Kiai Kholil Bangkalan belajar ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan, kemudian ke Ponpes Keboncandi serta kepada Kiai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri. Selanjutnya Kiai Kholil Bangkalan menimba ilmu di Mekkah selama belasan tahun.

Saat berada di Mekkah, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia bekerja sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Setelah pulang ke tanah air, Kiai Kholil Bangkalan terkenal sebagai ahli Nahwu, Fiqih, Thariqat ilmu-ilmu lainnya.

Dia kemudian mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. Karena pulang dari Mekkah telah berumur lanjut, maka Kiai Kholil Bangkalan tidak turun langsung ke medan perang dan memberontak dengan senjata.

Namun dia mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasuhnya untuk berjuang melawan penjajah. Kiai Muhammad Kholil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda. Dia dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya.



Saat itu terlihat karamah Kiai Kholil Bangkalan membuat santri terkaget-kaget. Kompeni Belanda pun dibuat pusing dengan berbagai kejadian yang tidak bisa dimengerti. Dikisahkan saat itu seorang santri memohon agar Kiai Kholil Bangkalan memimpin doa tahlil di daerah Gresik.

Karena bersyukur permintaanya dikabulkan, maka santri tersebut menyembelih seekor sapi untuk shodaqoh. Namun santri tersebut kecewa saat pelaksanaan tahlil.

Sebab, Kiai Kholil Bangkalan hanya membaca Laa Illaha Illallah sebanyak tiga kali, serta ditutup dengan bacaan Muhammadurrasulullah lalu diakhiri doa. Tahlil berlangsung sangat singkat dan padat.

Karena penasaran, beberapa hari kemudian santri datang lagi menemui Kiai Kholil Bangkalan. Dia kemudian mengutarakan isi hatinya. ”Kyai, saya kan sudah menyembelih sapi, masak tahlil hanya tiga kali?” tanya santri tersebut.



Kemudian Kiai Kholil Bangkalan dengan tenang memberi jawaban. ”Kamu masih punya satu ekor yang lebih besar kan di rumah? Besok dibawa ke sini ya!”

Nah, keesokan harinya santri tersebut kembali lagi menghadap Mbah Kholil dengan menuntun seekor sapi berukuran besar. ”Besar juga ya sapi kamu, lebih besar daripada yang disembelih saat tahlilan kemarin,” kata Mbah Kholil sambil menepuk-nepuk sapi.

Santri tersebut tersenyum dan sedikit bangga mendengar pujian tersebut. Selanjutnya di depan para santri lainnya, Mbah Kholil meminta dibuatkan timbangan besar dari glugu (batang kelapa) dan dibawakan secarik kertas.

Setelah timbangan dari pohon kelapa telah jadi, sapi milik santri ditambatkan di sisi kiri. Timbangan pun timpang, berat sebelah.

Namun yang membuat takjub, Mbah Kholil kemudian menulis kalimat tahlil tiga kali dan kalimat muhammadurrasulullah, yang sama persis saat memimpin tahlil di kediaman santri tersebut. Kertas tersebut kemudian ditaruh di timbangan sebelah kanan.

Ajaibnya, timbangan jadi berat sebelah ke kanan. Sapi gemuk yang ada di sebelah kiri jadi kalah berat dengan selembar kertas yang ditulis Kiai Kholil Bangkalan. Semua santri yang menyaksikan terkaget-kaget.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1286 seconds (0.1#10.140)