Yudi Karyono, Tak Kenal Lelah Populerkan Egrang

Sabtu, 04 Februari 2017 - 07:02 WIB
Yudi Karyono, Tak Kenal Lelah Populerkan Egrang
Yudi Karyono, Tak Kenal Lelah Populerkan Egrang
A A A
YOGYAKARTA - Zaman telah berubah. Permainan tradisional yang jadi idola di masa lalu, menjadi barang asing bagi generasi masa kini yang akrab disebut Generasi Z. Kini, permainan tradisional itu tersisih. Jangankan disentuh, sekadar dilirik pun tidak.

Generasi saat ini sudah cukup addict dengan gadget. Bahkan, sejak balita, anak-anak sudah mengenal gadget. Akibatnya, permainan ala gadget pun yang akhirnya digandrungi daripada permainan tradisional

Salah satu permainan yang tersisih itu adalah egrang. Kini, sangat sulit ditemukan anak-anak bermain egrang. Bahkan, egrang seolah menjadi barang langka. Tapi beruntung, masih tetap ada yang peduli pelestariannya.

Adalah Yudi Karyono (53), warga Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, yang cukup prihatin dengan permainan egrang yang tenggelam oleh zaman. Ia pun tergugah kembali memperkenalkan permainan tradisional ini ke seluruh Indonesia.

"Fitur yang disediakan gadget lebih menarik. Jadi anak-anak saat ini lebih tertarik dengan gadget yang dimilikinya. Dapat dikatakan generasi saat ini merupakan generasi merunduk, karena telah terhipnotis oleh dunia gadget," katanya.

Ambisi besar Yudi Karyono kembali mengenalkan egrang dimulai pada Juni 2015. Tak tanggung-tanggung, ia memulai misinya dengan melakukan perjalanan menggunakan egrang dari Yogya menuju Jakarta.

Tujuannya tentu saja akan banyak orang melihat terutama anak-anak. Sehingga mereka kembali tertarik bermain egrang. Apalagi, bermain egrang punya banyak manfaat, terutama berguna untuk melatih keseimbangan otak kanan dan otak kiri.

Egrang milik Yudi sendiri memang berbeda dengan egrang biasa. Ia melakukan modifikasi khusus pada egrang yang digunakannya. Egrang setinggi hampir empat meter dan berat 7,5 kilogram tersebut dibuat dari bahan aluminium. Alasannya sederhana, mencari bambu dan kayu di kota bukanlah perkara mudah.

Pada bagian bawah egrang, Yudi memberi bantalan dari karet ban bekas agar tidak cepat aus. Sedangkan pada bagian pijakan kaki diberi sandal busa agar ia bisa nyaman saat berada di atasnya.

"Bagian bawah beri bantalan agar kalau dimainkan di dalam rumah tidak akan merusak lantai. Jadi tidak ada lagi alasan para orang tua melarang anak mereka bermain permainan tradisonal dengan alasan tidak punya halaman di rumahnya," tegasnya.

Yudi menawarkan egrang ciptaannya dengan harga Rp2 juta. Namun, jika pembeli sudah memiliki bahan baku, hanya akan kena charge untuk biaya las. "Pastinya jauh lebih murah," sambungnya.

Ambisi Yudi belum tuntas. Ia masih terus berencana mempromosikan permainan tradisional egrang kepada anak-anak. Ia juga berencana membuat 1.500 egrang untuk dibagikan ke sekolah-sekolah dan akan melakukan perjalanan dengan egrang dari Yogyakarta menuju Surabaya.

Andhika (26), salah satu warga Kota Yogya mengaku cukup familiar dengan permainan egrang. Meski begitu, ia mengaku tidak bisa memainkannya. "Sempat mencoba beberapa kali tapi susah menjaga keseimbangannya," kata dia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5187 seconds (0.1#10.140)