Galuh Dilanda Perang Pemberontakan, Kerajaan Pecah Jadi Dua

Senin, 10 Juli 2023 - 06:32 WIB
loading...
Galuh Dilanda Perang Pemberontakan, Kerajaan Pecah Jadi Dua
Perang hebat di tanah Sunda membuat Kerajaan Galuh akhirnya terpecah kembali akibat pemberontakan. Foto/Ilustrasi/@ainusantara
A A A
Perang hebat di tanah Sunda membuat Kerajaan Galuh akhirnya terpecah kembali. Penyebab peperangan itu tak lain karena Kerajaan Galuh sempat diserbu Ciung Wanara atau Manarah dari Tamperan yang tengah berkuasa sebagai raja Galuh.

Tamperan yang dalam penyerbuan ketika tengah menyabung ayam membuatnya ditawan. Pada malam Banga yang dibebaskan oleh pasukan Manarah mencoba membebaskan Tamperan dan permaisuri atau istrinya.

Hal ini diketahui beberapa prajurit yang sedang berjaga, hingga mendatangkan Manarah yang ada di dalam keraton. Raja Tamperan dan Permaisuri Pangrenyep melarikan diri dan dikejar pasukan Ciung Wanara sembari memasang panah.



Pada akhirnya raja dan permaisuri harus menyerah, atas anak panas yang menancap di punggungnya. Sedangkan Banga bertarung melawan Ciung Wanara dan akhirnya Banga harus mengalami kekalahan.

Berita kematian Tamperan dan istrinya didengar oleh Sanjaya yang pada waktu sudah memerintah di Kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah.

Sanjaya yang pernah berkuasa di Kerajaan Galuh mencoba mencari solusi gejolak di Kerajaan Galuh yang pernah ia pimpinnya, sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Pajajaran: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran".



Tentu menjadikan masalah semakin berlarut dan sulit dibendung, tetapi Ciung Wanara sebelumnya sudah mengantisipasi dengan mengumpulkan pasukan Indrapahasta di Wanagiri, Kuningan dan sekitarnya yang tergabung dalam barisan anti-Sanjaya.

Perang besar sesama keturunan Wretikandayun menewaskan banyak bala tentara. Tapi akhirnya perang bisa dilerai atas keberadaan Raja Resi Demunawan. Perdamaian tidak cuma-cuma, namun disertai beberapa perjanjian yang disepakati kedua belah pihak.

Poin kesepakatan perdamaian itu di antaranya Galuh tetap diserahkan kepada Manarah atau Ciung Wanara dan Sunda diserahkan kepada Banga. Dengan demikian, atas terjadinya perjanjian tahun 739 M, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang sudah menyatu di tahun 723 M hingga 739 M harus terbagi dua kembali.



Pada perjanjian tersebut juga ditetapkan bahwa Banga yang berposisi menjabat sebagai raja Galuh tetap berada di bawah pimpinan Kerajaan Sunda. Walaupun posisi ini kurang menguntungkan bagi Banga, tetapi ia menerima sebab Ciung Wanara memiliki sikap baik dan tidak berlaku semena-mena.

Agar perjanjian semakin erat, Manarah dan Banga dijodohkan dengan kedua cicit Demunawan. Ciung Wanara memiliki gelar Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana sedangkan Banga bergelar sebagai Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji Mulya.

Cerita ini ditulis dalam naskah tua dari Kabuyutan yang ada di Ciburuy, Bayongbong, Garut, yang ditulis pada abad ke-13 M hingga ke-14 M menceritakan bahwa Rakeyan Banga pernah membangun parit Pakuan.

Hal ini dilakukan guna persiapan dalam mengukuhkan diri sebagai raja yang merdeka sepenuhnya.

Perjuangan 20 tahun sebelum menjadi seorang raja telah diakui di sebelah barat Citarum dan lepas dari kedudukan sebagai raja bawahan Kerajaan Galuh pada tahun 739-783 M.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.3999 seconds (0.1#10.140)