BNPB Ungkap Penyebab Banjir Bandang di Luwu Utara

Senin, 20 Juli 2020 - 08:02 WIB
loading...
BNPB Ungkap Penyebab Banjir Bandang di Luwu Utara
Tim SAR gabungan membawa kantong jenazah korban banjir bandang diDesa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu (18/7). Tim SARgabungan telah menemukan korban meninggal dunia mencapai 36 orang. Foto/SINDOnews/Muchtamir Zaide
A A A
JAKARTA - Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati melaporkan, 36 orang meninggal dunia dan 15.994 orang terdampak banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, sementara 58 luka-luka dan 14.483 mengungsi.

Raditya mengemukakan, dari 14.483 jiwa atau 3.627 Kepala Keluarga (KK), mereka yang mengungsi terbagi di tiga kecamatan yakni Masamba 7.748 orang, Baebunta 5.808 orang, dan Sabbang 927 orang. “Di antara 14.483 orang terdampak adalah kelompok rentan; 2.530 lansia, 870 balita (142 bayi), dan 137 ibu hamil,” ungkap Raditya dalam konferensi pers penanganan banjir bandang Luwu Utara, Sulawesi Selatan di Media Center BNPB, Jakarta, kemarin.

Menurut dia, berdasarkan data yang diperoleh, penyebab banjir Luwu Utara karena alih fungsi lahan. Demikian sejarah atau histori dari kejadian perubahan pengalihan lahan yang belum ada galian, kemudian ada galian dan seterusnya serta ada beberapa yang sudah tertutup oleh vegetasi. Artinya sudah ada upaya untuk melakukan perbaikan lahan dan ini adalah data langsung yang didapatkan. (Baca: Indah Sebut yang Terjadi di Lutra Diduga Murni Bencana Alam)

“Mengapa banjir bandang Luwu Utara ini terjadi. Pertama, masalah curah hujan yang cukup tinggi. Kedua, peralihan fungsi lahan; yang ketiga, sejarah dalam patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di kawasan hulu lemah sehingga menyebabkan memudahkan dalam longsor,” ungkapnya.

Seperti diketahui, banjir bandang menerjang enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Senin (13/7/2020) lalu. Banjir setinggi 5 hingga 7,9 meter juga melanda ribuan warga dari 10 kecamatan, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kondisi ini sudah berlangsung hampir dua bulan, puncaknya terjadi Sabtu (18/7/2020).

Tim gabungan bersama petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan evakuasi warga menggunakan kapal-kapal karet ke dataran lebih tinggi. Tak sedikit pula sejumlah warga menyelamatkan diri menggunakan sampan maupun ban karet membawa keluarga menerobos ketinggian air mencari wilayah yang lebih aman. (Baca juga: Sanksi Baru AS Diharapkan beri Dampak Jangka Panjang pada Rezim Assad)

Basri, seorang warga, mengatakan kediamannya terendam banjir hingga 5 meter sehingga terpaksa mengungsi bersama warga lainnya. Basri berharap pemerintah segera melakukan penanganan serta membantu sandang-pangan bagi warga untuk kebutuhan hidup selama di tenda pengungsian.

Hingga berita ini diturunkan, sedikitnya 2.000 warga sudah berada di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan BPBD Kabupaten Wajo, yang dilengkapi dapur umum dan sarana MKCK.

Menurut warga, banjir kali ini lebih dahsyat dari biasanya yang hanya mencapai empat meter. Ketinggian air disebabkan meluapnya Sungai Walenae dan Danau Tempe karena hujan seharian dan banjir kiriman dari kabupaten tetangga. (Lihat videonya: Seorang Nenek Renta di Banyuasin Digugat Anak Sendiri Perihal Warisan)

Bupati Wajo Amran Mahmud mengatakan, banjir kali ini luar biasa hingga mencapai 7,9 meter. “Kali ini ketinggian air di atas rata-rata dan terparah, bahkan mencapai 7,9 meter,” katanya. (Binti Mufarida)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1670 seconds (0.1#10.140)