Pemerintah Indonesia Perkuat Kawasan ASEAN lewat Kerja Sama Ekonomi
loading...
A
A
A
BOGOR - Indonesia dipercaya memegang mandat Keketuaan ASEAN ke-43 selama satu tahun, terhitung sejak 1 Januari hingga 31 Desember 2023. Agar negara-negara ASEAN tumbuh dan sejahtera bersama, Indonesia perlu mendorong kerja sama ekonomi antar negara-anggota.
Fajar Hirawan, Kepala Departemen Ekonomi CSIS dalam diskusi yang digelar FMB9 secara daring pada Senin (6/2/2023) mengatakan, selama dan pasca pandemi Covid-19, masalah ketahanan pangan menjadi salah satu isu utama.
Menurut Fajar, Indonesia yang dipercaya memegang mandat Keketuaan ASEAN tahun ini harus mendorong kerja sama ekonomi antarnegara.
"Indonesia mesti menjunjung tinggi kerja sama ekonomi. Karena memang di masa pandemi dan pasca pandemi beberapa negara masih cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memperhatikan negara tetangga atau negara kawasan. Sangat penting kerja sama ekonomi internasional," kata Fajar.
Lanjut Fajar, ASEAN didirikan untuk menjaga anggotanya agar tumbuh bersama dan sejahtera bersama. Sejak 2015, kerja sama antarnegara ASEAN sangat baik. ASEAN memiliki potensi yang sangat besar tumbuh dan sejahtera bersama.
Namun pada masa pandemi dan pasca pandemi, menurutnya, masalah ketahanan pangan malah cenderung bergeser menjadi kedaulatan pangan. "Jadi jangan sampai isu seperti ini menjadi isu proteksi. Jangan dikedepankan karena akan jadi bumerang. Jangan sampai kita terkesan proteksionis," ujarnya.
Lebih lanjut Fajar menyampaikan bahwa ada tiga isu prioritas terkait upaya memperkuat kawasan ASEAN. Pertama bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan dengan meningkatkan daya saing. Kedua, terkait masalah digitalisasi dan ketiga masalah pembangunan berkelanjutan, terutama energi.
"Terkait masalah ketahanan pangan, ini isu yang di mana-mana menjadi prioritas. Apalagi di tengah disrupsi rantai pasok. Kedua, terkait ancaman iklim menjadi konsen. Ketiga yang sangat relevan adalah digitalisasi, bagaimana kita bisa kembangkan infrastruktur digital di kawasan," imbuhnya.
"Dalam hal isu digital, kita tahu bahwa Asean ini sangat potensial, meski di tengah badai PHK di beberapa perusahaan start-up di beberapa negara. Tapi saya rasa itu hanya penyesuaian pasar tenaga kerja yang memang perlu penyesuaian pasca pandemi. Jadi potensi ekonomi digital untuk kawasan Asia sangat tinggi," tambahnya.
Apalagi, lanjut dia, kawasan yang kuat dalam industri manufaktur. "Karena memang investasi yang masuk ke Asean itu kebanyakan masuk ke sektor industri manufaktur," imbuhnya.
Fajar juga mengakui adanya tantangan yang dihadapi kawasan ASEAN, baik internal pun kancah global yang mengancam stabilitas kawasan. "Jadi tantangannya terkait konflik geopolitik di Eropa (perang Rusia-Ukraina) dan potensi konflik antara China dan Taiwan.
"Jangankan konteks kawasan, Indonesia kalau bicara stabilitas ekonomi itu dipengaruhi oleh politik dan keamanan. Dalam konteks ASEAN. Stabilitas kawasan tetap dijaga, dalam hal ini konteks Myanmar," tuturnya.
Fajar Hirawan, Kepala Departemen Ekonomi CSIS dalam diskusi yang digelar FMB9 secara daring pada Senin (6/2/2023) mengatakan, selama dan pasca pandemi Covid-19, masalah ketahanan pangan menjadi salah satu isu utama.
Baca Juga
Menurut Fajar, Indonesia yang dipercaya memegang mandat Keketuaan ASEAN tahun ini harus mendorong kerja sama ekonomi antarnegara.
"Indonesia mesti menjunjung tinggi kerja sama ekonomi. Karena memang di masa pandemi dan pasca pandemi beberapa negara masih cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memperhatikan negara tetangga atau negara kawasan. Sangat penting kerja sama ekonomi internasional," kata Fajar.
Lanjut Fajar, ASEAN didirikan untuk menjaga anggotanya agar tumbuh bersama dan sejahtera bersama. Sejak 2015, kerja sama antarnegara ASEAN sangat baik. ASEAN memiliki potensi yang sangat besar tumbuh dan sejahtera bersama.
Baca Juga
Namun pada masa pandemi dan pasca pandemi, menurutnya, masalah ketahanan pangan malah cenderung bergeser menjadi kedaulatan pangan. "Jadi jangan sampai isu seperti ini menjadi isu proteksi. Jangan dikedepankan karena akan jadi bumerang. Jangan sampai kita terkesan proteksionis," ujarnya.
Lebih lanjut Fajar menyampaikan bahwa ada tiga isu prioritas terkait upaya memperkuat kawasan ASEAN. Pertama bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan dengan meningkatkan daya saing. Kedua, terkait masalah digitalisasi dan ketiga masalah pembangunan berkelanjutan, terutama energi.
"Terkait masalah ketahanan pangan, ini isu yang di mana-mana menjadi prioritas. Apalagi di tengah disrupsi rantai pasok. Kedua, terkait ancaman iklim menjadi konsen. Ketiga yang sangat relevan adalah digitalisasi, bagaimana kita bisa kembangkan infrastruktur digital di kawasan," imbuhnya.
"Dalam hal isu digital, kita tahu bahwa Asean ini sangat potensial, meski di tengah badai PHK di beberapa perusahaan start-up di beberapa negara. Tapi saya rasa itu hanya penyesuaian pasar tenaga kerja yang memang perlu penyesuaian pasca pandemi. Jadi potensi ekonomi digital untuk kawasan Asia sangat tinggi," tambahnya.
Apalagi, lanjut dia, kawasan yang kuat dalam industri manufaktur. "Karena memang investasi yang masuk ke Asean itu kebanyakan masuk ke sektor industri manufaktur," imbuhnya.
Fajar juga mengakui adanya tantangan yang dihadapi kawasan ASEAN, baik internal pun kancah global yang mengancam stabilitas kawasan. "Jadi tantangannya terkait konflik geopolitik di Eropa (perang Rusia-Ukraina) dan potensi konflik antara China dan Taiwan.
"Jangankan konteks kawasan, Indonesia kalau bicara stabilitas ekonomi itu dipengaruhi oleh politik dan keamanan. Dalam konteks ASEAN. Stabilitas kawasan tetap dijaga, dalam hal ini konteks Myanmar," tuturnya.
(don)