Rahmad Pribadi: Petrokimia Gresik Terus Bertranformasi
Jum'at, 10 Juli 2020 - 15:53 WIB
JAKARTA - Petrokimia Gresik perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia genap berusia 48 tahun. Direktur Utama Petrokimia Gresik , Rahmad Pribadi menyatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan kemungkinan terjadinya krisis pangan dan bencana kelaparan akibat pandemi COVID-19 .
Sehingga negara penghasil dan pengekspor produk pertanian akan cenderung membatasi kegiatan ekspor untuk menjaga stok pangan dalam negerinya. Dia menjelaskan, kondisi ini akan mengakibatkan supply shock yang pada akhirnya mendisrupsi rantai pasok pangan nasional. “Sudah menjadi tugas bersama untuk memastikan krisis pangan tidak boleh terjadi di tanah air,” ujar Rahmad saat menjadi Inspektur Upacara HUT ke-48 Petrokimia Gresik secara virtual di Jakarta, Jumat (10/7/2020). (Baca juga: Erick Thohir: Pemulihan Ekonomi 100% Baru Tercapai di 2022)
Dia menyatakan bahwa krisis ini ibarat pedang bermata dua yang selalu menghadirkan peluang dan tantangan. “Terganggunya rantai pasok global memberikan peluang bagi Petrokimia Gresik untuk meningkatkan ekspor,” ungkapnya. (Baca juga: 99 Anggota TNI di Pusdik Polisi Militer Dikabarkan Positif COVID-19)
Selama Maret hingga Juni 2020, terjadi lonjakan ekspor untuk produk Urea, NPK, NPS dan ZK. Bahkan di bulan Maret 2020, Petrokimia Gresik mencetak rekor dengan melakukan ekspor Urea sebanyak 33.000 ton ke Meksiko. Sehingga volume ekspor pupuk pada semester I tahun 2020 (253 ribu ton), hampir menyentuh volume ekspor sepanjang tahun 2019 (392 ribu ton).
“Ini sekaligus menjawab tantangan yang disampaikan Menteri BUMN bapak Ercik Thohir bahwa perusahaan negara harus bertransformasi menjadi perusahaan bertaraf internasional dan berdaya saing di pasar global,” terangnya.
Sedangkan, tantangan selama wabah COVID-19 ini adalah menjaga pertanian sebagai benteng ketahanan pangan nasional. Mencermati hal tersebut, Petrokimia Gresik merespons dengan meluncurkan inovasi terbaru, yaitu Phonska OCA yang merupakan gabungan pupuk majemuk NPK dengan pupuk organik dalam bentuk cair, serta diperkaya mikroba.
Produk ini sepenuhnya dengan 100% bahan baku dalam negeri. Sehingga disamping dapat meningkatkan produksi pertanian, juga mampu mengurangi ketergantungan pada sumber hara impor. “Bagi Petrokimia Gresik, peluncuran Phonska OCA merupakan bagian dari program transformasi untuk menandai masa depan baru bagi perusahaan dan pertanian tanah air,” terangnya.
Dia menambahkan bahwa dalam menghadapi tantangan di tengah wabah, Petrokimia Gresik memliki strategi untuk terus berkontribusi bagi ketahanan pangan nasional melalui penyediaan solusi bagi agroindustri menuju pertanian berkelanjutan. “Transformasi yang telah dijalankan Petrokimia Gresik sejak tahun 2019 kini tidak sekadar menjadi burning platform, tapi sudah menjadi katalisator,” ujar Rahmad.
Pada 2020 ini Petrokimia Gresik akan mulai bertransformasi dari single industry firm menjadi related diversified industry dengan meneruskan hilirisasi produk, melalui 3 (tiga) strategi, yaitu peningkatan kapasitas, rekonfigurasi pabrik, dan pengembangan produk baru.
Strategi peningkatan kapasitas akan dimulai dengan membangun pabrik AlF3. Pabrik baru ini menambah kapasitas produksi AlF3 menjadi dua kali lipat atau 25.000 ton per tahun. Pabrik ini mengolah limbah yang dihasilkan oleh pabrik Asam Sulfat menjadi bahan penolong untuk peleburan tembaga, sehingga akan mampu meningkatkan revenue.
Rahmad menyatakan usia ke-48 tahun ini juga menjadi milestone keberhasilan Petrokimia Gresik memproduksi Methyl Ester Sulfonate (MES), produk baru yang dikembangkan bekerjasama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB). MES adalah bio-degradable surfactant yang dapat digunakan di sektor migas untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). “Ini merupakan terobosan penting yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh pelaku industri minyak dan gas di Indonesia,” tandasnya.
Pada 2020 ini Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik Soda Ash dengan kapasitas 300 ribu ton. Pabrik ini nantinya akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan akan menjadi penopang penting dalam mendukung tumbuh kembangnya industri kaca dan deterjen dalam negeri. “Melalui program hilirisasi diharapkan Petrokimia Gresik semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional, serta memperkuat industri kimia nasional,” tandasnya.
Sehingga negara penghasil dan pengekspor produk pertanian akan cenderung membatasi kegiatan ekspor untuk menjaga stok pangan dalam negerinya. Dia menjelaskan, kondisi ini akan mengakibatkan supply shock yang pada akhirnya mendisrupsi rantai pasok pangan nasional. “Sudah menjadi tugas bersama untuk memastikan krisis pangan tidak boleh terjadi di tanah air,” ujar Rahmad saat menjadi Inspektur Upacara HUT ke-48 Petrokimia Gresik secara virtual di Jakarta, Jumat (10/7/2020). (Baca juga: Erick Thohir: Pemulihan Ekonomi 100% Baru Tercapai di 2022)
Dia menyatakan bahwa krisis ini ibarat pedang bermata dua yang selalu menghadirkan peluang dan tantangan. “Terganggunya rantai pasok global memberikan peluang bagi Petrokimia Gresik untuk meningkatkan ekspor,” ungkapnya. (Baca juga: 99 Anggota TNI di Pusdik Polisi Militer Dikabarkan Positif COVID-19)
Selama Maret hingga Juni 2020, terjadi lonjakan ekspor untuk produk Urea, NPK, NPS dan ZK. Bahkan di bulan Maret 2020, Petrokimia Gresik mencetak rekor dengan melakukan ekspor Urea sebanyak 33.000 ton ke Meksiko. Sehingga volume ekspor pupuk pada semester I tahun 2020 (253 ribu ton), hampir menyentuh volume ekspor sepanjang tahun 2019 (392 ribu ton).
“Ini sekaligus menjawab tantangan yang disampaikan Menteri BUMN bapak Ercik Thohir bahwa perusahaan negara harus bertransformasi menjadi perusahaan bertaraf internasional dan berdaya saing di pasar global,” terangnya.
Sedangkan, tantangan selama wabah COVID-19 ini adalah menjaga pertanian sebagai benteng ketahanan pangan nasional. Mencermati hal tersebut, Petrokimia Gresik merespons dengan meluncurkan inovasi terbaru, yaitu Phonska OCA yang merupakan gabungan pupuk majemuk NPK dengan pupuk organik dalam bentuk cair, serta diperkaya mikroba.
Produk ini sepenuhnya dengan 100% bahan baku dalam negeri. Sehingga disamping dapat meningkatkan produksi pertanian, juga mampu mengurangi ketergantungan pada sumber hara impor. “Bagi Petrokimia Gresik, peluncuran Phonska OCA merupakan bagian dari program transformasi untuk menandai masa depan baru bagi perusahaan dan pertanian tanah air,” terangnya.
Dia menambahkan bahwa dalam menghadapi tantangan di tengah wabah, Petrokimia Gresik memliki strategi untuk terus berkontribusi bagi ketahanan pangan nasional melalui penyediaan solusi bagi agroindustri menuju pertanian berkelanjutan. “Transformasi yang telah dijalankan Petrokimia Gresik sejak tahun 2019 kini tidak sekadar menjadi burning platform, tapi sudah menjadi katalisator,” ujar Rahmad.
Pada 2020 ini Petrokimia Gresik akan mulai bertransformasi dari single industry firm menjadi related diversified industry dengan meneruskan hilirisasi produk, melalui 3 (tiga) strategi, yaitu peningkatan kapasitas, rekonfigurasi pabrik, dan pengembangan produk baru.
Strategi peningkatan kapasitas akan dimulai dengan membangun pabrik AlF3. Pabrik baru ini menambah kapasitas produksi AlF3 menjadi dua kali lipat atau 25.000 ton per tahun. Pabrik ini mengolah limbah yang dihasilkan oleh pabrik Asam Sulfat menjadi bahan penolong untuk peleburan tembaga, sehingga akan mampu meningkatkan revenue.
Rahmad menyatakan usia ke-48 tahun ini juga menjadi milestone keberhasilan Petrokimia Gresik memproduksi Methyl Ester Sulfonate (MES), produk baru yang dikembangkan bekerjasama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB). MES adalah bio-degradable surfactant yang dapat digunakan di sektor migas untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). “Ini merupakan terobosan penting yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh pelaku industri minyak dan gas di Indonesia,” tandasnya.
Pada 2020 ini Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik Soda Ash dengan kapasitas 300 ribu ton. Pabrik ini nantinya akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan akan menjadi penopang penting dalam mendukung tumbuh kembangnya industri kaca dan deterjen dalam negeri. “Melalui program hilirisasi diharapkan Petrokimia Gresik semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional, serta memperkuat industri kimia nasional,” tandasnya.
(shf)
tulis komentar anda