Fenomena Embun Es di Gunung Bromo, Pengelola: Suhu Capai 2 Derajat Celcius

Senin, 25 Juli 2022 - 20:13 WIB
Fenomena embun es atau frost kembali muncul di kawasan Wisata Gunung Bromo di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).Foto/ist
PBOBOLINGGO - Fenomena embun es atau frost kembali muncul di kawasan Wisata Gunung Bromo di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Fenomena ini terjadi akibat adanya penurunan suhu udara yang cukup ekstrim.

Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Hubungan Masyarakat Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Syarif Hidayat menyatakan, satu ini suhu udara di kawasan TNBTS mencapai kisaran 2 - 6 derajat celcius. Dimana fenomena frost ini muncul bisa dijumpai di kawasan TNBTS dengan ketinggian 500 Mdpl ke atas.

Baca juga: Jatim Raih Provinsi Layak Anak, Ini Pesan Gubernur Khofifah



"Embun es ini terjadi saat pagi hari, sebelum matahari terbit di sekitar Bromo dan Ranu Pani," ungkapnya Syarif ditemui di Universitas Brawijaya Malang, pada Senin (25/7/2022)?

Menurutnya, fenomena embun es kerap kali terjadi pada rentang waktu Juli hingga Agustus. Bahkan fenomena ini terjadi hampir setiap tahun dalam bulan-bulan tersebut. Maka dari itu pihaknya mengimbau pengunjung untuk mempersiapkan diri di tengah dinginnya suhu udara di kawasan Gunung Bromo.

"Seiring dengan adanya fenomena ini BB TNBTS menghimbau agar pengunjung mempersiapkan baju hangat yang memadai, seperti jaket dan sarung tangan. Kemudian makanan, minuman, dan obat-obatan untuk mengantisipasi kebutuhan fisik," tuturnya.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso, Edythya Ferlani Wua mengatakan fenomena penurunan suhu itu hampir terjadi di seluruh Jawa Timur, yang disebabkan masuknya musim kemarau.

"Musim kemarau identik dengan hawa dingin karena angin timuran yang berasal dari Australia membawa udara dingin melewati Indonesia," ungkapnya melalui pesan singkat, Senin (25/7/2022).

Selain itu, awan di langit lebih sedikit atau cenderung cerah. Sehingga Tidak ada penghalang udara ke permukaan bumi. "Sebab awan ini sebenarnya berperan sebagai selimut di langit," jelasnya.

Ferlani menyebut, setiap tahun pada bulan Juli suhu minimumnya rendah atau dingin. Kondisi itu biasanya berlangsung hingga bulan September. "Suhu ini bisa jadi lebih dingin ketika bulan Agustus, karena bulan Agustus diperkirakan puncak musim kemarau," pungkasnya.
(msd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content