Erick Thohir Perbaiki Musala di Lampung, Warga Tak Perlu Lagi Tarik Iuran Hasil Panen
Rabu, 10 November 2021 - 15:43 WIB
TANGGAMUS - Yayasan Erick Thohir terus bergerak membantu kebutuhan perbaikan sarana dan prasarana di desa-desa terpencil dan sulit terjangkau yang ada di Provinsi Lampung. Salah satunya, Musala di RT 03 RW 0I di Desa Sudimoro Induk, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Musala saat ini terlihat rapi, layak dan bersih. Tidak seperti dulu becek dan dan ukurannya yang kecil, hanya sekitar 4 meter luasnya. Ketiadaan fasilitas WC juga menjadi kendala utama, terutama untuk anak-anak. Akibatnya, setiap hari warga harus terbiasa mencium bau pesing di sekitar mushola.
“Kalau sudah hujan, becek jalan dan sekitar musala, enggak layaklah untuk ngaji,” ujar Gito, salah satu warga yang rumahnya tidak jauh dari musala, Rabu (10/11/2021).
Gito mengatakan, buruknya fasilitas mushola berdaya tampung 150 anak ini, sudah berlangsung sekian tahun. Warga, kata pria yang sehari-hari menjadi petani ini, bukannya tidak ingin memperbaiki musala yang sehari-hari menjadi balai pertemuan itu.
Desanya memiliki tradisi “narik iuran” pasca panen seiklasnya secara bergantian. Misalnya, saat ada yang butuh perbaikan, pihak musala akan mendatangi masyarakat desa yang sedang panen. Hasil sekali tarik bisa mencapai Rp 5 juta . Ironisnya, jumlah masjid dan musala yang butuh perbaikan cukup banyak. Terkadan sekali “narik iuran” bisa dilakukan oleh empat musala.
“Musala kami butuh WC dan tempat wudhu, tapi saat menarik iuran itu ga pernah kebagian giliran, keduluan masjid lain, jadi kita ini mengalah dulu. Kan kasihan (petani) kalau sudah ditarik, kita minta lagi,” katanya dengan haru.
Karena itu lanjut Gito, saat tim Yayasan Erick Tohir datang dan menawarkan bantuan material, warga menyambut antusias. Warga juga tidak keberatan dengan permintaan yayasan untuk mengerjakan pembangunan itu sendiri secara gotong royong. "Hari itu kumpul 60 warga untuk langsung mengerjakan sampai selesai," ucapnya semangat.
Samijo (56), pemilik tanah waqaf yang sekaligus jadi pengurus Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) di musala tersebut, Pendidikan yang dia kelola itu saat ini menampung anak-anak-anak dari dua desa, jumlahnya sekitar 70 siswa. Karena berbagai keterbatasan, mushala ini belum bisa menyediakan fasilitas yang layak bagi jamaah maupun bagi siswa TPA terutama toilet dan tempat wudhu.
“Saya sebenarnya sudah berencana membuat proposal dan datang mengetuk pintu warga agar menyisihkan hasil penjualan panen mereka untuk membantu pembangunan mushala dan fasilitas wudhu. Tapi belum sempat jalan dari pintu ke pintu, tiba-tiba datang uluran tangan dari anak-anak muda yang mengaku dikirim oleh Yayasan Erick Thohir," jelas Samijo. Baca: Jawa Timur Kekurangan Jumlah Kurator Produk UMKM Bersertifikat.
Musala saat ini terlihat rapi, layak dan bersih. Tidak seperti dulu becek dan dan ukurannya yang kecil, hanya sekitar 4 meter luasnya. Ketiadaan fasilitas WC juga menjadi kendala utama, terutama untuk anak-anak. Akibatnya, setiap hari warga harus terbiasa mencium bau pesing di sekitar mushola.
“Kalau sudah hujan, becek jalan dan sekitar musala, enggak layaklah untuk ngaji,” ujar Gito, salah satu warga yang rumahnya tidak jauh dari musala, Rabu (10/11/2021).
Gito mengatakan, buruknya fasilitas mushola berdaya tampung 150 anak ini, sudah berlangsung sekian tahun. Warga, kata pria yang sehari-hari menjadi petani ini, bukannya tidak ingin memperbaiki musala yang sehari-hari menjadi balai pertemuan itu.
Desanya memiliki tradisi “narik iuran” pasca panen seiklasnya secara bergantian. Misalnya, saat ada yang butuh perbaikan, pihak musala akan mendatangi masyarakat desa yang sedang panen. Hasil sekali tarik bisa mencapai Rp 5 juta . Ironisnya, jumlah masjid dan musala yang butuh perbaikan cukup banyak. Terkadan sekali “narik iuran” bisa dilakukan oleh empat musala.
“Musala kami butuh WC dan tempat wudhu, tapi saat menarik iuran itu ga pernah kebagian giliran, keduluan masjid lain, jadi kita ini mengalah dulu. Kan kasihan (petani) kalau sudah ditarik, kita minta lagi,” katanya dengan haru.
Karena itu lanjut Gito, saat tim Yayasan Erick Tohir datang dan menawarkan bantuan material, warga menyambut antusias. Warga juga tidak keberatan dengan permintaan yayasan untuk mengerjakan pembangunan itu sendiri secara gotong royong. "Hari itu kumpul 60 warga untuk langsung mengerjakan sampai selesai," ucapnya semangat.
Samijo (56), pemilik tanah waqaf yang sekaligus jadi pengurus Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) di musala tersebut, Pendidikan yang dia kelola itu saat ini menampung anak-anak-anak dari dua desa, jumlahnya sekitar 70 siswa. Karena berbagai keterbatasan, mushala ini belum bisa menyediakan fasilitas yang layak bagi jamaah maupun bagi siswa TPA terutama toilet dan tempat wudhu.
“Saya sebenarnya sudah berencana membuat proposal dan datang mengetuk pintu warga agar menyisihkan hasil penjualan panen mereka untuk membantu pembangunan mushala dan fasilitas wudhu. Tapi belum sempat jalan dari pintu ke pintu, tiba-tiba datang uluran tangan dari anak-anak muda yang mengaku dikirim oleh Yayasan Erick Thohir," jelas Samijo. Baca: Jawa Timur Kekurangan Jumlah Kurator Produk UMKM Bersertifikat.
tulis komentar anda