Dyah Wiyat, Kisah Cinta Segitiga dan Perselingkuhan di Kerajaan Majapahit

Rabu, 27 Oktober 2021 - 05:00 WIB
Pada pemerintahan Jayanagara, Dyah Wiyat diangkat sebagai raja bawahan di Kadiri bergelar Rajadewi Maharajasa Bhre Daha. Foto/Ist
BANYAK kisah cinta yang menghiasi sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kepedihan dan kekuasaan kerap mewarnai tetesan airmata dan simpul senyum dalam cinta, hingga pada satu petang yang begitu gulita mewarnai Kerajaan Majapahit dengan kisah cinta segitiga yang melibatkan Dyah Wiyat.

Kekuasaan dan asmara selalu menjadi bumbu yang tak bisa dipisahkan dari kerajaan besar di Indonesia. Dyah Wiyat bukan orang biasa di Kerajaan Majapahit. Pada pemerintahan Jayanagara, Dyah Wiyat diangkat sebagai raja bawahan di Kadiri bergelar Rajadewi Maharajasa Bhre Daha.



Posisi ini terus dipegangnya sampai dia meninggal pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, keponakan sekaligus menantunya. Serta perannya yang tak tergantikan, termasuk dalam cerita panjang dan kemegahan Kerajaan Majapahit.





Dalam pemerintahan Hayam Wuruk, Rajadewi tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan mulia yang beranggotakan keluarga raja. Pertarungan kekuasaan memaksanya untuk tersingkir dalam lingkaran tahta. Perebutan pengaruh dan pewaris kerajaan yang selalu penuh dinamika.

Tidak dikenal dengan pasti kapan Rajadewi meninggal. Pararaton hanya menyebut kematiannya setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371. Rajadewi kemudian didharmakan di Adilangu, dengan candi bernama Purwawisesa.

t

Langit Kresna melalui Novel Gadjah Mada yang sudah ditulisnya menceritakan dengan detail sosok Dyah Wiyat atau Rajadewi Maha Rajasa yang merupakan putri kedua dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit dengan Putri Gayati.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More