Kota Semarang Diselimuti Udara Panas, Ini Penyebabnya
Kamis, 28 Mei 2020 - 11:27 WIB
SEMARANG - Suhu udara panas yang disertai dengan kelembapan udara tinggi menyebabkan kondisi udara di Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir ini lebih panas dibanding biasanya.
Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis W Harmoko menjelaskan, tingginya kelembapan udara menunjukkan banyaknya jumlah uap air yang terkandung pada udara. “Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap,” terang Iis Harmoko, Kamis (28/5/2020).(Baca juga : Bunyi Dentuman di Jateng Tak Bersumber dari Gempa )
Menurutnya, fenomena tersebut merupakan masa peralihan atau transisi. Sehingga membuat kondisi angin barat dan timur tidak stabil. “Tentu wajar jika masyarakat akhir-akhir ini merasakan gerah atas kondisi cuaca saat ini,” ungkapnya.
Pada masa transisi ini, lanjut dia, pertumbuhan awan masih ada dengan kelembaban tinggi tapi potensi hujannya tak begitu besar. Sehingga suasana yang dirasakan begitu gerah, terutama bagi masyarakat di wilayah pesisir. Oleh karena itu, pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan di masa pancaroba. Pasalnya, kondisi atau masa transisi perubahan musim akan mempengaruhi daya tahan tubuh.
Apalagi sejumlah wilayah di Jateng terpantau sudah mengalami pergantian musim dari penghujan memasuki musim kemarau.(Baca juga : BMKG Cek Suara Dentuman di Jateng yang Hebohkan Jagat Maya )
Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis W Harmoko menjelaskan, tingginya kelembapan udara menunjukkan banyaknya jumlah uap air yang terkandung pada udara. “Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap,” terang Iis Harmoko, Kamis (28/5/2020).(Baca juga : Bunyi Dentuman di Jateng Tak Bersumber dari Gempa )
Menurutnya, fenomena tersebut merupakan masa peralihan atau transisi. Sehingga membuat kondisi angin barat dan timur tidak stabil. “Tentu wajar jika masyarakat akhir-akhir ini merasakan gerah atas kondisi cuaca saat ini,” ungkapnya.
Pada masa transisi ini, lanjut dia, pertumbuhan awan masih ada dengan kelembaban tinggi tapi potensi hujannya tak begitu besar. Sehingga suasana yang dirasakan begitu gerah, terutama bagi masyarakat di wilayah pesisir. Oleh karena itu, pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan di masa pancaroba. Pasalnya, kondisi atau masa transisi perubahan musim akan mempengaruhi daya tahan tubuh.
Apalagi sejumlah wilayah di Jateng terpantau sudah mengalami pergantian musim dari penghujan memasuki musim kemarau.(Baca juga : BMKG Cek Suara Dentuman di Jateng yang Hebohkan Jagat Maya )
(nun)
tulis komentar anda