Pandemi COVID-19, UMKM Ini Justru Ekspor 2.160 Botol Sambal
Minggu, 27 Juni 2021 - 08:34 WIB
SURABAYA - Di tengah pandemi COVID-19 , pelaku UMKM, “Dede Satoe” yang memproduksi sambal, pada periode Januari hingga pertengahan Juni 2021 berhasil mengekspor 2.160 botol sambal ke berbagai negara.
Di antaranya New York, Virginia, Los Angeles Amerika Serikat dan Vancouver Kanada. Dede Satoe telah melakukan ekspor sambal mulai tahun 2016. Selain ekspor , produk Dede Satoe sudah beredar di berbagai daerah seperti Surabaya, Jakarta, Bandung,
Pontianak, Balikpapan, Manado, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Sorong hingga Timika. Selain itu produk sambal Dede Satoe dapat diperoleh di supermarket modern dan toko oleh-oleh maupun toko souvenir di beberapa bandara di Indonesia.
Pengelola Dede Satoe yang beralamat di Jalan Tenggilis Timur VI/DD-1, Surabaya, Siti Fatimah mengatakan, Dede Satoe mulai berproduksi sambal pada tahun 2011. Usaha bermula dari kegemaran ibunda Siti Fatimah, Susilaningsih memasak.
Awalnya hanya mencoba memproduksi sambal dari cabai segar dan mengemasnya dalam botol plastik, lalu dititipkan di toko-toko dekat rumah. "Tak disangka, konsumen suka dengan rasanya, dari situ tergerak untuk memasarkan lebih luas," katanya, Minggu (27/6/2021).
Usaha produk sambal ini terus berkembang. Kini Dede Satoe telah memiliki 8 pekerja tetap dan 20 pekerja lepas yang merupakan warga sekitar. Sekali memproduksi sambal, membutuhkan 150 kilogram (g) cabai untuk menghasilkan 700 botol.
Saat ini sudah tersedia 18 varian sambal yang diproduksi UMKM binaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) itu. Diantaranya sambal Surabaya, sambal ikan roa, sambal ikan teri, sambal ikan peda, sambal ikan jambal roti, sambal sereh, sambal ikan klotok, sambal rujak manis, sambal pecel serta sambal korek.
Agar produk diterima di pasar, Dede Satoe membekali dengan izin dari pihak terkait dan telah mendapatkan sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Sertifikat HACCP merupakan bukti jaminan kualitas yang diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan keamanan pangan. "Sehingga produk kami berhasil untuk ekspor ke beberapa negara," kata Siti Fatimah. Baca: Puluhan Orang Dekat Bupati Lebak Dinyatakan Positif COVID-19.
General Manager of CSR SIG, Edy Saraya mengapresiasi usaha Dede Satoe yang telah berhasil melakukan ekspor produk sambal. Hal ini membuktikan bahwa produk UMKM mampu bersaing dan memiliki kualitas yang sangat baik.
“Kami terus berusaha mendorong kinerja UMKM mitra binaan untuk naik level bahkan bisa go global. Ini merupakan komitmen kami dalam mengembangkan UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Edy. Baca Juga: Masyarakat Masih Takut Liburan, Objek Wisata di Lembang Kena Imbasnya.
Di antaranya New York, Virginia, Los Angeles Amerika Serikat dan Vancouver Kanada. Dede Satoe telah melakukan ekspor sambal mulai tahun 2016. Selain ekspor , produk Dede Satoe sudah beredar di berbagai daerah seperti Surabaya, Jakarta, Bandung,
Pontianak, Balikpapan, Manado, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Sorong hingga Timika. Selain itu produk sambal Dede Satoe dapat diperoleh di supermarket modern dan toko oleh-oleh maupun toko souvenir di beberapa bandara di Indonesia.
Pengelola Dede Satoe yang beralamat di Jalan Tenggilis Timur VI/DD-1, Surabaya, Siti Fatimah mengatakan, Dede Satoe mulai berproduksi sambal pada tahun 2011. Usaha bermula dari kegemaran ibunda Siti Fatimah, Susilaningsih memasak.
Awalnya hanya mencoba memproduksi sambal dari cabai segar dan mengemasnya dalam botol plastik, lalu dititipkan di toko-toko dekat rumah. "Tak disangka, konsumen suka dengan rasanya, dari situ tergerak untuk memasarkan lebih luas," katanya, Minggu (27/6/2021).
Usaha produk sambal ini terus berkembang. Kini Dede Satoe telah memiliki 8 pekerja tetap dan 20 pekerja lepas yang merupakan warga sekitar. Sekali memproduksi sambal, membutuhkan 150 kilogram (g) cabai untuk menghasilkan 700 botol.
Saat ini sudah tersedia 18 varian sambal yang diproduksi UMKM binaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) itu. Diantaranya sambal Surabaya, sambal ikan roa, sambal ikan teri, sambal ikan peda, sambal ikan jambal roti, sambal sereh, sambal ikan klotok, sambal rujak manis, sambal pecel serta sambal korek.
Agar produk diterima di pasar, Dede Satoe membekali dengan izin dari pihak terkait dan telah mendapatkan sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Sertifikat HACCP merupakan bukti jaminan kualitas yang diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan keamanan pangan. "Sehingga produk kami berhasil untuk ekspor ke beberapa negara," kata Siti Fatimah. Baca: Puluhan Orang Dekat Bupati Lebak Dinyatakan Positif COVID-19.
General Manager of CSR SIG, Edy Saraya mengapresiasi usaha Dede Satoe yang telah berhasil melakukan ekspor produk sambal. Hal ini membuktikan bahwa produk UMKM mampu bersaing dan memiliki kualitas yang sangat baik.
“Kami terus berusaha mendorong kinerja UMKM mitra binaan untuk naik level bahkan bisa go global. Ini merupakan komitmen kami dalam mengembangkan UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Edy. Baca Juga: Masyarakat Masih Takut Liburan, Objek Wisata di Lembang Kena Imbasnya.
(nag)
tulis komentar anda