Atasi Karhutla, Operasi Rekayasa Hujan Buatan Dilakukan di Riau
Jum'at, 22 Mei 2020 - 09:55 WIB
PEKANBARUATASI KARHUTLA, OPERASI REKAYASA HUJAN BUATAN DILAKUKAN DI RIAU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT ) melakukan rekayasa hujan untuk membasahi gambut melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah Provinsi Riau.
Upaya ini dilakukan atas rekomendasi Badan Meteorologi dan Geofisika ( BMKG ), karena melihat potenbsi pembentukan awan hujan masih besar. (Baca juga: Ini Ternyata Sosok M Nuh yang Menang Lelang Motor Listrik Jokowi dan Ngaku Pengusaha)
Rekayasa hujan ini dilakukan KLHK guna mengisi embung, kanal, dan membasahi gambut agar tidak kering saat nanti masuk musim panas yang diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus 2020. (Baca juga: Horor, Mayat Diduga Korban Covid-19 Dibiarkan Tergeletak 30 Jam di Jalan)
"Kami mendapatkan instruksi dari Ibu Menteri LHK agar gambut harus dibasahi sebagai upaya pencegahan Karhutla di Provinsi Riau. Rekayasan hujan ini bagian dari ikhtiar, selain kerja tim lapangan di darat yang setiap hari selalu melakukan patroli dan ground check hotspot," kata Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Basar Manullang.
Dia menjelaskan, rekayasa hujan diperlukan karena melihat mayoritas titik pemantauan tinggi muka air tanah (TP-TMAT) lahan gambut di Provinsi Riau telah menunjukkan pada level siaga bahkan bahaya.
"Rekayasa hujan ini bagian dari upaya pencegahan, bukan pemadaman. Karena sifatnya pencegahan, maka kita lakukan di musim hujan mumpung masih ada awan hujan," kata Basar. Diharapkan dengan pasokan air yang cukup di kanal dan embung, serta gambut selalu basah, ancaman Karhutla di Provinsi Riau dapat berkurang.
Pelaksanaan rekayasa cuaca di Provinsi Riau dijadwalkan selama 15 hari kerja, terhitung dari 14-28 Mei 2020 mendatang. Hingga tanggal 20 Mei di Provinsi Riau, telah dilakukan enam sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl sebanyak 4,8 ton.
Berdasarkan citra satelit TRMM, rekayasa hujan telah menghasilkan 17,1 juta meter kubik air yang turun pada daerah-daerah dengan potensi awan hujan terbesar. Rekayasa hujan juga mulai berhasil membasahi gambut dengan intensitas sedang hingga sedang yang terjadi di sebagian besar wilayah Riau seperti di Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Pelalawan dan Indragiri Hilir.
"Rekayasa hujan ini hanya kita lakukan pada daerah tertentu saja, prioritas gambut dan ada awan hujannya. Angka 17,1 juta meter kubik air adalah hasil rekayasa hujan, jadi hujan alami di luar titik wilayah penyemaian tidak kita klaim. Jumlah ini cukup berhasil menaikkan Tinggi Muka Air Tanah atau TMAT dari level bahaya ke aman," jelas Basar.
Upaya ini dilakukan atas rekomendasi Badan Meteorologi dan Geofisika ( BMKG ), karena melihat potenbsi pembentukan awan hujan masih besar. (Baca juga: Ini Ternyata Sosok M Nuh yang Menang Lelang Motor Listrik Jokowi dan Ngaku Pengusaha)
Rekayasa hujan ini dilakukan KLHK guna mengisi embung, kanal, dan membasahi gambut agar tidak kering saat nanti masuk musim panas yang diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus 2020. (Baca juga: Horor, Mayat Diduga Korban Covid-19 Dibiarkan Tergeletak 30 Jam di Jalan)
"Kami mendapatkan instruksi dari Ibu Menteri LHK agar gambut harus dibasahi sebagai upaya pencegahan Karhutla di Provinsi Riau. Rekayasan hujan ini bagian dari ikhtiar, selain kerja tim lapangan di darat yang setiap hari selalu melakukan patroli dan ground check hotspot," kata Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Basar Manullang.
Dia menjelaskan, rekayasa hujan diperlukan karena melihat mayoritas titik pemantauan tinggi muka air tanah (TP-TMAT) lahan gambut di Provinsi Riau telah menunjukkan pada level siaga bahkan bahaya.
"Rekayasa hujan ini bagian dari upaya pencegahan, bukan pemadaman. Karena sifatnya pencegahan, maka kita lakukan di musim hujan mumpung masih ada awan hujan," kata Basar. Diharapkan dengan pasokan air yang cukup di kanal dan embung, serta gambut selalu basah, ancaman Karhutla di Provinsi Riau dapat berkurang.
Pelaksanaan rekayasa cuaca di Provinsi Riau dijadwalkan selama 15 hari kerja, terhitung dari 14-28 Mei 2020 mendatang. Hingga tanggal 20 Mei di Provinsi Riau, telah dilakukan enam sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl sebanyak 4,8 ton.
Berdasarkan citra satelit TRMM, rekayasa hujan telah menghasilkan 17,1 juta meter kubik air yang turun pada daerah-daerah dengan potensi awan hujan terbesar. Rekayasa hujan juga mulai berhasil membasahi gambut dengan intensitas sedang hingga sedang yang terjadi di sebagian besar wilayah Riau seperti di Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Pelalawan dan Indragiri Hilir.
"Rekayasa hujan ini hanya kita lakukan pada daerah tertentu saja, prioritas gambut dan ada awan hujannya. Angka 17,1 juta meter kubik air adalah hasil rekayasa hujan, jadi hujan alami di luar titik wilayah penyemaian tidak kita klaim. Jumlah ini cukup berhasil menaikkan Tinggi Muka Air Tanah atau TMAT dari level bahaya ke aman," jelas Basar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda