Dua Guru Besar Fakultas Kedokteran UNS Dikukuhkan Lewat Daring
Rabu, 20 Mei 2020 - 23:55 WIB
SOLO - Universitas Sebelas Maret (UNS ) Solo mengukuhkan dua Guru Besar dari Fakultas Kedokteran (FK) melalui daring yang diselenggarakan Rabu (20/5/2020).
Mereka yang dikukuhkan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional adalah Profesor Ari Natalia Probandari sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Profesor Dr Reviono sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Dalam Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar yang dilakukan melalui aplikasi zoom meeting dan bisa diakses oleh masyarakat secara langsung dari akun Youtube milik UNS, Rektor UNS Profesor Jamal Wiwoho mengatakan bahkan UNS bangga dengan lahirnya Guru Besar baru ini.
Terlebih keduanya berasal dari FK, yang dalam masa pandemi COVID-19 memiliki peran sangat penting untuk menghentikan laju berkembangnya COVID-19.
“Kehadiran dua orang sejawat guru besar baru ini menambah jumlah guru besar UNS menjadi 220 orang, di mana 122 orang di antaranya merupakan guru besar aktif,” kata Jamal dalam sambutannya.
Dikatakannya, serangan Covid-19 ini layak disebut sebagai perang dunia ke-4, karena telah melibatkan 212 negara dan kasus potitif Covid-19 se-dunia per tanggal 19 Mei 2020 yang terkonfirmasi mencapai 4,8 juta orang dan kurang lebih 318.000 orang meninggal dunia.
Pandemi ini adalah ujian terberat, tidak hanya untuk tim kesehatan saja, melainkan juga untuk semua pemimpin di dunia, karena langkah dan kebijakan yang diambil akan menunjukkan kecakapannya. Apabila pandemi COVID-19 merupakan sebuah pertempuran yang harus dimenangi, maka tidak ada cara lain kecuali memperkuat solidaritas, sinergi dan aksi bersama seluruh elemen masyarakat untuk menekan laju penyebaran virus.
Sebagai guru besar di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat, sudah sepantasnya keduanya terpanggil untuk segera melakukan mitigasi, kolaborasi riset dan inovasi guna mencegah dan menekan laju penyebaran virus, bahkan sebisa mungkin menemukan obat dan vaksin anti virus yang efektif untuk menyembuhkan penyakit COVID-19.
Kolaborasi seperti itu akan menjadi kekuatan utama dalam menjalani pola hidup the new normal agar terbiasa berdamai dengan virus, paling tidak untuk saat ini dan beberapa bulan ke depan. Oleh karena itu, para akademisi perlu berevolusi untuk mengikuti perubahan besar yang terjadi. Yang dipertaruhkan adalah bagaimana akademisi mampu menjaga eksistensi keilmuan dan relevansi di masyarakat.
Mitigasi pandemi COVID-19 harus dilakukan dengan kesadaran kolektif dan cara kerja baru yang lebih inklusif, cepat, dan tepat dalam menjawab persoalan. “Semoga kehadiran dua Guru Besar ini akan menambah produktivitas pemikiran-pemikiran kritis yang konstruktif Senat UNS,” imbuh Jamal.(Baca juga : Perppu Pilkada Tuai Kritikan Pakar Tata Negara UNS )
Dalam sidang senat terbuka pengukuhan Guru Besar Prof Ari Natalia Probandari membacakan pidato pengukuhan dengan judul COVID-19 Pandemic and Indonesian Health Systems Resilience: Lessons Learned and Ways Forward. Sedangkan Prof Dr Reviono membacakan pidato pengukuhan dengan judul Covid-19 Penyakit Seribu Wajah, Seribu Masalah.
Mereka yang dikukuhkan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional adalah Profesor Ari Natalia Probandari sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Profesor Dr Reviono sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Dalam Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar yang dilakukan melalui aplikasi zoom meeting dan bisa diakses oleh masyarakat secara langsung dari akun Youtube milik UNS, Rektor UNS Profesor Jamal Wiwoho mengatakan bahkan UNS bangga dengan lahirnya Guru Besar baru ini.
Terlebih keduanya berasal dari FK, yang dalam masa pandemi COVID-19 memiliki peran sangat penting untuk menghentikan laju berkembangnya COVID-19.
“Kehadiran dua orang sejawat guru besar baru ini menambah jumlah guru besar UNS menjadi 220 orang, di mana 122 orang di antaranya merupakan guru besar aktif,” kata Jamal dalam sambutannya.
Dikatakannya, serangan Covid-19 ini layak disebut sebagai perang dunia ke-4, karena telah melibatkan 212 negara dan kasus potitif Covid-19 se-dunia per tanggal 19 Mei 2020 yang terkonfirmasi mencapai 4,8 juta orang dan kurang lebih 318.000 orang meninggal dunia.
Pandemi ini adalah ujian terberat, tidak hanya untuk tim kesehatan saja, melainkan juga untuk semua pemimpin di dunia, karena langkah dan kebijakan yang diambil akan menunjukkan kecakapannya. Apabila pandemi COVID-19 merupakan sebuah pertempuran yang harus dimenangi, maka tidak ada cara lain kecuali memperkuat solidaritas, sinergi dan aksi bersama seluruh elemen masyarakat untuk menekan laju penyebaran virus.
Sebagai guru besar di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat, sudah sepantasnya keduanya terpanggil untuk segera melakukan mitigasi, kolaborasi riset dan inovasi guna mencegah dan menekan laju penyebaran virus, bahkan sebisa mungkin menemukan obat dan vaksin anti virus yang efektif untuk menyembuhkan penyakit COVID-19.
Kolaborasi seperti itu akan menjadi kekuatan utama dalam menjalani pola hidup the new normal agar terbiasa berdamai dengan virus, paling tidak untuk saat ini dan beberapa bulan ke depan. Oleh karena itu, para akademisi perlu berevolusi untuk mengikuti perubahan besar yang terjadi. Yang dipertaruhkan adalah bagaimana akademisi mampu menjaga eksistensi keilmuan dan relevansi di masyarakat.
Mitigasi pandemi COVID-19 harus dilakukan dengan kesadaran kolektif dan cara kerja baru yang lebih inklusif, cepat, dan tepat dalam menjawab persoalan. “Semoga kehadiran dua Guru Besar ini akan menambah produktivitas pemikiran-pemikiran kritis yang konstruktif Senat UNS,” imbuh Jamal.(Baca juga : Perppu Pilkada Tuai Kritikan Pakar Tata Negara UNS )
Dalam sidang senat terbuka pengukuhan Guru Besar Prof Ari Natalia Probandari membacakan pidato pengukuhan dengan judul COVID-19 Pandemic and Indonesian Health Systems Resilience: Lessons Learned and Ways Forward. Sedangkan Prof Dr Reviono membacakan pidato pengukuhan dengan judul Covid-19 Penyakit Seribu Wajah, Seribu Masalah.
(nun)
tulis komentar anda