Aktivis Muda NU Deklarasikan Gerakan Pemuda Moderat Nusantara
Sabtu, 13 Maret 2021 - 11:53 WIB
SURABAYA - Saat ini dunia memasuki era keterbukaan. Hampir tak ada lagi sekat antar negara dan bangsa. Terlebih di tengah maraknya digitalisasi informasi, seluruh faham dan ajaran dengan mudahnya diakses lewat gadget. Fakta ini seperti dua mata pisau yang tak bisa dihindari.
Menyikapi kenyataan itu, sejumlah aktivis muda berlatar NU berinisiatif membentuk wadah bersama untuk menghimpun kader-kader berpikiran moderat. Wadah ini diberi nama Gerakan Pemuda Moderat Nusantara atau GPM Nusantara.
"Gerakan ini lahir untuk meneguhkan barisan pemuda agar tetap menjaga nilai-nilai moderat di era digital native, yang telah disebutkan dalam al-Qur'an yakni Ummatan Wasathan," terang Ketua Umum sekaligus deklarator GPM Nusantara, Ahmad Maududi.
Anggota DPRD Jatim sekaligus Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN), Muhamad Fawait mengapresiasi terbentuknya Gerakan Pemuda Moderat Nusantara. Menurut politikus muda Gerindra ini, pemuda harus menjadi kader penggerak di tengah masyarakat.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV ini mengingatkan, Indonesia khususnya Jawa Timur punya bonus demografi. Di mana jumlah penduduk usia produktifnya sangat tunggi. Potensi itu tentu harus salurkan lewat sebuah wadah yang positif.
"Bonus demografi harus disikapi oleh pemuda. Sebab pemuda adalah agen perubahan, ditangan pemuda ini lah arah bangsa mau di bawa ke mana. Karena itu, saya mendukung GPM Nusantara sebagai wadah yang bisa menghimpun potensi anak muda," ujar anggota DPRD Jatim dengan perolehan suara terbanyak di Pemilu 2019 tersebut.
Sementara itu, Koordinator Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) Jatim, Muhamad Didi Rosadi mengungkapkan, bersikap moderat saat ini menjadi keharusan, bukan lagi pilihan. Sebab saat ini dunia semakin terbuka, tidak ada lagi sekat atau batasan.
Jurnalis sebuah media harian di Surabaya ini menyinggung pertemuan ntara Paus Fransiskus dengan Ayatollah Ali Sistani di Irak, pekan lalu. Dalam pertemuan itu disepakati perseteruan atas nama perbedaan agama harus dihentikan. "Karena itu, sikap moderat dan saling menghormati hari ini menjadi keniscayaan. Kalau kita mau berubah, maka akan ditelah oleh zaman," kata pria yang akrab disapa Diday itu.
Weebinar yang mengambil tema "Membangun Peradaban Pemuda Moderat di Era Digital Natives" ini sekaligus momentum deklarasi Gerakan Pemuda Moderat Nusantara. Dalam acara acara yang digelar secara dari itu hadir hampir 100 peserta dari berbagai latar belakang.
Diantaranya Roemah Bhineka, Gema Indonesia, Kordinator Pusat BEM Nusantara, Eko Prasetyo, sejumlah OKP, politisi lintas partai dan aktivis mahasiswa dan BEM. Hadir juga memberi doa dan restu, KH. Ali Maschan Moesa, tokoh NU yang juga Rektor Uniska Kediri.
Menyikapi kenyataan itu, sejumlah aktivis muda berlatar NU berinisiatif membentuk wadah bersama untuk menghimpun kader-kader berpikiran moderat. Wadah ini diberi nama Gerakan Pemuda Moderat Nusantara atau GPM Nusantara.
"Gerakan ini lahir untuk meneguhkan barisan pemuda agar tetap menjaga nilai-nilai moderat di era digital native, yang telah disebutkan dalam al-Qur'an yakni Ummatan Wasathan," terang Ketua Umum sekaligus deklarator GPM Nusantara, Ahmad Maududi.
Anggota DPRD Jatim sekaligus Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN), Muhamad Fawait mengapresiasi terbentuknya Gerakan Pemuda Moderat Nusantara. Menurut politikus muda Gerindra ini, pemuda harus menjadi kader penggerak di tengah masyarakat.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV ini mengingatkan, Indonesia khususnya Jawa Timur punya bonus demografi. Di mana jumlah penduduk usia produktifnya sangat tunggi. Potensi itu tentu harus salurkan lewat sebuah wadah yang positif.
"Bonus demografi harus disikapi oleh pemuda. Sebab pemuda adalah agen perubahan, ditangan pemuda ini lah arah bangsa mau di bawa ke mana. Karena itu, saya mendukung GPM Nusantara sebagai wadah yang bisa menghimpun potensi anak muda," ujar anggota DPRD Jatim dengan perolehan suara terbanyak di Pemilu 2019 tersebut.
Sementara itu, Koordinator Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) Jatim, Muhamad Didi Rosadi mengungkapkan, bersikap moderat saat ini menjadi keharusan, bukan lagi pilihan. Sebab saat ini dunia semakin terbuka, tidak ada lagi sekat atau batasan.
Jurnalis sebuah media harian di Surabaya ini menyinggung pertemuan ntara Paus Fransiskus dengan Ayatollah Ali Sistani di Irak, pekan lalu. Dalam pertemuan itu disepakati perseteruan atas nama perbedaan agama harus dihentikan. "Karena itu, sikap moderat dan saling menghormati hari ini menjadi keniscayaan. Kalau kita mau berubah, maka akan ditelah oleh zaman," kata pria yang akrab disapa Diday itu.
Weebinar yang mengambil tema "Membangun Peradaban Pemuda Moderat di Era Digital Natives" ini sekaligus momentum deklarasi Gerakan Pemuda Moderat Nusantara. Dalam acara acara yang digelar secara dari itu hadir hampir 100 peserta dari berbagai latar belakang.
Diantaranya Roemah Bhineka, Gema Indonesia, Kordinator Pusat BEM Nusantara, Eko Prasetyo, sejumlah OKP, politisi lintas partai dan aktivis mahasiswa dan BEM. Hadir juga memberi doa dan restu, KH. Ali Maschan Moesa, tokoh NU yang juga Rektor Uniska Kediri.
(don)
tulis komentar anda