Siswa SD di Aceh Besar Harus Bertaruh Nyawa Lewati Aliran Sungai Habitat Buaya untuk ke Sekolah
Jum'at, 19 Februari 2021 - 11:34 WIB
ACEH BESAR - Para siswa sekolah dasar dan warga di Desa Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Aceh terpaksa harus menyeberangi aliran sungai tempat habitat buaya . Ini dilakukan akibat belum dibangunnya jembatan penghubung antar desa. Mirisnya siswa SD ini terpaksa libur ke sekolah saat air sungai meluap.
Sekretaris Desa Siron Blang Anwar mengatakan, setiap harinya memang siswa SD menyeberangi sungai dengan bertaruh nyawa di lokasi yang kerap muncul buaya dan ini terpaksa di lakukan siswa agar bisa sampai ke bangku sekolah yang berada di seberang aliran sungai.
“Kegiatan menyeberangi sungai dengan panjang mencapai 25 meter seperti ini sudah dilakukan siswa dan warga hampir dua tahun lebih. Karena akses jembatan yang sebelumnya dibangun pemerintah putus dan hancur diterjang banjir. Sementara bantuan alat penyeberangan yang di sediakan pemerintah hanya bisa digunakan sekitar empat bulan oleh warga,” kata Anwar, Kamis 19 Februari 2021.
Memang sempat terhenti saat awal-awal pandemi namun kini para siswa tersebut sudah diizinkan untuk bersekolah.
Aliran sungai yang dilalui ini, kata dia, merupakan habitatnya buaya dan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah memasang pamplet pemberitahuan akan bahaya tersebut. Namun warga tidak memiliki alternatif lain untuk saat ini selain harus bertaruh nyawa menyeberanginya.
“Sehingga seringkali siswa saat menyeberangi sungai tersebut didampingi aparat TNI dan Kepolisian,” timpalnya
Sekretaris Desa Siron Blang Anwar mengatakan, setiap harinya memang siswa SD menyeberangi sungai dengan bertaruh nyawa di lokasi yang kerap muncul buaya dan ini terpaksa di lakukan siswa agar bisa sampai ke bangku sekolah yang berada di seberang aliran sungai.
Baca Juga
“Kegiatan menyeberangi sungai dengan panjang mencapai 25 meter seperti ini sudah dilakukan siswa dan warga hampir dua tahun lebih. Karena akses jembatan yang sebelumnya dibangun pemerintah putus dan hancur diterjang banjir. Sementara bantuan alat penyeberangan yang di sediakan pemerintah hanya bisa digunakan sekitar empat bulan oleh warga,” kata Anwar, Kamis 19 Februari 2021.
Memang sempat terhenti saat awal-awal pandemi namun kini para siswa tersebut sudah diizinkan untuk bersekolah.
Aliran sungai yang dilalui ini, kata dia, merupakan habitatnya buaya dan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah memasang pamplet pemberitahuan akan bahaya tersebut. Namun warga tidak memiliki alternatif lain untuk saat ini selain harus bertaruh nyawa menyeberanginya.
“Sehingga seringkali siswa saat menyeberangi sungai tersebut didampingi aparat TNI dan Kepolisian,” timpalnya
Lihat Juga :
tulis komentar anda