Masjid Raya Sumbar Paduan Rumah Gadang dengan Arsitektur Modern
Minggu, 31 Januari 2021 - 06:14 WIB
PADANG - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi memuji arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar) yang telah memadukan nuansa modern dan tradisional dalam pembangunannya. Pujian ini terlontar saat Wamenag Zainut Tauhid akan menunaikan salat Jumat di masjid tersebut, di sela kunjungan kerjanya di Provinsi Sumatera Barat.
Wamenag yang didampingi Kakanwil Kemenag Sumatera Barat Hendri pun bergegas menuju ruang dalam masjid. “Subhanallah, bagus dan megah banget bangunan Masjid Raya Sumbar ini,” ujar Wamenag, Jumat (29/1/2021) seraya bergabung ke dalam shaf shalat yang telah diatur sesuai dengan protokol kesehatan.
Tak berlebihan jika Wamenag mengagumi arsitektur masjid yang dibangun di atas lahan seluas 40 ribu meter persegi ini. Konstruksi masjid Raya ini terdiri dari tiga lantai. Ruang utama yang dipergunakan sebagai ruang shalat terletak di lantai atas, yang didesain ruang multi fungsi.
Sang arsitek, Rizal Muslimin, mendesain Masjid Raya Sumatera Barat dengan menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Atap bangunan yang terdiri dari empat sudut, konon terinspirasi dari bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad kala empat kabilah Quraisy berselisih siapa yang berhak memindahkan batu hitam tersebut.
Bentuk sudutnya lancip sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau rumah gadang. Ini memperlihat kan integrasi nilai islam dalam tradisi masyarakat minang yang memiliki pepatah adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah.
Sentuhan arsitektur modern dapat kita temukan saat memasuki ruang utama masjid. Langit-langit ruangan yang dibuat cukup tinggi sehingga memberikan kesan ruangan lega serta membuat sirkulasi udara mengalir dengan baik, semakin menarik dengan ukiran asmaul husna. Pencahayaan di dalam masjid ini juga amat baik, sehingga memberikan kenyamanan bagi para jamaah saat beribadah.
Masjid yang terletak di jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang ini peletakan batu pertamanya dilakukan pada 21 Desember 2007. Pembangunannya tuntas pada 4 Januari 2019 dengan total biaya sekitar Rp325-330 miliar.
Masjid Raya Sumatera Barat ini menjadi ikon Sumatera Barat dibangun di lahan seluas sekitar 40.000 meter persegi dengan luas bangunan utama kurang dari setengah luas lahan tersebut, yakni sekitar 18.000 meter persegi, sehingga menyisakan halaman yang luas.
Pada struktur konstruksi bangunan menunjukkan pola rumah gadang dengan pola segitiga ke bawah, bahan material kayu dan ornamen pada passade masjid merupakan bentuk ukiran yang terdapat pada rumah gadang, gonjong yang dihadirkan berakar dari bentuk gonjong pada rumah gadang.
Wamenag yang didampingi Kakanwil Kemenag Sumatera Barat Hendri pun bergegas menuju ruang dalam masjid. “Subhanallah, bagus dan megah banget bangunan Masjid Raya Sumbar ini,” ujar Wamenag, Jumat (29/1/2021) seraya bergabung ke dalam shaf shalat yang telah diatur sesuai dengan protokol kesehatan.
Tak berlebihan jika Wamenag mengagumi arsitektur masjid yang dibangun di atas lahan seluas 40 ribu meter persegi ini. Konstruksi masjid Raya ini terdiri dari tiga lantai. Ruang utama yang dipergunakan sebagai ruang shalat terletak di lantai atas, yang didesain ruang multi fungsi.
Sang arsitek, Rizal Muslimin, mendesain Masjid Raya Sumatera Barat dengan menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Atap bangunan yang terdiri dari empat sudut, konon terinspirasi dari bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad kala empat kabilah Quraisy berselisih siapa yang berhak memindahkan batu hitam tersebut.
Bentuk sudutnya lancip sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau rumah gadang. Ini memperlihat kan integrasi nilai islam dalam tradisi masyarakat minang yang memiliki pepatah adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah.
Sentuhan arsitektur modern dapat kita temukan saat memasuki ruang utama masjid. Langit-langit ruangan yang dibuat cukup tinggi sehingga memberikan kesan ruangan lega serta membuat sirkulasi udara mengalir dengan baik, semakin menarik dengan ukiran asmaul husna. Pencahayaan di dalam masjid ini juga amat baik, sehingga memberikan kenyamanan bagi para jamaah saat beribadah.
Masjid yang terletak di jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang ini peletakan batu pertamanya dilakukan pada 21 Desember 2007. Pembangunannya tuntas pada 4 Januari 2019 dengan total biaya sekitar Rp325-330 miliar.
Masjid Raya Sumatera Barat ini menjadi ikon Sumatera Barat dibangun di lahan seluas sekitar 40.000 meter persegi dengan luas bangunan utama kurang dari setengah luas lahan tersebut, yakni sekitar 18.000 meter persegi, sehingga menyisakan halaman yang luas.
Pada struktur konstruksi bangunan menunjukkan pola rumah gadang dengan pola segitiga ke bawah, bahan material kayu dan ornamen pada passade masjid merupakan bentuk ukiran yang terdapat pada rumah gadang, gonjong yang dihadirkan berakar dari bentuk gonjong pada rumah gadang.
tulis komentar anda