Pakar Geologi ITB: Ada Ancaman Bahaya Longsor Susulan di Cimanggung Sumedang
Kamis, 14 Januari 2021 - 10:55 WIB
Artinya, tutur Imam Achmad Sadisun, memiliki potensi longsor tinggi dan sangat tinggi. "Sehingga untuk perumahan atau permukiman, peruntukkannya sangat terbatas. Kami menyarankan pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan berpotensi longsor itu," tutur Imam Achmad Sadisun.
Imam mengatakan, bencana longsor yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Cimanggung, Sumedang ini terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.
"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” kata Imam.
Berdasarkan pengamatan dan analisis Imam Sadisun, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng. Tempat inilah awal terganggunya keseimbangan atau kestabilan lereng, ditambah dengan terjadi hujan lebat.
Selain itu, lahan di area tersebut sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah, maupun bawah. Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi sangat berarti pada proses terjadinya bencana tanah longsor.
Terkait ancaman bahaya longsor susulan, Imam mengusulkan kepada Pemkab Sumedang segera melakukan upaya penanganan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara penataan dari atas tebing mulai dari stabilisasi lereng tersebut.
Lakukan perkuatan material pembentuk lereng atau pemberian struktur penahan secara bertahap hingga pengaturan drainase permukaan dan bawah dengan baik.
"Atau lakukan penataan ulang kawasan dengan cara merelokasi masyarakat yang ada di sekitar lokasi longsor ke tempat aman," ujar Imam.
Imam mengatakan, bencana longsor yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Cimanggung, Sumedang ini terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.
"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” kata Imam.
Berdasarkan pengamatan dan analisis Imam Sadisun, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng. Tempat inilah awal terganggunya keseimbangan atau kestabilan lereng, ditambah dengan terjadi hujan lebat.
Selain itu, lahan di area tersebut sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah, maupun bawah. Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi sangat berarti pada proses terjadinya bencana tanah longsor.
Terkait ancaman bahaya longsor susulan, Imam mengusulkan kepada Pemkab Sumedang segera melakukan upaya penanganan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara penataan dari atas tebing mulai dari stabilisasi lereng tersebut.
Lakukan perkuatan material pembentuk lereng atau pemberian struktur penahan secara bertahap hingga pengaturan drainase permukaan dan bawah dengan baik.
"Atau lakukan penataan ulang kawasan dengan cara merelokasi masyarakat yang ada di sekitar lokasi longsor ke tempat aman," ujar Imam.
(msd)
tulis komentar anda