Pasar Tradisional Ditata Ulang untuk Putus Mata Rantai Covid-19
Selasa, 05 Mei 2020 - 22:02 WIB
SURABAYA - Pasar tradisional ditata ulang untuk menyesuaikan protokol penanganan Covid-19. Apalagi pasar tradisional sejak masa pandemi Covid-19 ini ada beberapa pedagang yang positif.
Penataan itu dilakukan dengan membagi-bagikan masker dan hand sanitizer untuk pedagang, pengecekan suhu tubuh, memasang wastafel dan bilik sterilisasi hingga penerapan physical distancing di lingkungan pasar. Bahkan, para pedagang satu dengan yang lain harus memberi jarak dagangannya dan memastikan pembeli tidak kontak fisik secara langsung dengan para pedagang.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah, Pemkot Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro menuturkan, setiap hari ia bersama jajarannya terus gencar turun untuk melakukan operasi dan sosialisasi. Hal itu terus menerus dilakukan agar masyarakat dapat menjadikan aturan tersebut sebagai kebiasaan. Misalnya dalam penggunaan masker setiap harinya saat di luar rumah.
“Kami juga senantiasa menjadikan itu sebagai kebiasaan. Karena yang belum biasa menjadi biasa itu sulitnya,” kata Hebi saat ditemui di Balai Kota Surabaya (5/5/2020).
Ia melanjutkan, jika masih banyak pedagang yang mengeluh saat menggunakan masker. Mengingat suaranya tidak dapat didengar jelas oleh pembeli. Makanya, Hebi memberi solusi agar di setiap toko menyediakan kertas dan pembeli dapat menuliskan kebutuhannya tanpa harus membuka masker.
“Untuk menghindari itu Perusahaan Daerah (PD) pasar juga sosialisasi untuk menyediakan kertas biar pembeli bisa nulis,” ungkapnya.
Tak hanya menerapkan physical distancing di lingkungan pasar, Hebi menyatakan, setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya alat pembayaran berupa uang kertas dan koin pun juga menjadi salah satu penyebaran virus. Oleh karena itu, demi keamanan dan keselamatan warga sebelum uang tersebut diterima maka harus disemprot menggunakan disinfektan.
“Uang pun harus disemprot dulu sebelum dimasukkan di dalam tas. Jadi uang kertas dan receh ini berbahaya,” katanya.
Di samping itu, kata Hebi, yang tidak boleh ketinggalan siapapun yang berlalu lalang di pasar juga wajib menggunakan masker tanpa terkecuali, terutama bagi para pedagang. Selain masker, mereka juga wajib menggunakan sarung tangan plastik.
Penataan itu dilakukan dengan membagi-bagikan masker dan hand sanitizer untuk pedagang, pengecekan suhu tubuh, memasang wastafel dan bilik sterilisasi hingga penerapan physical distancing di lingkungan pasar. Bahkan, para pedagang satu dengan yang lain harus memberi jarak dagangannya dan memastikan pembeli tidak kontak fisik secara langsung dengan para pedagang.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah, Pemkot Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro menuturkan, setiap hari ia bersama jajarannya terus gencar turun untuk melakukan operasi dan sosialisasi. Hal itu terus menerus dilakukan agar masyarakat dapat menjadikan aturan tersebut sebagai kebiasaan. Misalnya dalam penggunaan masker setiap harinya saat di luar rumah.
“Kami juga senantiasa menjadikan itu sebagai kebiasaan. Karena yang belum biasa menjadi biasa itu sulitnya,” kata Hebi saat ditemui di Balai Kota Surabaya (5/5/2020).
Ia melanjutkan, jika masih banyak pedagang yang mengeluh saat menggunakan masker. Mengingat suaranya tidak dapat didengar jelas oleh pembeli. Makanya, Hebi memberi solusi agar di setiap toko menyediakan kertas dan pembeli dapat menuliskan kebutuhannya tanpa harus membuka masker.
“Untuk menghindari itu Perusahaan Daerah (PD) pasar juga sosialisasi untuk menyediakan kertas biar pembeli bisa nulis,” ungkapnya.
Tak hanya menerapkan physical distancing di lingkungan pasar, Hebi menyatakan, setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya alat pembayaran berupa uang kertas dan koin pun juga menjadi salah satu penyebaran virus. Oleh karena itu, demi keamanan dan keselamatan warga sebelum uang tersebut diterima maka harus disemprot menggunakan disinfektan.
“Uang pun harus disemprot dulu sebelum dimasukkan di dalam tas. Jadi uang kertas dan receh ini berbahaya,” katanya.
Di samping itu, kata Hebi, yang tidak boleh ketinggalan siapapun yang berlalu lalang di pasar juga wajib menggunakan masker tanpa terkecuali, terutama bagi para pedagang. Selain masker, mereka juga wajib menggunakan sarung tangan plastik.
tulis komentar anda