Hidup Miskin Bersama Nenek, 2 dari 4 Anak Yatim di Sidimpuan Putus Sekolah

Sabtu, 02 Mei 2020 - 21:08 WIB
Intan dan Rizki Pranata ketika ditemui di rumahnya. Foto/SINDOnews. Zia Nasution
PADANGSIDIMPUAN - Hidup miskin bersama seorang nenek, dua dari empat orang anak yatim piatu di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, terpaksa harus berhenti sekolah.

Di Hari Pendidikan Nasional ini, SINDOnews sengaja menulis dua orang anak yatim yang putus sekolah akibat tidak ada biaya. Keduanya diketahaui bernama Iqbal Pernama (14) dan Ridho Haki Wijaya. Sejak kecil, bersama dengan dua orang saudaranya, Intan Melani (11) dan Rizki Pranata (3), sudah diasuh oleh neneknya bernama Dermawan Siregar (60).

Intan saat ini duduk di kelas VI sekolah dasar (SD) di salah satu sekolah di Sadabuan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Dia tidak tahu, setelah tamat nanti akan bisa melanjutkan sekolah atau tidak. Sedangkan Rizky belum sekolah. Namun, anak ke-empat dari empat bersaudara itu memiliki keinginan kuat untuk sekolah. (Baca juga : Masa Pandemi Covid-19, Buktikan Belajar Bisa Dilakukan di Mana Saja )



Ketika berkunjung ke rumah mereka di Jalan Bersama VI, Kelurahan Losung Batu, tepatnya disamping Masjid Nurul Zamiah, penulis tidak bisa menjumpai Iqbal Pernama (14) dan Ridho Haki. Sebab, keduanya saat ini pergi memancing belut ke sawah milik orang. Hasil dari pancingan itu akan mereka jual agar dapat membantu ekonomi keluarga. Sedangkan nenek mereka juga tidak ada di rumah, karena sedang bekerja.

Diusianya yang sudah senja, Dermawan Siregar (60), terpaksa harus banting tulang untuk menghidupi ke-empat orang cucunya. Setiap hari dia bekerja sebagai tukang cuci ke rumah-rumah warga. Setiap bulan, Dermawan Siregar (60) hanya mendapatkan upah sebanyak Rp600 ribu.

“Kalau nenek tidak kerja, kami akan kelaparan,” ujar Intan kepada SINDOnews ketika ditemui di rumahnya. Diceritakannya, Iqbal dan Ridho berhenti sekolah sejak kelas III SD. Bedanya, Iqbal berhenti jauh sebelum orangtua perempuan meninggal. Sedangkan Ridho, berhenti sekolah setelah orangtua perempuan mereka meninggal.

“Ketika ibu masih hidup, abang saya (Ridho) sekolah, setelah ibu meninggal, dia ikut berhenti karena kasihan melihat nenek yang bekerja sendiri,”ujarnya. Diantara tiga orang saudaranya, Intan masih beruntung. Sebab, dia masih bisa sekolah.

Tekat yang kuat untuk meraih cita-cita membuat Intan harus sekolah. Setiap hari, dia rela berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Sadar dengan kemampuan keluarga, Intan tidak banyak permintaan terhadap neneknya.”Asal bisa sekolah, sudah syukur,”ujar Intan.

Beberapa hari sebelumnya, KAHMI dan FORHATI Padangsidimpuan, sudah berkunjung ke rumah ke empat anak yatim tersebut. Bahkan, SINDOnews mendapatkan informasi dari postingan mereka di media sosial.
(nfl)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content