Strategi Licik Gajah Mada saat Hayam Wuruk Melamar Putri Cantik Raja Sunda

Minggu, 24 November 2024 - 07:21 WIB
Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Raja Sunda Maharaja Linggabuana Wisesa menarik hati Hayam Wuruk penguasa Majapahit. Foto/Dokumen Dedi Mulyadi-Soedonowonodjoio/ist
Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Raja Sunda Maharaja Linggabuana Wisesa menarik hati Hayam Wuruk penguasa Majapahit . Kebetulan saat itu sang penguasa Kerajaan Majapahit tengah lajang ketika naik tahta menjadi raja.

Beberapa perempuan yang dikenalkan dan didekatkan kepada Hayam Wuruk belum juga menarik hatinya. Alhasil, ketika Sungging Prabangkara, pelukis yang dikirim untuk melukis wajah Dyah Pitaloka Citraresmi berhasil menarik perhatian Hayam Wuruk.

Hayam Wuruk memutuskan untuk mempersunting Dyah Pitaloka Citraresmi menjadi calon istrinya. Namun, upaya jatuh cinta dan menikah Hayam Wuruk ini ternyata bertolak belakang dengan Mahapatih Gajah Mada, yang kerap kali memberikan saran dan mengintervensi kebijakan Hayam Wuruk.





Dikutip dari "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada", saat itu Gajah Mada belum berhasil mewujudkan dengan sempurna Sumpah Palapa-nya. Satu wilayah yang belum berhasil ditaklukkan yakni Kerajaan Sunda.

Maka ketika atasannya jatuh cinta ke putri Sunda, Gajah Mada mencoba mempolitisasi untuk menundukkan Sunda dengan cara halus. Dengan strategi yang cerdik, maka Gajah Mada menyusupkan beberapa orang kepercayaannya yang menyertai Sungging Prabangkara.

Orang-orang kepercayaan Gajah Mada tersebut meliputi Gajah Enggon, sebagai pemimpin utusan khusus, Ma Panji Elam, yang menjabat sebagai Sang Arya Rajapakrama. Kemudian, Pu Kapasa yang menjabat sebagai Arya Suradhiraja, Pu Menur yang menjabat sebagai Sang Arya Wangsaprana, dan Pu Kapat, yang menjabat sebagai Sang Arya Patipati.

Sewaktu melamar Dyah Pitaloka Citraresmi, Madhu alias Gajah Mada sendiri yang menjadi utusan Hayam Wuruk. Agar strategi untuk menundukkan Sunda dengan cara halus tersebut dapat terealisasi, Gajah Mada meminta pada Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa agar perkawinan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka Citraresmi tidak berada di Sunda sebagaimana tradisi yang telah berlaku, melainkan di Majapahit.

Awal mula Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa yang mencium kejanggalan atas permintaan Gajah Mada tersebut menolaknya. Terlebih ketika Linggabuana Wisesa mendapat masukan dari pihak Dewan Kerajaan Sunda, terutama Patih Hamangkubumi yakni Hyang Bunisora Suradipati.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content