Kisah Sultan Mataram Perintahkan Bunuh Wanita dan Anak Akibat Dendam
Kamis, 06 Juni 2024 - 06:25 WIB
Pembunuhan massal ke anak dan wanita konon pernah terjadi di masa Kerajaan Mataram . Saat itu Kesultanan Mataram tengah dipimpin oleh Sultan Amangkurat I, didasari pada catatan utusan Belanda bernama Van Goens di tahun 1647.
Van Goens dalam catatannya konon mengutarakan, pemerintahan Sultan Amangkurat I terdapat rasa benci dibalik ke Tumenggung Wiraguna. Memang saat itu setelah pelantikan Raja Mataram menaikkan kedudukan Tumenggung Wiraguna, serta menggantikan abdi-abdinya yang lebih tua dengan yang lebih muda. Tumenggung itu memandang tindakan ini sebagai suatu anugerah dari Raja.
Sementara pada kenyataannya Sunan menggerogoti kekuasaan tumenggung, dengan melemparkan keluar penasihat-penasihatnya yang terbaik. Akhirnya Raja pada tahun 1647 memperoleh kesempatan baik untuk melaksanakan rencananya yang sudah lama tersimpan dalam hatinya.
Dikutip dari "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", tulisan H.J. De Graaf, ketika Blambangan diserbu oleh orang-orang Bali, sejumlah orang Jawa terbunuh. Sultan Amangkurat I berpura-pura marah besar, memutuskan untuk pergi sendiri ke sana. Tetapi abdi - abdinya yang terdekat, yang tahu tentang rencananya itu, mencegahnya dan mengusulkan supaya mengirimkan Tumenggung Wiraguna saja.
Tetapi pejabat tinggi ini tidak kembali lagi karena orang-orang yang mengkhianatinya. Ia lantas membunuh orang-orang itu, dengan alasan karena ia tidak secara harfiah melaksanakan perintah Raja.
Dalih ini pula konon membuat seluruh keluarga pun turut menjadi korban pembunuhan di Mataram. Pada halaman-halaman 202, 220, 221 dan 238 pada catatannya Van Goens membenarkan berita tentang pembunuhan itu, dan pada halaman 249 bahkan ia menyebutkan pembunuhnya, yakni Kiai Ngabei Wirapatra, orang kesayangan terdekat Raja Mataram.
Uraian pendek mengenai ekspedisi ke bagian timur Jawa, meninggalnya Tumenggung Wiraguna itu disusul oleh berita tentang dilakukannya tindakan balas dendam terhadap Tumenggung. Raja melancarkan gugatan terhadap apa yang dianggapnya sebagai suatu tindakan tidak adil yang dilakukan sepuluh tahun yang lalu terhadap dirinya.
Sultan Amangkurat I pun memerintahkan supaya mereka yang bersama Wiraguna dahulu pernah mengadukan dirinya, pernah bermain serong dengan istri Tumenggung Wiraguna kepada Sultan Agung ayahnya, dibasmi semua bersama istri dan anak-anak mereka sebagai pemberontak.
Hal inilah yang konon mengakibatkan hilangnya nyawa ribuan wanita dan anak yang tidak bersalah. Di sisi lain Sultan Amangkurat I berpura-pura tidak tahu bahwa adiknya juga termasuk kelompok musuhnya dahulu itu. Bahkan sikapnya ramah sekali. Tetapi adiknya tidak percaya kepadanya.
Lihat Juga: Duduk Perkara CIA, FBI, dan NYPD Digugat Rp1,5 Triliun atas Pembunuhan Aktivis Muslim Malcolm X
Van Goens dalam catatannya konon mengutarakan, pemerintahan Sultan Amangkurat I terdapat rasa benci dibalik ke Tumenggung Wiraguna. Memang saat itu setelah pelantikan Raja Mataram menaikkan kedudukan Tumenggung Wiraguna, serta menggantikan abdi-abdinya yang lebih tua dengan yang lebih muda. Tumenggung itu memandang tindakan ini sebagai suatu anugerah dari Raja.
Sementara pada kenyataannya Sunan menggerogoti kekuasaan tumenggung, dengan melemparkan keluar penasihat-penasihatnya yang terbaik. Akhirnya Raja pada tahun 1647 memperoleh kesempatan baik untuk melaksanakan rencananya yang sudah lama tersimpan dalam hatinya.
Dikutip dari "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", tulisan H.J. De Graaf, ketika Blambangan diserbu oleh orang-orang Bali, sejumlah orang Jawa terbunuh. Sultan Amangkurat I berpura-pura marah besar, memutuskan untuk pergi sendiri ke sana. Tetapi abdi - abdinya yang terdekat, yang tahu tentang rencananya itu, mencegahnya dan mengusulkan supaya mengirimkan Tumenggung Wiraguna saja.
Tetapi pejabat tinggi ini tidak kembali lagi karena orang-orang yang mengkhianatinya. Ia lantas membunuh orang-orang itu, dengan alasan karena ia tidak secara harfiah melaksanakan perintah Raja.
Dalih ini pula konon membuat seluruh keluarga pun turut menjadi korban pembunuhan di Mataram. Pada halaman-halaman 202, 220, 221 dan 238 pada catatannya Van Goens membenarkan berita tentang pembunuhan itu, dan pada halaman 249 bahkan ia menyebutkan pembunuhnya, yakni Kiai Ngabei Wirapatra, orang kesayangan terdekat Raja Mataram.
Uraian pendek mengenai ekspedisi ke bagian timur Jawa, meninggalnya Tumenggung Wiraguna itu disusul oleh berita tentang dilakukannya tindakan balas dendam terhadap Tumenggung. Raja melancarkan gugatan terhadap apa yang dianggapnya sebagai suatu tindakan tidak adil yang dilakukan sepuluh tahun yang lalu terhadap dirinya.
Sultan Amangkurat I pun memerintahkan supaya mereka yang bersama Wiraguna dahulu pernah mengadukan dirinya, pernah bermain serong dengan istri Tumenggung Wiraguna kepada Sultan Agung ayahnya, dibasmi semua bersama istri dan anak-anak mereka sebagai pemberontak.
Hal inilah yang konon mengakibatkan hilangnya nyawa ribuan wanita dan anak yang tidak bersalah. Di sisi lain Sultan Amangkurat I berpura-pura tidak tahu bahwa adiknya juga termasuk kelompok musuhnya dahulu itu. Bahkan sikapnya ramah sekali. Tetapi adiknya tidak percaya kepadanya.
Lihat Juga: Duduk Perkara CIA, FBI, dan NYPD Digugat Rp1,5 Triliun atas Pembunuhan Aktivis Muslim Malcolm X
(hri)
tulis komentar anda