Siasat Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto Habisi Gerakan 30 September 1965
Sabtu, 30 September 2023 - 17:41 WIB
"Saya ingin menghindarkan pertumpahan darah antara mereka, dengan tentara yang di bawa ke jalan sesat oleh beberapa unsur yang tidak bertanggung jawab".
Pada 1 Oktober 1965, Mayjen TNI Soeharto sebelum menggerakkan pasukannya, sempat berkomunikasi dengan Presiden Soekarno atau Bung Karno. Soeharto berusaha memastikan keselamatan Bung Karno termasuk keberadaannya.
Pada pukul 10.00 WIB, Soekarno memberitahu Soeharto kalau dirinya selamat dan berada di suatu tempat di Jakarta. Meski tidak diberitahu, Soeharto bisa menerka dengan tepat posisi Bung Karno ada di Halim Perdanakusuma.
Soeharto menyarankan Bung Karno untuk meninggalkan Lanud Halim Perdanakusuma, karena pasukannya bersiap menyerang pasukan Dewan Revolusi. Bung Karno kemudian meninggalkan Lanud Halim Perdanakusuma untuk menuju Istana Bogor.
Pada 4 Oktober 1965 jenazah para perwira tinggi AD yang ditemukan sehari sebelumnya, diangkat dari Lubang Buaya.
Para perwira tinggi AD ini merupakan korban penculikan sekaligus pembunuhan Dewan Revolusi. Mereka oleh Dewan Revolusi dituding sebagai Dewan Jenderal, yakni sebutan kepada para perwira tinggi AD yang tidak loyal kepada Presiden Soekarno.
Di lokasi Lubang Buaya, Mayjen TNI Soeharto melalui siaran radio berpidato menjelaskan apa yang terjadi pada 30 September 1965 yang kemudian dikenal sebagai G30S PKI.
Reaksi pertama yang muncul dari rakyat adalah rasa duka mendalam. Setelah itu di mana-mana terjadi kemarahan terhadap PKI beserta kaki tangannya.
4. Memastikan Keselamatan Presiden Soekarno
Pada 1 Oktober 1965, Mayjen TNI Soeharto sebelum menggerakkan pasukannya, sempat berkomunikasi dengan Presiden Soekarno atau Bung Karno. Soeharto berusaha memastikan keselamatan Bung Karno termasuk keberadaannya.
Pada pukul 10.00 WIB, Soekarno memberitahu Soeharto kalau dirinya selamat dan berada di suatu tempat di Jakarta. Meski tidak diberitahu, Soeharto bisa menerka dengan tepat posisi Bung Karno ada di Halim Perdanakusuma.
Soeharto menyarankan Bung Karno untuk meninggalkan Lanud Halim Perdanakusuma, karena pasukannya bersiap menyerang pasukan Dewan Revolusi. Bung Karno kemudian meninggalkan Lanud Halim Perdanakusuma untuk menuju Istana Bogor.
5. Pidato Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dari Lubang Buaya
Pada 4 Oktober 1965 jenazah para perwira tinggi AD yang ditemukan sehari sebelumnya, diangkat dari Lubang Buaya.
Para perwira tinggi AD ini merupakan korban penculikan sekaligus pembunuhan Dewan Revolusi. Mereka oleh Dewan Revolusi dituding sebagai Dewan Jenderal, yakni sebutan kepada para perwira tinggi AD yang tidak loyal kepada Presiden Soekarno.
Di lokasi Lubang Buaya, Mayjen TNI Soeharto melalui siaran radio berpidato menjelaskan apa yang terjadi pada 30 September 1965 yang kemudian dikenal sebagai G30S PKI.
Reaksi pertama yang muncul dari rakyat adalah rasa duka mendalam. Setelah itu di mana-mana terjadi kemarahan terhadap PKI beserta kaki tangannya.
tulis komentar anda