Keunikan Kampung Bule di Aceh Warganya Punya Mata Biru yang Indah
Kamis, 04 Mei 2023 - 14:43 WIB
KAMPUNG Bule di Aceh yang unik di Desa Lamno, Aceh Jaya tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena warganya yang unik. Desa ini dijuluki sebagai kampung bule karena mayoritas penduduknya berpenampilan seperti orang Eropa.
Desa Lamno terletak sekitar 86 kilometer dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Di desa ini, kita bisa menemukan pemandangan alam yang indah, mulai dari pantai yang memukau hingga hutan hijau yang menyegarkan mata.
Namun, yang membuat desa ini semakin menarik perhatian adalah keunikan warganya. Mayoritas penduduk Desa Lamno merupakan keturunan campuran bule Eropa dan orang Aceh.
Mereka memiliki penampilan fisik seperti orang Eropa, dengan tubuh tinggi, kulit putih bermata biru, rambut pirang, dan hidung mancung.
Menurut catatan sejarah, keberadaan bule lokal di Aceh berawal dari kedatangan tentara dan pelaut Portugis di wilayah pantai barat Aceh pada abad ke-14 hingga 16. Saat itu, tentara Portugis terdampar di daerah Kerajaan Daya (Aceh) dan mencoba untuk membaur dan merebut hati orang Aceh.
Setelah bertahun-tahun, pembauran kedua etnis terjadi. Para tentara dan pelaut Portugis ini menikahi warga lokal Aceh, dan keturunan mereka menjadi campuran bule dengan lokal Aceh.
Keturunan Portugis tersebar di berbagai wilayah di Aceh, termasuk di Desa Lamno. Mereka kemudian menyebar di wilayah Ujong Muloh, Kuala Daya, Gle Jong, Teumareum, hingga Lambeso.
Desa Lamno terletak sekitar 86 kilometer dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Di desa ini, kita bisa menemukan pemandangan alam yang indah, mulai dari pantai yang memukau hingga hutan hijau yang menyegarkan mata.
Namun, yang membuat desa ini semakin menarik perhatian adalah keunikan warganya. Mayoritas penduduk Desa Lamno merupakan keturunan campuran bule Eropa dan orang Aceh.
Mereka memiliki penampilan fisik seperti orang Eropa, dengan tubuh tinggi, kulit putih bermata biru, rambut pirang, dan hidung mancung.
Menurut catatan sejarah, keberadaan bule lokal di Aceh berawal dari kedatangan tentara dan pelaut Portugis di wilayah pantai barat Aceh pada abad ke-14 hingga 16. Saat itu, tentara Portugis terdampar di daerah Kerajaan Daya (Aceh) dan mencoba untuk membaur dan merebut hati orang Aceh.
Setelah bertahun-tahun, pembauran kedua etnis terjadi. Para tentara dan pelaut Portugis ini menikahi warga lokal Aceh, dan keturunan mereka menjadi campuran bule dengan lokal Aceh.
Keturunan Portugis tersebar di berbagai wilayah di Aceh, termasuk di Desa Lamno. Mereka kemudian menyebar di wilayah Ujong Muloh, Kuala Daya, Gle Jong, Teumareum, hingga Lambeso.
tulis komentar anda