Nama Mangkubumi Bukan Satu-satunya Penerus Takhta

Rabu, 06 Mei 2015 - 21:48 WIB
Nama Mangkubumi Bukan...
Nama Mangkubumi Bukan Satu-satunya Penerus Takhta
A A A
YOGYAKARTA - Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X sudah menobatkan putri sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi putri mahkota dengan nama GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram.

Ditilik dari sejarah raja-raja Keraton Yogyakarta, nama Mangkubumi bukan satu-satunya sebagai pewaris takhta. Setidaknya, ada empat nama yang biasa sebagai penerus takhta kerajaan.

Dosen Filsafat Budaya Mataram Universitas Widya Mataram Yogyakarta Heru Wahyu Kiswoyo mengatakan, nama Mangkubumi bukan paten atau harus selalu menjadi raja. "Di Keraton Yogayakarta, nama Mangkubumi bukan paten menjadi raja," katanya saat dihubungi KORAN SINDO YOGYA, Rabu (6/5/2015) malam. (Baca juga: Ini Nama Lengkap GKR Mangkubumi).

Akademisi yang sedang menempuh S3 UNY tentang Interpretasi Simbolik HB IX sebagai Pemikir Pendidikan ini mengatakan, setidaknya ada empat nama yang disandang sebelum menjadi raja. "Empat nama itu adalah Hangabehi, Purbaya, Mangkubumi, dan Buminata," kata dia.

Heru mengungkapkan, dari sekian raja-raja yang bertakhta, hanya dua raja yang namanya Mangkubumi. "Kedua raja tersebut adalah HB (Hamengku Buwono) I dan HB X," ujarnya.

Penulis Buku Demokratisasi vs Keistimewaan DIY ini menambahkan, sejumlah raja Keraton sebelum bertakhta tidak bernama Mangkubumi. "HB VII pakai nama Hangabehi, HB VIII pakai nama Purbaya," katanya.

Dia mengungkapkan, meski nama Buminata juga menjadi salah satu nama calon penerus takhta, namun dalam sejarahnya belum pernah ada raja yang bertakhta menggunakan nama Buminata. "Zaman HB V pernah ada yang disiapkan menjadi raja dengan nama Buminata, tapi itu tak terjadi. Yang bersangkutan dipanggil duluan (meninggal dunia)," paparnya.

Disinggung GKR Pembayun yang berganti nama Mangkubumi apakah bakal jadi calon penerus takhta Keraton Yogyakarta, Heru tidak sepenuhnya yakin. "Disiapkan oleh Pak Bawono (Sultan HB X), tapi itu masih jauh. Ada banyak hambatan, dari internal dan masyarakat. Kita tunggu saja." (Baca: GKR Pembayun Dinobatkan sebagai Putri Mahkota?).

Menurut dia, tantangan berat itu karena raja yang saat ini bertakhta, justru melakukan delegitimasi terhadap dirinya sendiri dengan mengubah nama Buwono menjadi Bawono.

"Raja yang sekarang mendelegitimasi atas takhtanya sendiri. Masyarakat memahami seperti itu, sehingga di mata masyarakat sudah tidak legitimate," katanya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9933 seconds (0.1#10.140)