2.000 Rumah di Sukaresik Terendam
A
A
A
TASIKMALAYA - Sebanyak 2.000 rumah di Kampung Bojongsoban, Hegarsari, Cicalung, dan Mekarsari, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya terendam banjir kemarin.
Bencana banjir tersebut terjadi akibat Sungai Cikidang dan Citanduy kembali meluap setelah hu jan deras mengguyur Kabupaten Tasikmalaya. Selain 2.000 rumah, banjir juga merendam sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, pus kes mas, dan pondok pesantren. Kendati tidak ada korban jiwa namun kerugian yang di derita warga akibat bencana banjir kali ini cukup besar.
Sebagian besar peralatan rumah tangga dan elektronik rusak. Warga tak sempat menyelematkan peralatan tersebut lantaran tak menyangka banjir akan merendam permukiman mereka. Apalagi Kabupaten Tasik malaya telah lama tak diguyur hujan. Siswa SD Negeri Bojongsoban, aktivitas belajar diPonpes Mat’aul Ulum, dan layanan kesehatan di Puskesmas Tanjungsari pun terpaksa di hentikan, meski banjir mulai surut sekitar pukul 10.00 WIB.
“Kali ini banjir tidak terduga karena memang lama tidak ada hujan. Namun warga sudah was pada sehingga tidak sampai me nim bulkan korban jiwa. Tetap saja barang berharga banyak yang tidak terselamatkan, terutama barang elektronik hampir semua rusak. Untungnya banjir kali ini tidak terlalu tinggi se hing ga warga memilih bertahan di rumah masing-masing.
Namun sebagian ada yang mengungsi dan siang harinya kem bali lagi,” kata Kepala Desa Tanjung sari Munawar Holil. Saat ini, warga mem butuhkan sangat bantuan selimut, pakaian, dan bahan makanan. BPBD dan Dinas Sosial Pemkab Tasikmalaya telah memberikan sejumlah bantuan kemarin. “Yang menjadi pertanyaan saya adalah kenapa tanggul tidak bisa menahan luapan air.
Padahal sudah dibangun dan ditinggikan. Selain memang harus dibangun sodetan, menurut kami, sungai harus dila kukan pengerukan karena telah terjadi pendangkalan,” kata Holil. Jajang, 40, salah seorang guru di SD Negeri Bojongsoban me nyatakan, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) kali ini, seluruh siswa ter paksa diliburkan karena memang sekolahnya terendam banjir.
“Setiap banjir memang sekolah terpaksa libur karena jangankan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, orang tua siswa pun disibukkan dengan mengurus rumah yang terendam banjir. Begitu juga siswa, bukan tidak mungkin baju dan buku pelajaran mereka basah,” ujar Jajang.
Sementara itu, Kasi Kesiap-siaga an Bencana BPBD Kabupaten Tasikmalaya Sumarna Can dra mengemukakan, banjir di daerah itu sudah rutin terjadi karena posisi perkampungan yang berada pada delta atau diapit oleh Sungai Cikidang dan Citan duy. Sehingga, saat hujan deras mengguyur, luapan airnya pasti merendam perkampung an tersebut. BPBD Tasikmalaya pernah menyampaikan situasi ini, tapi warga yang telah ratusan tahun silam menempati perkampungan itu enggan untuk pindah ketempat lain.
“Meskipun BPSDA telah mem buat tanggul dan memperbaikinya beberapa kali karena jebol tapi tidak kuat menahan banjir besar yang datang. Kalau bantuan berupa ba han makanan telah kami berikan. Hingga saat ini kerugian ma sih kami hitung, namun dipastikan mencapai jutaan rupiah karena nyaris seluruh warga tidak bisa menyelamatkan har ta bendanya,” tutur Candra.
Sebelumnya, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum menga takan, banjir kali ini lebih diakibatkan tidak adanya perencanaan jangka panjang dan antisi pasi baik dari masyarakat mau pun instansi seperti Badan Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy. Sehingga, saat bencana terjadi, dampaknya tidak bisa dihindari atau pun diminimalisasi, kendati hingga saat ini tidak ada korban jiwa.
Menurut Bupati, harus ada solusi yang lebih baik untuk me nanggu langinya yakni dengan mere kayasa jalur air sungai (sodetan) yang melintasi per kam pungan tersebut. Karena jika harus dilakukan upaya relokasi jelas tidak akan mampu, juga belum tentu warga mau.
Nanang kuswara
Bencana banjir tersebut terjadi akibat Sungai Cikidang dan Citanduy kembali meluap setelah hu jan deras mengguyur Kabupaten Tasikmalaya. Selain 2.000 rumah, banjir juga merendam sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, pus kes mas, dan pondok pesantren. Kendati tidak ada korban jiwa namun kerugian yang di derita warga akibat bencana banjir kali ini cukup besar.
Sebagian besar peralatan rumah tangga dan elektronik rusak. Warga tak sempat menyelematkan peralatan tersebut lantaran tak menyangka banjir akan merendam permukiman mereka. Apalagi Kabupaten Tasik malaya telah lama tak diguyur hujan. Siswa SD Negeri Bojongsoban, aktivitas belajar diPonpes Mat’aul Ulum, dan layanan kesehatan di Puskesmas Tanjungsari pun terpaksa di hentikan, meski banjir mulai surut sekitar pukul 10.00 WIB.
“Kali ini banjir tidak terduga karena memang lama tidak ada hujan. Namun warga sudah was pada sehingga tidak sampai me nim bulkan korban jiwa. Tetap saja barang berharga banyak yang tidak terselamatkan, terutama barang elektronik hampir semua rusak. Untungnya banjir kali ini tidak terlalu tinggi se hing ga warga memilih bertahan di rumah masing-masing.
Namun sebagian ada yang mengungsi dan siang harinya kem bali lagi,” kata Kepala Desa Tanjung sari Munawar Holil. Saat ini, warga mem butuhkan sangat bantuan selimut, pakaian, dan bahan makanan. BPBD dan Dinas Sosial Pemkab Tasikmalaya telah memberikan sejumlah bantuan kemarin. “Yang menjadi pertanyaan saya adalah kenapa tanggul tidak bisa menahan luapan air.
Padahal sudah dibangun dan ditinggikan. Selain memang harus dibangun sodetan, menurut kami, sungai harus dila kukan pengerukan karena telah terjadi pendangkalan,” kata Holil. Jajang, 40, salah seorang guru di SD Negeri Bojongsoban me nyatakan, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) kali ini, seluruh siswa ter paksa diliburkan karena memang sekolahnya terendam banjir.
“Setiap banjir memang sekolah terpaksa libur karena jangankan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, orang tua siswa pun disibukkan dengan mengurus rumah yang terendam banjir. Begitu juga siswa, bukan tidak mungkin baju dan buku pelajaran mereka basah,” ujar Jajang.
Sementara itu, Kasi Kesiap-siaga an Bencana BPBD Kabupaten Tasikmalaya Sumarna Can dra mengemukakan, banjir di daerah itu sudah rutin terjadi karena posisi perkampungan yang berada pada delta atau diapit oleh Sungai Cikidang dan Citan duy. Sehingga, saat hujan deras mengguyur, luapan airnya pasti merendam perkampung an tersebut. BPBD Tasikmalaya pernah menyampaikan situasi ini, tapi warga yang telah ratusan tahun silam menempati perkampungan itu enggan untuk pindah ketempat lain.
“Meskipun BPSDA telah mem buat tanggul dan memperbaikinya beberapa kali karena jebol tapi tidak kuat menahan banjir besar yang datang. Kalau bantuan berupa ba han makanan telah kami berikan. Hingga saat ini kerugian ma sih kami hitung, namun dipastikan mencapai jutaan rupiah karena nyaris seluruh warga tidak bisa menyelamatkan har ta bendanya,” tutur Candra.
Sebelumnya, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum menga takan, banjir kali ini lebih diakibatkan tidak adanya perencanaan jangka panjang dan antisi pasi baik dari masyarakat mau pun instansi seperti Badan Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy. Sehingga, saat bencana terjadi, dampaknya tidak bisa dihindari atau pun diminimalisasi, kendati hingga saat ini tidak ada korban jiwa.
Menurut Bupati, harus ada solusi yang lebih baik untuk me nanggu langinya yakni dengan mere kayasa jalur air sungai (sodetan) yang melintasi per kam pungan tersebut. Karena jika harus dilakukan upaya relokasi jelas tidak akan mampu, juga belum tentu warga mau.
Nanang kuswara
(bbg)