Entaskan Kemiskinan dengan Kekuatan Infak
A
A
A
Prabumulih merupakan satu kota kecil di wilayah Sumatera Selatan yang hanya memiliki luas sekitar 435,10 km². Dengan jumlah penduduk masih kurang dari 200.000 jiwa, Pemkot Prabumulih terus berupaya mengentaskan kemiskinan di daerah yang dikenal sebagai sentra penghasil nanas ini.
Memang orang miskin di Prabumulih masih banyak atau sekitar 4.600 jiwa, tetapi yang benar-benar miskin ha nya lebih kurang 973 jiwa. Untuk terus me ngurangi angka kemiskinan tersebut, Pemkot Prabumulih telah menerapkan beberapa program yang sangat terukur dan tidak meraba-raba. Untuk warga miskin yang rumahnya sudah reyot, Pemkot Prabumulih membuat program bedah rumah.
Dalam sebulan tiga buah rumah dibedah. Dalam menjalankan progam ini, kami turun langsung memverifikasi rumah yang sudah tidak layak lagi. Karena, kami tidak ingin hanya menerima laporan dari staf. Bedah rumah ini pun tidak ada istilah rumah titipan. Jika memenuhi kriteria, wajib hukumnya membedah rumah itu menjadi layak huni. Anggaran bedah rumah ini diambil dari infak Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Prabumulih.
Tiap bulan, infak PNS Kota Prabumulih mencapai Rp240 juta. Jumlah itu cukup untuk membedah tiga rumah dalam sebulan. Tiap kali men da tangi warga yang rumahnya akan dibedah, kami selalu meminta pemilik rumah men doakan para PNS Pemkot Prabumul h agar sehat, dilancarkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya. Kami terus mengajak semua pihak untuk peduli dengan warga yang susah.
Dari situ, banyak warga lain yang tergugah untuk memberikan infak dan sedekah mulai dari nominal kecil hingga yang besar. Para pegawai pemkot pun diwajibkan menyumbangkan penghasilan perbulan, disisihkan untuk membantu terhadap sesama. Program kami berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada diSumsel, bahkan di Indonesia.
Misal, kalau ditempat lain terdapat rumah yang rusak, pemerintah setempat paling membantu membenahi yang rusaknya saja, tidak yang lain. Namun, kami menggantikan rumah yang baru. Pemkot Pramubulih menyiapkan dana sebanyak Rp31 juta untuk satu unit rumah yang baru, dengan lahan yang sudah milik warga tersebut.
Program ini sempat membuat pihak kementerian heran, lantaran biaya yang digunakan sangat besar dari aturan pusat. Setelah kami jelaskan, pihak kementerian pun sepakat dan ingin menjadikan contoh untuk daerah lain. Tahun kemarin (2014), kami mam pu membangun 120 unit rumah yang baru. Dengan sumber dana dari bantuan infak dan sedekah para pegawai Pemkot Prabumulih. Sementara, dari dana APBD kami bantu 30 rumah. Untuk tahun ini, kami menargetkan akan membangun 150 unit rumah lagi.
Dari pemerintah kami back up sebanyak 60 rumah. Kami yakin, periode kali ini kami siap memberi bantuan bagi yang punya tanah sendiri dan rumah nya mengalami kerusakan. Dengan adanya program ini, pihak luarpun banyak menawarkan kerja sama. Seperti Pertamina yang te lah menyumbang sepuluh rumah, BRI (1 unit), BNI (1 unit), Bank Sumsel (1 unit), dan Bank Mandiri (1 unit).
Bahkan, para pegawai pun kembali berlomba-lomba untuk memberikan sedekah. Seorang penyapu jalan yang gaji nya terbilang tak seberapa pun mau me nyumbangkan peng hasilannya untuk program ini. Kami juga bekerja sama dengan badan agraria, yang juga memiliki program bantuan untuk warga miskin.
Mereka membantu membuatkan 300 rumah, dengan syarat rumahnya mereka yang buat, dan tanahnya kami yang serti fikatkan secara gratis. Selain program bedah rumah masyarakat miskin, kami juga menjalankan program yang tetap memikirkan nasib orangorang yang selama ini terlupakan. Seperti orang yang memandikan mayat (bilal), penjaga kuburan, dan para penceramah.
Pemkot Prabumulih memberikan insentif yang dibayar triwulan kepada mereka, termasuk guru mengaji keliling dari rumah kerumah. Menurut kami ini penting, jika tidak ada mereka bisa urung urusan kematian. Begitu pula untuk keluarga kurang mampu, kami memberikan pinjaman modal tanpa bunga.
Modal ini diberikan untuk di pergunakan buat berdagang. Karena kami sadar, jeratan rentenir kerap kali membuat masyarakat miskin tambah miskin. Bukan hanya itu, kami juga punya program listrik bagi warga miskin secara gratis. Selanjutnya, program gas kota. Prabumulih yang dikenal sebagai kota minyak dan gas, sekarang tiap rumah sudah terpa sang 10.000 lebih gas bagi warga.
Kami juga akan mencoba memasang 30.000 gas lagi bagi ditiap rumah dan ini menjadi percontohan secara nasional. Khusus di rumah dinas wali kota, mulai Selasa sampai Kamis, selalu terbuka lebar bagima syarakat yang ingin mengadukan masalahnya. Mulai dari kesulitanbiaya berobat, mandeknya pembuatan KTP dan KK, rumah kebanjiran dan lain sebagainya. Dengan mendengarkan langsung berbagai keluhan, akan mempercepat kami memberikan disposisi kepada instansi yang berwenang untuk menindaklanjuti.
H Ridho Yahya
Wali Kota Prabumulih
Memang orang miskin di Prabumulih masih banyak atau sekitar 4.600 jiwa, tetapi yang benar-benar miskin ha nya lebih kurang 973 jiwa. Untuk terus me ngurangi angka kemiskinan tersebut, Pemkot Prabumulih telah menerapkan beberapa program yang sangat terukur dan tidak meraba-raba. Untuk warga miskin yang rumahnya sudah reyot, Pemkot Prabumulih membuat program bedah rumah.
Dalam sebulan tiga buah rumah dibedah. Dalam menjalankan progam ini, kami turun langsung memverifikasi rumah yang sudah tidak layak lagi. Karena, kami tidak ingin hanya menerima laporan dari staf. Bedah rumah ini pun tidak ada istilah rumah titipan. Jika memenuhi kriteria, wajib hukumnya membedah rumah itu menjadi layak huni. Anggaran bedah rumah ini diambil dari infak Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Prabumulih.
Tiap bulan, infak PNS Kota Prabumulih mencapai Rp240 juta. Jumlah itu cukup untuk membedah tiga rumah dalam sebulan. Tiap kali men da tangi warga yang rumahnya akan dibedah, kami selalu meminta pemilik rumah men doakan para PNS Pemkot Prabumul h agar sehat, dilancarkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya. Kami terus mengajak semua pihak untuk peduli dengan warga yang susah.
Dari situ, banyak warga lain yang tergugah untuk memberikan infak dan sedekah mulai dari nominal kecil hingga yang besar. Para pegawai pemkot pun diwajibkan menyumbangkan penghasilan perbulan, disisihkan untuk membantu terhadap sesama. Program kami berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada diSumsel, bahkan di Indonesia.
Misal, kalau ditempat lain terdapat rumah yang rusak, pemerintah setempat paling membantu membenahi yang rusaknya saja, tidak yang lain. Namun, kami menggantikan rumah yang baru. Pemkot Pramubulih menyiapkan dana sebanyak Rp31 juta untuk satu unit rumah yang baru, dengan lahan yang sudah milik warga tersebut.
Program ini sempat membuat pihak kementerian heran, lantaran biaya yang digunakan sangat besar dari aturan pusat. Setelah kami jelaskan, pihak kementerian pun sepakat dan ingin menjadikan contoh untuk daerah lain. Tahun kemarin (2014), kami mam pu membangun 120 unit rumah yang baru. Dengan sumber dana dari bantuan infak dan sedekah para pegawai Pemkot Prabumulih. Sementara, dari dana APBD kami bantu 30 rumah. Untuk tahun ini, kami menargetkan akan membangun 150 unit rumah lagi.
Dari pemerintah kami back up sebanyak 60 rumah. Kami yakin, periode kali ini kami siap memberi bantuan bagi yang punya tanah sendiri dan rumah nya mengalami kerusakan. Dengan adanya program ini, pihak luarpun banyak menawarkan kerja sama. Seperti Pertamina yang te lah menyumbang sepuluh rumah, BRI (1 unit), BNI (1 unit), Bank Sumsel (1 unit), dan Bank Mandiri (1 unit).
Bahkan, para pegawai pun kembali berlomba-lomba untuk memberikan sedekah. Seorang penyapu jalan yang gaji nya terbilang tak seberapa pun mau me nyumbangkan peng hasilannya untuk program ini. Kami juga bekerja sama dengan badan agraria, yang juga memiliki program bantuan untuk warga miskin.
Mereka membantu membuatkan 300 rumah, dengan syarat rumahnya mereka yang buat, dan tanahnya kami yang serti fikatkan secara gratis. Selain program bedah rumah masyarakat miskin, kami juga menjalankan program yang tetap memikirkan nasib orangorang yang selama ini terlupakan. Seperti orang yang memandikan mayat (bilal), penjaga kuburan, dan para penceramah.
Pemkot Prabumulih memberikan insentif yang dibayar triwulan kepada mereka, termasuk guru mengaji keliling dari rumah kerumah. Menurut kami ini penting, jika tidak ada mereka bisa urung urusan kematian. Begitu pula untuk keluarga kurang mampu, kami memberikan pinjaman modal tanpa bunga.
Modal ini diberikan untuk di pergunakan buat berdagang. Karena kami sadar, jeratan rentenir kerap kali membuat masyarakat miskin tambah miskin. Bukan hanya itu, kami juga punya program listrik bagi warga miskin secara gratis. Selanjutnya, program gas kota. Prabumulih yang dikenal sebagai kota minyak dan gas, sekarang tiap rumah sudah terpa sang 10.000 lebih gas bagi warga.
Kami juga akan mencoba memasang 30.000 gas lagi bagi ditiap rumah dan ini menjadi percontohan secara nasional. Khusus di rumah dinas wali kota, mulai Selasa sampai Kamis, selalu terbuka lebar bagima syarakat yang ingin mengadukan masalahnya. Mulai dari kesulitanbiaya berobat, mandeknya pembuatan KTP dan KK, rumah kebanjiran dan lain sebagainya. Dengan mendengarkan langsung berbagai keluhan, akan mempercepat kami memberikan disposisi kepada instansi yang berwenang untuk menindaklanjuti.
H Ridho Yahya
Wali Kota Prabumulih
(bbg)