Jalur Pengganti Ciregol Terganjal Lahan
A
A
A
BREBES - Pembuatan jalur baru sebagai solusi penanganan permanen di ruas Ciregol, Desa Kutamendala, Kecamatan Ton jong, Brebes, yang kembali ambles terkendala pembebasan lahan.
Kepala Satuan Kerja Wilayah I Bina Marga Provinsi Jawa Tengah, Sumarjono mengatakan, penanganan darurat dengan membuat jalur baru itu menjadi langkah yang paling masuk akal untuk menghadapi arus mudik. Sebab jika melakukan penanganan jalan yang ambles dibutuhkan waktu lebih lama karena kondisi tanah masih berpotensi mengalami longsor. “Nanganin (jalan) itu Hari Raya tidak mungkin selesai. Harus dipancang dulu lalu ditimbun,” ujarnya.
Sumarjono menambahkan, saat ini terdapat empat titik jalan yang rawan ambles di sepanjang Jalur Ciregol. Karena itu, solusinya adalah merelokasi jalur dengan kondisi tanah yang lebih stabil. Namun relokasi itu masih terkendala lahan yang harus dibebaskan.
“Jalur lama sangat berat untuk ke depan karena pertemuan dua arus dua sungai. Kalau memang pemda sudah menyiapkan lahan, ini kami punya anggaran untuk membebaskan. Jadi tinggal keseriusan pemda untuk mendata dan membentuk panitia. Untuk anggaran bisa dibantu pusat, agar ini bisa selesai,” katanya.
Menurut dia, pembuatan ruas baru itu dilakukan dengan mengepres tanah di bukit Ciregol. Namun, tanah yang hendak dipres itu merupakan milik perorangan dan Perhutani. Untuk tanah yang menjadi milik Perhutani, Bina Marga sudah melayangkan izin untuk melakukan penggalian. Sementara tanah yang milik perorangan belum ada kesepakatan pembebasan lahan dengan pemiliknya sejak Januari lalu.
Pemilik lahan, Sumarjono, meminta harga lahan Rp500.000 per meter persegi. Padahal Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) hanya Rp69.000 per meter persegi. “Kami sudah koordinasi dengan kecamatan, sama Pemda Brebes. Kemarin terakhir saya dengar turun Rp380.000. Saya sudah lapor kapolres, saya lapor bupati kalau ini memang tak bisa diselesaikan (pembebasan lahan) maka akan kami gali saja karena ini kepentingan masyarakat. Jadi setuju atau tidak setuju dengan pemiliknya akan kami gali,” katanya.
Sumarjono mengatakan, jalan mengalami ambles karena pengaruh pertemuan arus Sungai Pedes dan Glagah yang membuat kondi sitanah labil. Terlebih Apalagi sebelumnya tebing jalan sudah mengalami longsor pada Januari lalu.
“Saat itu saya buat laporan ke Jakarta, Balai Surabaya, baru kena dinding tebing. Kami perkirakan bisa ambles. Saat itu kami akan bebaskan ini (bukit untuk dibuat jalur baru) karena kami mengejar jalan hari raya, target hari raya ini terbuka. Tapi pemiliknya mintanya nggak ukuran,” ujarnya.
Bisa Ganggu Kelancaran Arus Mudik
Kelancaran arus mudik Lebaran tahun ini terancam menyusul kembali amblesnya ruas jalur Ciregol. Jalur Tegal-Purwokerto itu merupakan salah satu jalur utama pada saat arus mudik dan balik Lebaran karena ruas itu menghubungkan kotakota di pantura dan selatan. Kemarin langkah penanganan darurat dengan menggali dan mengepres bukit di sisi jalan yang ambles sudah mulai dilakukan dengan alat berat.
Terdapat empat eksavator dikerahkan untuk meratakan bukit dengan panjang sekitar 200 meter dan tinggi sekitar 17 meter itu. Penanganan darurat berupa pembuatan jalur baru di tebing sisi barat (dari arah Kabupaten Tegal) jalur yang ambles itu ditargetkan bisa rampung sebelum arus mudik.
Tidak hanya pembuatan jalur baru sebagai penanganan da rurat, kondisi tanah di sepanjang jalur Ciregol yang labil juga harus diantisipasi karena ada empat titik rawan terjadi tanah ambles lagi. penanganan darurat ditargetkan selesai sebelum arus mudik Lebaran.
“Mudahmudahan kalau nggak hujan, dalam tujuh hari bisa selesai untuk tanah dulu. Nanti akan kita lanjutkan ke agregat (pasir dan batu). Target saya sebelum hari raya sudah bisa dilalui,” kata Sumarjono.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Brebes, Mayang Sri Herbimo mengatakan, untuk keamanan dan kepentingan penanganan darurat, jalur Ciregol ditutup total untuk semua jenis kendaraan. “Mulai hari ini (kemarin) semua jenis kendaraan tidak boleh lewat, termasuk sepeda ontel. Lewatnya jalur alternatif Karangsawah-Linggapura. Sebelumnya sepeda motor masih bisa lewat,” kata Mayang, kemarin.
Mayang memperkirakan jalur Ciregol sudah bisa dilalui semua kendaraan pada dua pekan kedepan sehingga tidak akan sampai mengganggu arus mudik Lebaran. “Penanganan darurat dua pekan bisa selesai,” ujarnya.
Sementara salah seorang sopir angkutan umum jurusan Tegal-Bumiayu mengatakan, amblesnya jalur Ciregol membuat biaya operasional membengkak karena arus kendaraan dialihkan melalui jalur alternatif yang jaraknya lebih jauh.
“Kami tetap beroperasi tapi lewat jalur alternatif Karangsawah-Karangjongkeng-Linggapura. Ya, memutar 10 kilometer. Lebih lama satu jam. Kondisi jalannya baik, tapi lebih lama. Resahnya penumpang tidak bisa dinaikkan tarif, padahal untuk beli BBM nambah ,” katanya, kemarin.
Ruas jalan di jalur Ciregol di Desa Kutamendala, Kecamatan Tonjong, yang menghubungkan Purwokerto-Tegal, putus setelah tanahnya mengalami am bles, Sabtu (11/4). Akibatnya, jalur utama itu ditutup total untuk kendaraan. Sebelum ambles, tanah sudah mulai mengalami retak-retak dan ambles sejak sekitar pukul 15.00 WIB. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan Bina Marga kemarin pagi, panjang ruas jalan yang ambles itu mencapai 175 meter dengan kedalaman lebih dari 60 meter.
Karena itu, badan jalan hanya tersisa sekitar dua meter dan arus lalu lintas yang melewati jalur tersebut dialihkan sehingga jalan ditutup total. Kendaraan, baik kendaraan barang maupun pribadi dari arah Brebes yang keluar dari Exit Tol Pejagan dan hendak menuju ke jalur selatan, dialihkan melalui jalur pantura. Sementara kendaraan dari arah Banyumas yang hendak menuju Jakarta dialihkan melalui Wangon-Cilacap-Tasikmalaya- Bandung.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jalur Ciregol harus direlokasi karena rawan longsor. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat siap membangun jalan baru sepanjang 4 km untuk mengatasi longsor di ruas tersebut.
“Desain dan dana pembebasan tanah sudah tersedia di Kemen PU Pera. Bupati Brebes diharapkan dapat membantu melaksanakan pembebasan tanahnya,” kata Sutopo.
Farid firdaus/ Kastolani
Kepala Satuan Kerja Wilayah I Bina Marga Provinsi Jawa Tengah, Sumarjono mengatakan, penanganan darurat dengan membuat jalur baru itu menjadi langkah yang paling masuk akal untuk menghadapi arus mudik. Sebab jika melakukan penanganan jalan yang ambles dibutuhkan waktu lebih lama karena kondisi tanah masih berpotensi mengalami longsor. “Nanganin (jalan) itu Hari Raya tidak mungkin selesai. Harus dipancang dulu lalu ditimbun,” ujarnya.
Sumarjono menambahkan, saat ini terdapat empat titik jalan yang rawan ambles di sepanjang Jalur Ciregol. Karena itu, solusinya adalah merelokasi jalur dengan kondisi tanah yang lebih stabil. Namun relokasi itu masih terkendala lahan yang harus dibebaskan.
“Jalur lama sangat berat untuk ke depan karena pertemuan dua arus dua sungai. Kalau memang pemda sudah menyiapkan lahan, ini kami punya anggaran untuk membebaskan. Jadi tinggal keseriusan pemda untuk mendata dan membentuk panitia. Untuk anggaran bisa dibantu pusat, agar ini bisa selesai,” katanya.
Menurut dia, pembuatan ruas baru itu dilakukan dengan mengepres tanah di bukit Ciregol. Namun, tanah yang hendak dipres itu merupakan milik perorangan dan Perhutani. Untuk tanah yang menjadi milik Perhutani, Bina Marga sudah melayangkan izin untuk melakukan penggalian. Sementara tanah yang milik perorangan belum ada kesepakatan pembebasan lahan dengan pemiliknya sejak Januari lalu.
Pemilik lahan, Sumarjono, meminta harga lahan Rp500.000 per meter persegi. Padahal Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) hanya Rp69.000 per meter persegi. “Kami sudah koordinasi dengan kecamatan, sama Pemda Brebes. Kemarin terakhir saya dengar turun Rp380.000. Saya sudah lapor kapolres, saya lapor bupati kalau ini memang tak bisa diselesaikan (pembebasan lahan) maka akan kami gali saja karena ini kepentingan masyarakat. Jadi setuju atau tidak setuju dengan pemiliknya akan kami gali,” katanya.
Sumarjono mengatakan, jalan mengalami ambles karena pengaruh pertemuan arus Sungai Pedes dan Glagah yang membuat kondi sitanah labil. Terlebih Apalagi sebelumnya tebing jalan sudah mengalami longsor pada Januari lalu.
“Saat itu saya buat laporan ke Jakarta, Balai Surabaya, baru kena dinding tebing. Kami perkirakan bisa ambles. Saat itu kami akan bebaskan ini (bukit untuk dibuat jalur baru) karena kami mengejar jalan hari raya, target hari raya ini terbuka. Tapi pemiliknya mintanya nggak ukuran,” ujarnya.
Bisa Ganggu Kelancaran Arus Mudik
Kelancaran arus mudik Lebaran tahun ini terancam menyusul kembali amblesnya ruas jalur Ciregol. Jalur Tegal-Purwokerto itu merupakan salah satu jalur utama pada saat arus mudik dan balik Lebaran karena ruas itu menghubungkan kotakota di pantura dan selatan. Kemarin langkah penanganan darurat dengan menggali dan mengepres bukit di sisi jalan yang ambles sudah mulai dilakukan dengan alat berat.
Terdapat empat eksavator dikerahkan untuk meratakan bukit dengan panjang sekitar 200 meter dan tinggi sekitar 17 meter itu. Penanganan darurat berupa pembuatan jalur baru di tebing sisi barat (dari arah Kabupaten Tegal) jalur yang ambles itu ditargetkan bisa rampung sebelum arus mudik.
Tidak hanya pembuatan jalur baru sebagai penanganan da rurat, kondisi tanah di sepanjang jalur Ciregol yang labil juga harus diantisipasi karena ada empat titik rawan terjadi tanah ambles lagi. penanganan darurat ditargetkan selesai sebelum arus mudik Lebaran.
“Mudahmudahan kalau nggak hujan, dalam tujuh hari bisa selesai untuk tanah dulu. Nanti akan kita lanjutkan ke agregat (pasir dan batu). Target saya sebelum hari raya sudah bisa dilalui,” kata Sumarjono.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Brebes, Mayang Sri Herbimo mengatakan, untuk keamanan dan kepentingan penanganan darurat, jalur Ciregol ditutup total untuk semua jenis kendaraan. “Mulai hari ini (kemarin) semua jenis kendaraan tidak boleh lewat, termasuk sepeda ontel. Lewatnya jalur alternatif Karangsawah-Linggapura. Sebelumnya sepeda motor masih bisa lewat,” kata Mayang, kemarin.
Mayang memperkirakan jalur Ciregol sudah bisa dilalui semua kendaraan pada dua pekan kedepan sehingga tidak akan sampai mengganggu arus mudik Lebaran. “Penanganan darurat dua pekan bisa selesai,” ujarnya.
Sementara salah seorang sopir angkutan umum jurusan Tegal-Bumiayu mengatakan, amblesnya jalur Ciregol membuat biaya operasional membengkak karena arus kendaraan dialihkan melalui jalur alternatif yang jaraknya lebih jauh.
“Kami tetap beroperasi tapi lewat jalur alternatif Karangsawah-Karangjongkeng-Linggapura. Ya, memutar 10 kilometer. Lebih lama satu jam. Kondisi jalannya baik, tapi lebih lama. Resahnya penumpang tidak bisa dinaikkan tarif, padahal untuk beli BBM nambah ,” katanya, kemarin.
Ruas jalan di jalur Ciregol di Desa Kutamendala, Kecamatan Tonjong, yang menghubungkan Purwokerto-Tegal, putus setelah tanahnya mengalami am bles, Sabtu (11/4). Akibatnya, jalur utama itu ditutup total untuk kendaraan. Sebelum ambles, tanah sudah mulai mengalami retak-retak dan ambles sejak sekitar pukul 15.00 WIB. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan Bina Marga kemarin pagi, panjang ruas jalan yang ambles itu mencapai 175 meter dengan kedalaman lebih dari 60 meter.
Karena itu, badan jalan hanya tersisa sekitar dua meter dan arus lalu lintas yang melewati jalur tersebut dialihkan sehingga jalan ditutup total. Kendaraan, baik kendaraan barang maupun pribadi dari arah Brebes yang keluar dari Exit Tol Pejagan dan hendak menuju ke jalur selatan, dialihkan melalui jalur pantura. Sementara kendaraan dari arah Banyumas yang hendak menuju Jakarta dialihkan melalui Wangon-Cilacap-Tasikmalaya- Bandung.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jalur Ciregol harus direlokasi karena rawan longsor. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat siap membangun jalan baru sepanjang 4 km untuk mengatasi longsor di ruas tersebut.
“Desain dan dana pembebasan tanah sudah tersedia di Kemen PU Pera. Bupati Brebes diharapkan dapat membantu melaksanakan pembebasan tanahnya,” kata Sutopo.
Farid firdaus/ Kastolani
(ftr)