Peluit Diabaikan, Kontrol Bola Pakai Tangan

Senin, 13 April 2015 - 11:46 WIB
Peluit Diabaikan, Kontrol...
Peluit Diabaikan, Kontrol Bola Pakai Tangan
A A A
SEMARANG - Pemandangan tak biasa terlihat di lapangan Kompleks Alun-Alun Bung Karno Kalirejo, Ungaran Timur, Semarang, Sabtu (11/4) sore.

Mengenakan kebaya dipadu celana training atau legging , sejumlah gadis cantik dan wanita paruh baya berlarian memperebutkan bola. Riuh rendah teriakan bercampur tawa lepas terdengar di tengah pertandingan sepak bola antara ibu-ibu PKK Kabupaten Semarang versus remaja cantik binaan Exist Modeling.

Acap kali adegan lucu mewarnai pertandingan eksebisi ini. Tidak jarang terlihat ibu-ibu terjatuh saat mengejar bola, mengoper kepada lawan, hingga tendangan angin alias luput mengenai bola. Aturan baku layaknya pertandingan sepak bola resmi tidak berlaku di pertandingan tersebut.

Wasit yang memimpin pertandingan, Bayu Ramli sekaligus pengasuh Exist Modeling, dibuat kewalahan dengan cara bermain anak asuh maupun mitra tandingnya. Berkali-kali dia harus berteriak keras guna mengingatkan ada pelanggaran. Ini dilakukan lantaran tiupan peluitnya tak dihiraukan. Tidak peduli bola sudah keluar dari batas yang ditentukan atau terjadi handball , pertandingan jalan terus.

“Aduh... bagaimana itu, sepak bola kok pakai tangan. Sepak bola itu bola disepak (ditendang) bukan direbutin pakai tangan,” celoteh Bayu. Keriuhan tersebut mampu menyedot perhatian warga yang tengah menikmati suasana sore hari di Alun-Alun Bung Karno. Mereka dibuat tersenyum bahkan tertawa lebar saat menyaksikan adegan unik ini.

Tidak lumrah serta jarang terlihat di pertandingan sepak bola pada umumnya. Bayu mengaku bukan hasil akhir yang ingin diraih melalui kegiatan sepak bola ibu PKK vs model. Filosofi pertandingan bahwa tidak ada manusia yang bisa sukses tanpa bantuan orang lain. Pernyataan senada disampaikan Meilina, 34, perwakilan ibu-ibu PKK.

Bagi ibu satu anak ini, banyak hal bisa dilakukan kaum wanita pada zaman sekarang. Sejumlah aktivitas yang selama ini dianggap tabu bukan halangan bagi wanita menunjukkan jati dirinya. “Wanita punya hak sama dengan pria. Siapa bilang wanita tidak bisa melakukan sesuatu yang biasa dilakukan pria. Pakai kebaya saja kami tetap bisa bersepak bola, meski untuk mengontrol tangan agar tidak sentuh bola sulit,” tutur pehobi gym ini seraya tersenyum.

Anisya, 16, salah satu model Exist Modeling, mengaku baru kali ini ikut pertandingan sepak bola. Meski perdana, namun siswi kelas X ini banyak mendapat pelajaran berharga dari aktivitas tersebut. “Saya belajar bagaimana kerja sama dengan rekan satu tim untuk sebuah tujuan. Kita harus meninggalkan ego untuk mencetak gol,” katanya.

Pertandingan tersebut akhirnya dimenangkan tim ibu-ibu PKK dengan skor 1-0. Sebagai penutup kegiatan, digelar adu penalti dan peragaan busana tradisional koleksi Sanggar Rias Busana Devita dari Kota Semarang.

Agus Joko
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0812 seconds (0.1#10.140)