Jatah Hidup Pengungsi Rp22.500 per Hari
A
A
A
KARANGANYAR - Kondisi pengungsi korban tanah ambles di Dusun Jambon, Desa Menjing, Kecamatan Jenawi semakin memprihatinkan. Tidak sedikit warga yang harus rela menjual ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena kehilangan mata pencaharian.
Dana jatah hidup yang dijanjikan Pemkab Karanganyar senilai Rp22.500 per hari juga tidak kunjung dikucurkan. Dana tersebut seharusnya disalurkan untuk meringankan beban hidup warga selama mengungsi di Balai Desa Menjing dan Gedung Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI) Jenawi. Mayoritas warga yang bekerja sebagai petani kini tidak bisa bercocok tanam.
Otomatis tidak ada pemasukan untuk menafkahi keluarga. “Saya terpaksa menjual kambing demi memenuhi kebutuhan seharihari selama mengungsi. Ada tiga ekor yang dijual tapi harganya turun,” kata Susilo, salah satu warga Dusun Jambon, kemarin. Meski kebutuhan makan telah terpenuhi di pengungsian, biaya hidup lainnya tidak bisa terelakkan.
Padahal pendapatan dari bertani praktis terhenti karena harus mengungsi sehingga waktu banyak dihabiskan di lokasi pengungsian bersama keluarga. Menurut Susilo, menjual ternak menjadi pilihan karena opsi lainnya tidak ada. Pihaknya berharap bantuan relokasi segera terealisasi agar penderitaan warga segera berakhir.
Hadi Suprapto, 73, warga lainnya, mengaku telah menjual empat ekor kambing demi menutup kebutuhan sehari-harinya. Hasil penjualan mencapai Rp3,5 juta dan digunakan untuk menutup kebutuhan hidup selama mengungsi. Dia mengaku sedikit beruntung karena masih bisa beraktivitas di ladang. Meski demikian, kebutuhan uang tambahan tetap tidak dapat terelakkan.
“Sehabis sarapan masih bisa bekerja. Namun tetap butuh pemasukan untuk beli rokok, memberi uang saku cucu, dan kebutuhan lainnya. Apalagi keluarga hampir komplit di sini,” ungkap Hadi Suprapto. Bupati Karanganyar Juliyatmono mengatakan bahwa pihaknya menyediakan biaya pemulihan tanggap bencana.
Berdasarkan hitungan, biaya pemulihan per hari Rp22.500 per orang. Jatah hidup itu akan dikucurkan satu bulan masa pemulihan. Setelah itu, warga akan didorong untuk pindah dari lokasi pengungsian ke rumah sanak saudara yang aman dari bencana pengungsi merasa lebih nyaman dan tidak jenuh. “Jumat depan jatah hidup akan kami serahkan, dan Sabtu diharapkan sudah berada di rumah saudara mereka,” ujarnya.
Setelah tiga pekan mengungsi, sekitar 257 warga mulai letih dan jenuh. Mereka ingin segera ada kepastian kapan relokasi dilaksanakan. Pascakejadian tanah ambles yang pertama, dia sempat membangun rumah kembali. Rumah itu kembali rusak setelah kembali terjadi bencana tanah ambles yang kedua. “Saya sudah dua kali mengungsi selama bencana berlangsung,” kata Suyatmi, 40, salah satu pengungsi.
Ary wahyu wibowo
Dana jatah hidup yang dijanjikan Pemkab Karanganyar senilai Rp22.500 per hari juga tidak kunjung dikucurkan. Dana tersebut seharusnya disalurkan untuk meringankan beban hidup warga selama mengungsi di Balai Desa Menjing dan Gedung Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI) Jenawi. Mayoritas warga yang bekerja sebagai petani kini tidak bisa bercocok tanam.
Otomatis tidak ada pemasukan untuk menafkahi keluarga. “Saya terpaksa menjual kambing demi memenuhi kebutuhan seharihari selama mengungsi. Ada tiga ekor yang dijual tapi harganya turun,” kata Susilo, salah satu warga Dusun Jambon, kemarin. Meski kebutuhan makan telah terpenuhi di pengungsian, biaya hidup lainnya tidak bisa terelakkan.
Padahal pendapatan dari bertani praktis terhenti karena harus mengungsi sehingga waktu banyak dihabiskan di lokasi pengungsian bersama keluarga. Menurut Susilo, menjual ternak menjadi pilihan karena opsi lainnya tidak ada. Pihaknya berharap bantuan relokasi segera terealisasi agar penderitaan warga segera berakhir.
Hadi Suprapto, 73, warga lainnya, mengaku telah menjual empat ekor kambing demi menutup kebutuhan sehari-harinya. Hasil penjualan mencapai Rp3,5 juta dan digunakan untuk menutup kebutuhan hidup selama mengungsi. Dia mengaku sedikit beruntung karena masih bisa beraktivitas di ladang. Meski demikian, kebutuhan uang tambahan tetap tidak dapat terelakkan.
“Sehabis sarapan masih bisa bekerja. Namun tetap butuh pemasukan untuk beli rokok, memberi uang saku cucu, dan kebutuhan lainnya. Apalagi keluarga hampir komplit di sini,” ungkap Hadi Suprapto. Bupati Karanganyar Juliyatmono mengatakan bahwa pihaknya menyediakan biaya pemulihan tanggap bencana.
Berdasarkan hitungan, biaya pemulihan per hari Rp22.500 per orang. Jatah hidup itu akan dikucurkan satu bulan masa pemulihan. Setelah itu, warga akan didorong untuk pindah dari lokasi pengungsian ke rumah sanak saudara yang aman dari bencana pengungsi merasa lebih nyaman dan tidak jenuh. “Jumat depan jatah hidup akan kami serahkan, dan Sabtu diharapkan sudah berada di rumah saudara mereka,” ujarnya.
Setelah tiga pekan mengungsi, sekitar 257 warga mulai letih dan jenuh. Mereka ingin segera ada kepastian kapan relokasi dilaksanakan. Pascakejadian tanah ambles yang pertama, dia sempat membangun rumah kembali. Rumah itu kembali rusak setelah kembali terjadi bencana tanah ambles yang kedua. “Saya sudah dua kali mengungsi selama bencana berlangsung,” kata Suyatmi, 40, salah satu pengungsi.
Ary wahyu wibowo
(bbg)