Bencana Longsor Kepung Jabar
A
A
A
BANDUNG BARAT - Bencana tanah longsor kepung Jawa Barat menyusul curah hujan yang masih tinggi mengguyur provinsi ini.
Kemarin, bencana long sor terjadi di sejumlah dae rah, yakni Kota Bandung, Ka bupaten Bandung Barat (KBB), Sukabumi, dan Purwakarta. Peristiwa tersebut menyebabkan satu orang tewas dan belasan rumah warga rusak berat. Selain itu, beberapa ruas jalan terputus akibat tertimbun material longsor. Peristiwa tanah longsor parah terjadi di Kampung Cinangsi, RT 02/04, Desa Karang tanjung, Kecamatan Cililin, KBB sekitar pukul 08.30 WIB.
Aki batnya, 12 rumah di Kompleks Asabri yang terletak di tebing Pasir Ipis, rusak tertimbun. Longsor diduga akibat hujan deras meng guyur kawasan itu sejak Rabu (1/4) malam hingga Kamis (2/4) dini hari. Longsoran tanah berasal dari tebing dengan ketinggian 30 meter dan kemiringan sekitar 60 derajat. Seluruh material tanah yang disertai air langsung menimpa rumah warga dan disusul banjir lumpur hingga me nutup Jalan Raya Cililin. Salah seorang warga Kompleks Asabri, Rianto, saat ke jadian, warga tengah berada berada di dalam rumah.
Warga men dengar suara bergemuruh yang berasal dari tebing.”Warga langsung berhamburan ke luar untuk menyelamatkan diri,” kata Rianto. Camat Cililin A Zaini Dahlan mengatakan, Kompleks Asabri ini terdiri dari 77 unit rumah dan 55 di antaranya sudah terisi. Sementara itu, 12 rumah yang hancur sudah di ting gal - kan penghuninya.”Dalam kejadian ini tidak ditemukan korban jiwa,” kata Zaini. Akibat kejadian ini, ungkap Camat, sebanyak 150 jiwa diungsikan untuk menghindari longsor susulan.
Sedangkan untuk menampung warga, pihak ke camatan menyediakan tiga tem pat pengungsian semen tara, yaitu Kantor Desa Karang Tanjung, posyandu, dan PAUD. “Sebagian lagi warga mengung si ke para kerabatnya,” ungkap Camat. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD KBB M Pa kih mengatakan, longsor terjadi karena kondisi tanah subur dan gembur. Dengan curah hujan tinggi, menyebabkan kondisi tanah jenuh dan tidak bisa me nahan air.
“Dengan kon disi tanah seperti itu, maka ber potensi terjadi longsor,” kata Pakih. Dia mengemukakan, saat ini 58 kepala keluarga (KK) telah diungsikan. Sebanyak 30 rumah dalam posisi terancam long sor susulan. BPBD KBB mengimbau warga tetap waspada. “Jika melihat kondisi tanah labil seperti ini, ada potensi terjadi longsor susulan,” ujar dia. Sementara itu, tiga rumah warga di Jalan Cihampelas, Gang Swadaya 3, RT 08/02, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong rusak parah akibat tanah ambles setelah tergerus arus air selokan Cibarange.
Yanti kurniawati, 35, mengaku kaget saat halaman rumahnya ambles. Saat itu Yanti se dang berbincang dengan tetangganya. “Itu kejadiannya se kitar pukul 15.00 WIB,” kata Yanti di lokasi kejadian, ke marin. Menurut Yanti, sebelumnya pada Sabtu (29/3) lalu ia me lihat sebuah lubang berukuran besar di depan halamannya. Lu bang tersebut terbentuk akibat gempuran air dari selokan Cibarange yang menggerus tanah di bawahnya.
“Nah lama kelamaan lubang itu membesar menggerus tanah di bawahnya hingga habis,” tutur dia. Sri Widia, 50, menuturkan, rumahnya seluas 84 meter persegi harus hilang sebagian. Kamar dan ruang tamu rumah itu ambles.
“Rumah saya sebagian ambles, itu perkiraan luasnya 6x4 meter persegi,” kata Sri. Ketua RT 08/02 Sulaeman, 41, mengatakan, untuk antisipasi, pihaknya bersama warga me lakukan evakuasi dan memberikan karung pasir untuk me - nahan air masuk ke rumah lainnya. Jika dibiarkan, aliran air dikhawatirkan akan meng gerus dua rumah lainnya.
Penggali Tewas, Dua Luka-Luka
Lagi, bencana longsor di wilayah Kabupaten Sukabumi memakan korban jiwa. Suherman, 28, seorang penggali pasir tewas setelah tubuhnya terkubur tanah longsor yang terjadi di kawas an tambang pasir kuarsa di Kampung Caringin, Kecamatan Gegerbitung. Bencana longsor terjadi sekitar pukul 10.30 WIB kemarin. Saat itu, korban Suherman, 28, dan dua penambang lain tengah melakukan penggalian di sekitar kaki tebing.
Hujan yang meng guyur sejak pagi hari, tak menghentikan Suherman untuk terus beraktivitas. Tiba-tiba, dinding tebing setinggi lebih dari lima meter long sor. Suherman dan dua teman nya tak bisa berbuat banyak ketika longsoran tanah tebing menimbun tubuh mereka. Dalam waktu sekejap, tubuh ketiganya hilang tertimbun tanah. Warga di lokasi tambang lang sung melakukan upaya penyelamatan.
“Dua penambang berhasil dievakuasi dari dalam tim bun - an tanah. Keduanya mengalami luka berat akibat terkena longsoran tanah sehingga langsung dibawa ke rumah sakit. Sementara korban Suherman gagal diselamatkan. Setelah dilakukan pencarian selama hampir satu jam, korban akhirnya berhasil ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa,” kata Camat Gegerbitung Gun Gun. Di lokasi lain, tanah longsor menimbun jalan Desa Warnajati, Kecamatan Cibadak.
Tanah tebing setinggi tujuh meter yang berada di sepanjang Jalan Warnajati ambrol di empat titik berbeda. Kepala Desa Warnajati Hilmi Nurhikmat mengungkapkan, bencana long sor terjadi di tiga titik dalam waktu yang hampir bersamaan. Peristiwa itu me nye babkan tiga wilayah pe mu kim an warga nyaris terisolasi. Pa sal nya timbunan tanah tebing bercampur material batu menimbun sebagian besar jalan aspal. Selain menutup akses jalan desa, longsor juga terjadi di wilayah perbukitan di bagian selatan Warnajati. Empasan tanah tebing merusak beberapa ru mah warga.
“Tiga per kam pungan yang tertutup akses jalannya antara lain Kampung Malingut, Sukamaju, dan Peng hapuan. Sejak kemarin sore, upaya pembersihan timbunan tanah sudah dilakukan, namun masih belum maksimal karena guyuran hujan yang terus menerus mengakibatkan ma te rial tanah dan bebatuan sema kin menutupi jalan,” kata Hilmi. Peristiwa serupa juga terjadi di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwarkarta.
Hujan deras yang mengguyur sepanjang Rabu (1/4) malam hingga Kamis (2/4) dini hari, meng aki batkan bukit Gunung Cupu setinggi 50 meter longsor sekitar pukul 03.00 WIB. Material longsor, tanah bercampur bebatuan ini menimbun Jalan Anjun, Keca matan Plered. Pristiwa yang terjadi kesekian kalinya ini mengakibatkan jalan raya yang meng hu bungkan antar kecamatan di Kabupaten Purwakarta itu lumpuh.
Seluruh bahu jalan tertutup material longsor sepanjang 30 meter dengan tebal 15 sentimeter. Pantauan KORAN SINDO, menjelang pagi aparat Satpol PP dan petugas Damkar Purwakarta dibantu anggota TNI/Polri bersama warga diterjunkan membersihkan material longsor yang menutupi jalan. Pembersihan material longsor yang menggunakan alat seadanya cukup memakan waktu.
Akibatnya, ratusan pengendara yang melintas jalan raya ter sebut harus sabar menung - gu pembersihan material longsor hingga berjam-jam. Sekitar pukul 08.30 WIB baru jalan raya bisa dilintasi kendaraan.
“Longsor dari Gunung Cupu ini rutin terjadi setiap hujan deras. Itu terjadi karena pepohonan sudah banyak yang ber kurang, selain ditebang juga akibat kebakaran musim kemarau beberapa waktu lalu,” kata Camat Plered Asep Gumilar di lokasi longsor. Kepala Dinas Energi Sumner Daya Alam (ESDM) Kabupaten Purwakarta Akun Kurniadi mengungkapkan, jenis tanah di Purwakarta sebagian besar berjenis lempung. Karakteristik tanah jenis ini jika terkena pa nas akan berubah seperti pasir, tapi jika terkena hujan rentan terbawa arus.
“Selain itu, banyak terdapat kontur tanah labil. Seperti di Kecamatan Plered dan Sukatani. Beberapa titik daerah tersebut terindikasi rawan longsor,” jelasnya.
Raden bagja mulyana/ agie permadi/ toni kamajaya/ didin jalaludin
Kemarin, bencana long sor terjadi di sejumlah dae rah, yakni Kota Bandung, Ka bupaten Bandung Barat (KBB), Sukabumi, dan Purwakarta. Peristiwa tersebut menyebabkan satu orang tewas dan belasan rumah warga rusak berat. Selain itu, beberapa ruas jalan terputus akibat tertimbun material longsor. Peristiwa tanah longsor parah terjadi di Kampung Cinangsi, RT 02/04, Desa Karang tanjung, Kecamatan Cililin, KBB sekitar pukul 08.30 WIB.
Aki batnya, 12 rumah di Kompleks Asabri yang terletak di tebing Pasir Ipis, rusak tertimbun. Longsor diduga akibat hujan deras meng guyur kawasan itu sejak Rabu (1/4) malam hingga Kamis (2/4) dini hari. Longsoran tanah berasal dari tebing dengan ketinggian 30 meter dan kemiringan sekitar 60 derajat. Seluruh material tanah yang disertai air langsung menimpa rumah warga dan disusul banjir lumpur hingga me nutup Jalan Raya Cililin. Salah seorang warga Kompleks Asabri, Rianto, saat ke jadian, warga tengah berada berada di dalam rumah.
Warga men dengar suara bergemuruh yang berasal dari tebing.”Warga langsung berhamburan ke luar untuk menyelamatkan diri,” kata Rianto. Camat Cililin A Zaini Dahlan mengatakan, Kompleks Asabri ini terdiri dari 77 unit rumah dan 55 di antaranya sudah terisi. Sementara itu, 12 rumah yang hancur sudah di ting gal - kan penghuninya.”Dalam kejadian ini tidak ditemukan korban jiwa,” kata Zaini. Akibat kejadian ini, ungkap Camat, sebanyak 150 jiwa diungsikan untuk menghindari longsor susulan.
Sedangkan untuk menampung warga, pihak ke camatan menyediakan tiga tem pat pengungsian semen tara, yaitu Kantor Desa Karang Tanjung, posyandu, dan PAUD. “Sebagian lagi warga mengung si ke para kerabatnya,” ungkap Camat. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD KBB M Pa kih mengatakan, longsor terjadi karena kondisi tanah subur dan gembur. Dengan curah hujan tinggi, menyebabkan kondisi tanah jenuh dan tidak bisa me nahan air.
“Dengan kon disi tanah seperti itu, maka ber potensi terjadi longsor,” kata Pakih. Dia mengemukakan, saat ini 58 kepala keluarga (KK) telah diungsikan. Sebanyak 30 rumah dalam posisi terancam long sor susulan. BPBD KBB mengimbau warga tetap waspada. “Jika melihat kondisi tanah labil seperti ini, ada potensi terjadi longsor susulan,” ujar dia. Sementara itu, tiga rumah warga di Jalan Cihampelas, Gang Swadaya 3, RT 08/02, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong rusak parah akibat tanah ambles setelah tergerus arus air selokan Cibarange.
Yanti kurniawati, 35, mengaku kaget saat halaman rumahnya ambles. Saat itu Yanti se dang berbincang dengan tetangganya. “Itu kejadiannya se kitar pukul 15.00 WIB,” kata Yanti di lokasi kejadian, ke marin. Menurut Yanti, sebelumnya pada Sabtu (29/3) lalu ia me lihat sebuah lubang berukuran besar di depan halamannya. Lu bang tersebut terbentuk akibat gempuran air dari selokan Cibarange yang menggerus tanah di bawahnya.
“Nah lama kelamaan lubang itu membesar menggerus tanah di bawahnya hingga habis,” tutur dia. Sri Widia, 50, menuturkan, rumahnya seluas 84 meter persegi harus hilang sebagian. Kamar dan ruang tamu rumah itu ambles.
“Rumah saya sebagian ambles, itu perkiraan luasnya 6x4 meter persegi,” kata Sri. Ketua RT 08/02 Sulaeman, 41, mengatakan, untuk antisipasi, pihaknya bersama warga me lakukan evakuasi dan memberikan karung pasir untuk me - nahan air masuk ke rumah lainnya. Jika dibiarkan, aliran air dikhawatirkan akan meng gerus dua rumah lainnya.
Penggali Tewas, Dua Luka-Luka
Lagi, bencana longsor di wilayah Kabupaten Sukabumi memakan korban jiwa. Suherman, 28, seorang penggali pasir tewas setelah tubuhnya terkubur tanah longsor yang terjadi di kawas an tambang pasir kuarsa di Kampung Caringin, Kecamatan Gegerbitung. Bencana longsor terjadi sekitar pukul 10.30 WIB kemarin. Saat itu, korban Suherman, 28, dan dua penambang lain tengah melakukan penggalian di sekitar kaki tebing.
Hujan yang meng guyur sejak pagi hari, tak menghentikan Suherman untuk terus beraktivitas. Tiba-tiba, dinding tebing setinggi lebih dari lima meter long sor. Suherman dan dua teman nya tak bisa berbuat banyak ketika longsoran tanah tebing menimbun tubuh mereka. Dalam waktu sekejap, tubuh ketiganya hilang tertimbun tanah. Warga di lokasi tambang lang sung melakukan upaya penyelamatan.
“Dua penambang berhasil dievakuasi dari dalam tim bun - an tanah. Keduanya mengalami luka berat akibat terkena longsoran tanah sehingga langsung dibawa ke rumah sakit. Sementara korban Suherman gagal diselamatkan. Setelah dilakukan pencarian selama hampir satu jam, korban akhirnya berhasil ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa,” kata Camat Gegerbitung Gun Gun. Di lokasi lain, tanah longsor menimbun jalan Desa Warnajati, Kecamatan Cibadak.
Tanah tebing setinggi tujuh meter yang berada di sepanjang Jalan Warnajati ambrol di empat titik berbeda. Kepala Desa Warnajati Hilmi Nurhikmat mengungkapkan, bencana long sor terjadi di tiga titik dalam waktu yang hampir bersamaan. Peristiwa itu me nye babkan tiga wilayah pe mu kim an warga nyaris terisolasi. Pa sal nya timbunan tanah tebing bercampur material batu menimbun sebagian besar jalan aspal. Selain menutup akses jalan desa, longsor juga terjadi di wilayah perbukitan di bagian selatan Warnajati. Empasan tanah tebing merusak beberapa ru mah warga.
“Tiga per kam pungan yang tertutup akses jalannya antara lain Kampung Malingut, Sukamaju, dan Peng hapuan. Sejak kemarin sore, upaya pembersihan timbunan tanah sudah dilakukan, namun masih belum maksimal karena guyuran hujan yang terus menerus mengakibatkan ma te rial tanah dan bebatuan sema kin menutupi jalan,” kata Hilmi. Peristiwa serupa juga terjadi di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwarkarta.
Hujan deras yang mengguyur sepanjang Rabu (1/4) malam hingga Kamis (2/4) dini hari, meng aki batkan bukit Gunung Cupu setinggi 50 meter longsor sekitar pukul 03.00 WIB. Material longsor, tanah bercampur bebatuan ini menimbun Jalan Anjun, Keca matan Plered. Pristiwa yang terjadi kesekian kalinya ini mengakibatkan jalan raya yang meng hu bungkan antar kecamatan di Kabupaten Purwakarta itu lumpuh.
Seluruh bahu jalan tertutup material longsor sepanjang 30 meter dengan tebal 15 sentimeter. Pantauan KORAN SINDO, menjelang pagi aparat Satpol PP dan petugas Damkar Purwakarta dibantu anggota TNI/Polri bersama warga diterjunkan membersihkan material longsor yang menutupi jalan. Pembersihan material longsor yang menggunakan alat seadanya cukup memakan waktu.
Akibatnya, ratusan pengendara yang melintas jalan raya ter sebut harus sabar menung - gu pembersihan material longsor hingga berjam-jam. Sekitar pukul 08.30 WIB baru jalan raya bisa dilintasi kendaraan.
“Longsor dari Gunung Cupu ini rutin terjadi setiap hujan deras. Itu terjadi karena pepohonan sudah banyak yang ber kurang, selain ditebang juga akibat kebakaran musim kemarau beberapa waktu lalu,” kata Camat Plered Asep Gumilar di lokasi longsor. Kepala Dinas Energi Sumner Daya Alam (ESDM) Kabupaten Purwakarta Akun Kurniadi mengungkapkan, jenis tanah di Purwakarta sebagian besar berjenis lempung. Karakteristik tanah jenis ini jika terkena pa nas akan berubah seperti pasir, tapi jika terkena hujan rentan terbawa arus.
“Selain itu, banyak terdapat kontur tanah labil. Seperti di Kecamatan Plered dan Sukatani. Beberapa titik daerah tersebut terindikasi rawan longsor,” jelasnya.
Raden bagja mulyana/ agie permadi/ toni kamajaya/ didin jalaludin
(ars)