MUI Jabar Kecewa Tak Dilibatkan Pembuatan Buku Pelajaran
A
A
A
BANDUNG - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat (Jabar), mengaku kesal karena selama ini tidak pernah dilibatkan dalam pembuatan buku pelajaran untuk sekolah. Sehingga wajar jika ada buku berisi paham radikal masuk dalam buku agama.
"Problemnya di situ. Kami pernah mengusulkan agar pembuatan buku pelajaran melibatkan MUI atau tokoh agama. Tapi sampai sekarang itu belum pernah (dilibatkan)," kata Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, Rafani Achyar, di Bandung, Rabu (1/4/2015).
Usulan itu menurutnya sempat disampaikan ke Dinas Pendidikan Jawa Barat agar disampaikan ke pihak-pihak terkait dalam pembuatan buku. Tapi tidak pernah ada respon positif yang diperlihatkan. "Beberapa kali yang terjadi kita justru baru diundang setelah ada kasus," ucap Rafani.
Beberapa waktu lalu misalnya kata Rafani, ada buku berisi tips pacaran dalam buku pelajaran tingkat SMA. Bahkan kemarin, perwakilan guru dan orangtua siswa melaporkan buku berisi paham radikalisme dalam buku pelajaran.
Dia berharap, nantinya MUI atau tokoh agama benar-benar dilibatkan." Sehingga tidak terjadi lagi kecolongan ada paham radikal atau hal negatif lainnya dalam buku pelajaran," katanya.
"Problemnya di situ. Kami pernah mengusulkan agar pembuatan buku pelajaran melibatkan MUI atau tokoh agama. Tapi sampai sekarang itu belum pernah (dilibatkan)," kata Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, Rafani Achyar, di Bandung, Rabu (1/4/2015).
Usulan itu menurutnya sempat disampaikan ke Dinas Pendidikan Jawa Barat agar disampaikan ke pihak-pihak terkait dalam pembuatan buku. Tapi tidak pernah ada respon positif yang diperlihatkan. "Beberapa kali yang terjadi kita justru baru diundang setelah ada kasus," ucap Rafani.
Beberapa waktu lalu misalnya kata Rafani, ada buku berisi tips pacaran dalam buku pelajaran tingkat SMA. Bahkan kemarin, perwakilan guru dan orangtua siswa melaporkan buku berisi paham radikalisme dalam buku pelajaran.
Dia berharap, nantinya MUI atau tokoh agama benar-benar dilibatkan." Sehingga tidak terjadi lagi kecolongan ada paham radikal atau hal negatif lainnya dalam buku pelajaran," katanya.
(nag)