Eks IKIP Jangan Tinggalkan Kompetensi Dasar
A
A
A
Ketua Dewan perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman meminta Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang bertransformasi menjadi universitas, tidak meninggalkan kompetensi dasarnya sebagai pencetak calon guru.
Kendati membuka program studi keilmuan lain, eks IKIP harus tetap menjaga kualitas dan meningkatkan kompetensi untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kualifikasi. Menurutnya, bidang keilmuan yang sudah dikuasai tersebut harus tetap dijaga dan dikembangkan.
“Yang ingin saya katakan sungguh akan menjadi ironi jika lembaga pendidikan tinggi keguruan dan ilmu pendidikan yang pernah kita miliki, meninggalkan corecompetence yang sesungguhnya sangat kita butuhkan untuk menjawab tantangan sistem pendidikan nasional di masa depan,” katanya di sela-sela orasi ilmiah berjudul “Pembangunan Sumber Daya Insani yang Unggul dan Berkarakter Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” pada Dies Natalis Universitas Negeri Semarang (Unnes) kemarin.
Dia berharap eks IKIP tetap menjadi laboratorium dan pusat keunggulan dalam pengembangan sistem pendidikan nasional. Seluruh PT juga harus menjalin aliansi dan bersinergi untuk menjadi motor penggerak bagi kemajuan serta pengembangan sistem pendidikan.
“Nah, di usia ke 50 ini saya juga menantang Unnes sebagai eks- IKIP berani melakukan prakarsa dan mulai menjalin komunikasi dengan universitas lainnya. Jika semua universitas (eks-IKIP) tetap menjaga corecompetence yang dimilikinya, saya yakin sistem pendidikan kita akan cepat maju dan berkembang di masa mendatang,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir mengungkapkan bahwa perguruan tinggi harus menggandeng dunia usaha sebagai langkah hilirisasi hasil riset yang dilakukan.
“Kami ingin mendorong perguruan tinggi memperbanyak kerja sama dengan kalangan dunia usaha. Dengan demikian, hasil riset yang dilakukan tidak hanya berhenti pada publikasi, melainkan dikomersialisasi agar manfaat dari hasil riset itu dapat dirasakan masyarakat,” kata dia. M Nasir juga mengatakan, dengan keterlibatan oleh dunia usaha, persoalan pembiayaan pelaksanaan riset juga akan turut terbantu.
Dengan begitu akan semakin banyak riset yang bisa dilakukan oleh kalangan akademisi di lingkungan kampus. “Di negara tetangga, 80% dana untuk pelaksanaan riset dibiayai kalangan dunia usaha. Di negara kita belum sampai angka segitu. Pendanaan nasional untuk riset kita juga masih rendah jika dibandingkan negara-negara tetangga kita,” ungkapnya.
Susilo himawan
Kendati membuka program studi keilmuan lain, eks IKIP harus tetap menjaga kualitas dan meningkatkan kompetensi untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kualifikasi. Menurutnya, bidang keilmuan yang sudah dikuasai tersebut harus tetap dijaga dan dikembangkan.
“Yang ingin saya katakan sungguh akan menjadi ironi jika lembaga pendidikan tinggi keguruan dan ilmu pendidikan yang pernah kita miliki, meninggalkan corecompetence yang sesungguhnya sangat kita butuhkan untuk menjawab tantangan sistem pendidikan nasional di masa depan,” katanya di sela-sela orasi ilmiah berjudul “Pembangunan Sumber Daya Insani yang Unggul dan Berkarakter Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” pada Dies Natalis Universitas Negeri Semarang (Unnes) kemarin.
Dia berharap eks IKIP tetap menjadi laboratorium dan pusat keunggulan dalam pengembangan sistem pendidikan nasional. Seluruh PT juga harus menjalin aliansi dan bersinergi untuk menjadi motor penggerak bagi kemajuan serta pengembangan sistem pendidikan.
“Nah, di usia ke 50 ini saya juga menantang Unnes sebagai eks- IKIP berani melakukan prakarsa dan mulai menjalin komunikasi dengan universitas lainnya. Jika semua universitas (eks-IKIP) tetap menjaga corecompetence yang dimilikinya, saya yakin sistem pendidikan kita akan cepat maju dan berkembang di masa mendatang,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir mengungkapkan bahwa perguruan tinggi harus menggandeng dunia usaha sebagai langkah hilirisasi hasil riset yang dilakukan.
“Kami ingin mendorong perguruan tinggi memperbanyak kerja sama dengan kalangan dunia usaha. Dengan demikian, hasil riset yang dilakukan tidak hanya berhenti pada publikasi, melainkan dikomersialisasi agar manfaat dari hasil riset itu dapat dirasakan masyarakat,” kata dia. M Nasir juga mengatakan, dengan keterlibatan oleh dunia usaha, persoalan pembiayaan pelaksanaan riset juga akan turut terbantu.
Dengan begitu akan semakin banyak riset yang bisa dilakukan oleh kalangan akademisi di lingkungan kampus. “Di negara tetangga, 80% dana untuk pelaksanaan riset dibiayai kalangan dunia usaha. Di negara kita belum sampai angka segitu. Pendanaan nasional untuk riset kita juga masih rendah jika dibandingkan negara-negara tetangga kita,” ungkapnya.
Susilo himawan
(ars)