Semua Korban Longsor Ditemukan
A
A
A
SUKABUMI - Tim Search and Rescue (SAR) gabungan kemarin akhirnya berhasil menemukan korban terakhir bencana tanah longsor di Kampung Cimerak , Desa Tegalpan jang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, kemarin.
Korban terakhir yang ditemukan sekitar pukul 12.30 WIB itu adalah Ahmad Deni, 40. Tubuh Deni ditemukan terbujur kaku tergencet lemari dan puing-puing dinding rumah Lilis. Korban Deni merupakan warga Kampung Waru doyong yang tengah ber kunjung ke rumah saudaranya, Lilis, yang juga menjadi korban tanah longsor tersebut.
Dengan penemuan jasad Deni, jumlah korban tertimbun tanah longsor tebing setinggi 30 meter tersebut menjadi 12 orang. Temuan jasad ini se kaligus mengakhiri proses pencari an korban yang telah dilakukan tim SAR gabungan selama dua hari, Minggu-Senin (29- 30/3). Informasi yang dihimpun KORAN SINDO, tak jauh dari jasad korban Deni, tim SAR menemukan satu unit sepeda motor jenis Revo nopol F 4741 SP. Masih di sekitar lokasi temuan ja sad korban, tim SAR juga mendapati sebuah telepon geng gam.
Dandim 0607 Sukabumi Let kol TNI (Arm) Saripudin mengatakan, upaya pencarian korban terakhir sempat mengalami kendala, karena kendaraan alat berat jenis backhoemi lik Pem kab Sukabumi yang tiba di lo kasi kejadian, tak bisa men dekati lokasi ditemukannya jasad Ahmad Deni. Sehingga tim SAR melakukan pencarian se cara manual menggunakan cangkul dan sekop. Saripudin mengatakan, jum lah korban tertimbun tanah dipastikan 12 orang.
Kepastian itu berdasarkan laporan dan pengakuan dari masing-masing keluarga korban. Saripudin me rinci, dari 12 korban delapan di antaranya merupakan warga Kampung Cimerak, Desa Tegalpanjang. Sedangkan empat korban lain merupakan warga luar desa yang saat kejadian tengah berkunjung ke salah satu rumah warga yang menjadi korban ben cana tersebut.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Adjo Sarjono mengaku untuk beberapa waktu ke depan warga Kampung Cimarak akan terlebih dahulu ditempatkan di sejumlah tem pat pengungsian. Mereka ti dak diperbolehkan kembali ke ru mah masing-masing. Alasan nya, kondisi alam di sekitar per mukiman warga masih sangat rawan dilanda longsor susulan.
“Sejauh ini ratusan warga diminta untuk tetap berada di pengungsian. Mereka baru bisa kembali ke rumahnya masingma sing setelah keluarnya bukti penelitian yang tengah dila kukan oleh Badan Geologi. Jika lokasi perkampungan itu diang - gap berbahaya, maka terpaksa pe mukiman warga harus direlokasi,” kata Adjo.
Relokasi Warga
Seiring peristiwa tanah long sor yang menewaskan 12 orang, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan mem pertimbangkan untuk me relokasi warga korban longsor di Kampung Cimerak, Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas. “Kalau enggak aman dan bahaya kami pertimbangkan re lokasi. Nanti teman-teman geologi tentukan itu. Kami lakukan penelitian. Apakah kawasan itu (Kampung Cimerak) layak untuk hunian atau tidak. Kalau tak layak maka akan kami cari kawas an relokasi,” kata Heryawan saat menghadiri Rembuk Nasional Dikbud di Bojongsari, Depok kemarin.
Menurut pria yang akrab disapa Aher ini, Kampung Cimerak merupakan perkampungan besar. “Itu perkampungan besar, bukan perkampungan baru. Perkampungan sudah puluhan tahun semenjak tahun 1930 sudah ada perkampungan di situ,” ungkap dia. Gubernur menuturkan, perlu diperhatikan, kondisi di Jawa Barat topografinya berbukitbukit. Sehingga, lanjut Aher, sangat mungkin jika longsor tidak terdeteksi di kawasan itu.
“Apalagi musim hujan, air besar, longsor. Di kawasan selatan itu sulit sekali mencari kawasan yang datar. Sebetulnya kawasan ini sebelum terjadi longsor enggak ada persoalan apa-apa. Hanya saja Jabar kan tiap tahun itu ada retakan-retakan,” tutur Gubernur. Sementara itu, anggota DPR Reni Marlinawati meng apresiasi kinerja Badan Pe nang gulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi yang dalam tempo singkat bisa mengevakuasi seluruh korban longsor di Kampung Cimerak, Desa Tegalpanjang.
“Saya lihat BPBD sudah sangat sigap. Mereka langsung ter jun malam itu juga dan siang tadi bisa menemukan dan meng evakuasi korban ke- 12,” kata Reni saat dihubungi tengah meninjau lokasi longsor.Menurut Reni, lokasi longsor memang dikelilingi tebing yang cukup curam. “Bahkan, pohon di kanan dan kiri jalan juga sudah banyak yang miring, sehingga kalau ada hujan besar rawan kena longsor dan bisa tumbang,” ujar dia.
Politisi Partai Persatuan Pem bangunan (PPP) itu mengemukakan, tugas selanjutnya dari pemerintah setempat adalah memastikan relokasi war ga sekitar. Saat ini, terdapat 700 warga yang mengungsi di kantor desa setempat dan rumah warga.
“Pemerintah daerah harus meyakinkan bahwa daerah itu tidak layak untuk dihuni dan warga mau direlokasi. Untuk saat ini, penanganan terhadap korban, terutama ibu dan anak, harus dilakukan,” ujarnya. Diberitakan sebelumnya, hu jan deras yang mengguyur Sukabumi menyebabkan tebing setinggi 30 meter longsor dan menimbun sebelas rumah warga di Kampung Cimerak RT 25/07, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi pada Sabtu 28 Maret 2015 sekitar pukul 22.30 WIB.
Sebanyak 12 orang tertimbun longsoran tanah dan ditemukan tak bernyawa.
Toni kamajaya/ sindonews.com
Korban terakhir yang ditemukan sekitar pukul 12.30 WIB itu adalah Ahmad Deni, 40. Tubuh Deni ditemukan terbujur kaku tergencet lemari dan puing-puing dinding rumah Lilis. Korban Deni merupakan warga Kampung Waru doyong yang tengah ber kunjung ke rumah saudaranya, Lilis, yang juga menjadi korban tanah longsor tersebut.
Dengan penemuan jasad Deni, jumlah korban tertimbun tanah longsor tebing setinggi 30 meter tersebut menjadi 12 orang. Temuan jasad ini se kaligus mengakhiri proses pencari an korban yang telah dilakukan tim SAR gabungan selama dua hari, Minggu-Senin (29- 30/3). Informasi yang dihimpun KORAN SINDO, tak jauh dari jasad korban Deni, tim SAR menemukan satu unit sepeda motor jenis Revo nopol F 4741 SP. Masih di sekitar lokasi temuan ja sad korban, tim SAR juga mendapati sebuah telepon geng gam.
Dandim 0607 Sukabumi Let kol TNI (Arm) Saripudin mengatakan, upaya pencarian korban terakhir sempat mengalami kendala, karena kendaraan alat berat jenis backhoemi lik Pem kab Sukabumi yang tiba di lo kasi kejadian, tak bisa men dekati lokasi ditemukannya jasad Ahmad Deni. Sehingga tim SAR melakukan pencarian se cara manual menggunakan cangkul dan sekop. Saripudin mengatakan, jum lah korban tertimbun tanah dipastikan 12 orang.
Kepastian itu berdasarkan laporan dan pengakuan dari masing-masing keluarga korban. Saripudin me rinci, dari 12 korban delapan di antaranya merupakan warga Kampung Cimerak, Desa Tegalpanjang. Sedangkan empat korban lain merupakan warga luar desa yang saat kejadian tengah berkunjung ke salah satu rumah warga yang menjadi korban ben cana tersebut.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Adjo Sarjono mengaku untuk beberapa waktu ke depan warga Kampung Cimarak akan terlebih dahulu ditempatkan di sejumlah tem pat pengungsian. Mereka ti dak diperbolehkan kembali ke ru mah masing-masing. Alasan nya, kondisi alam di sekitar per mukiman warga masih sangat rawan dilanda longsor susulan.
“Sejauh ini ratusan warga diminta untuk tetap berada di pengungsian. Mereka baru bisa kembali ke rumahnya masingma sing setelah keluarnya bukti penelitian yang tengah dila kukan oleh Badan Geologi. Jika lokasi perkampungan itu diang - gap berbahaya, maka terpaksa pe mukiman warga harus direlokasi,” kata Adjo.
Relokasi Warga
Seiring peristiwa tanah long sor yang menewaskan 12 orang, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan mem pertimbangkan untuk me relokasi warga korban longsor di Kampung Cimerak, Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas. “Kalau enggak aman dan bahaya kami pertimbangkan re lokasi. Nanti teman-teman geologi tentukan itu. Kami lakukan penelitian. Apakah kawasan itu (Kampung Cimerak) layak untuk hunian atau tidak. Kalau tak layak maka akan kami cari kawas an relokasi,” kata Heryawan saat menghadiri Rembuk Nasional Dikbud di Bojongsari, Depok kemarin.
Menurut pria yang akrab disapa Aher ini, Kampung Cimerak merupakan perkampungan besar. “Itu perkampungan besar, bukan perkampungan baru. Perkampungan sudah puluhan tahun semenjak tahun 1930 sudah ada perkampungan di situ,” ungkap dia. Gubernur menuturkan, perlu diperhatikan, kondisi di Jawa Barat topografinya berbukitbukit. Sehingga, lanjut Aher, sangat mungkin jika longsor tidak terdeteksi di kawasan itu.
“Apalagi musim hujan, air besar, longsor. Di kawasan selatan itu sulit sekali mencari kawasan yang datar. Sebetulnya kawasan ini sebelum terjadi longsor enggak ada persoalan apa-apa. Hanya saja Jabar kan tiap tahun itu ada retakan-retakan,” tutur Gubernur. Sementara itu, anggota DPR Reni Marlinawati meng apresiasi kinerja Badan Pe nang gulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi yang dalam tempo singkat bisa mengevakuasi seluruh korban longsor di Kampung Cimerak, Desa Tegalpanjang.
“Saya lihat BPBD sudah sangat sigap. Mereka langsung ter jun malam itu juga dan siang tadi bisa menemukan dan meng evakuasi korban ke- 12,” kata Reni saat dihubungi tengah meninjau lokasi longsor.Menurut Reni, lokasi longsor memang dikelilingi tebing yang cukup curam. “Bahkan, pohon di kanan dan kiri jalan juga sudah banyak yang miring, sehingga kalau ada hujan besar rawan kena longsor dan bisa tumbang,” ujar dia.
Politisi Partai Persatuan Pem bangunan (PPP) itu mengemukakan, tugas selanjutnya dari pemerintah setempat adalah memastikan relokasi war ga sekitar. Saat ini, terdapat 700 warga yang mengungsi di kantor desa setempat dan rumah warga.
“Pemerintah daerah harus meyakinkan bahwa daerah itu tidak layak untuk dihuni dan warga mau direlokasi. Untuk saat ini, penanganan terhadap korban, terutama ibu dan anak, harus dilakukan,” ujarnya. Diberitakan sebelumnya, hu jan deras yang mengguyur Sukabumi menyebabkan tebing setinggi 30 meter longsor dan menimbun sebelas rumah warga di Kampung Cimerak RT 25/07, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi pada Sabtu 28 Maret 2015 sekitar pukul 22.30 WIB.
Sebanyak 12 orang tertimbun longsoran tanah dan ditemukan tak bernyawa.
Toni kamajaya/ sindonews.com
(ars)