Suara Gemuruh Itu Berubah Jadi Rintihan
A
A
A
KABUPATEN SUKABUMI - Bencana longsor yang melanda Kampung Cimerak, RT 25/07, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, pada Sabtu (28/3) malam, menyisakan trauma mendalam bagi sejumlah warga yang selamat dari musibah tersebut.
Betapa tidak, kejadian alam itu telah memporak-porandakan 11 rumah serta menimbun 10 orang penghuninya. Per kam pungan yang sebelumnya kerap dirundung sunyi itu, seketika berubah menjadi sebuah lokasi keramaian dan pusat kerumunan orang yang melaku kan pencarian korban di antara timbunan tanah serta puing-puing bangunan rumah. Hodijah, wanita berusia 60 tahun, yang selamat dari maut ini mengaku sempat ter kulai lemas ketika mendengar suara bising yang ditimbulkan pada saat terjadinya longsor.
Tubuhnya yang sudah tua renta tak mampu bertindak cepat da lam upaya menyelamatkan diri. “Saya cuma bisa pasrah, bahkan sempat berpikir akan menemui ajal malam itu. Tempat tinggal saya sangat dekat dengan lokasi kejadian,” ujarnya. Sementara itu, Rudi, korban selamat lainnya mengaku masih teringat setiap detilnya ketika bencana terjadi. Bahkan, suara gemuruh ambrolnya tanah tebing setinggi 8 meter itu juga masih terngiang di telinganya.
Semua rangkaian musibah tersebut diketahuinya karena tempat tinggal Rudi hanya beberapa meter dari lokasi kejadian. “Saya masih ingat suara gemuruh dari arah tebing. Bersamaan dengan itu terdengar teriakan beberapa orang memita pertolongan, namun suara itu seketika hilang dan berubah menjadi rintihan kesakitan. Setelah itu suasana perkampungan mulai terasa gelap gulita. Suasana mulai ramai setelah warga membunyikan suara kentongan sebagai tanda bahaya,” ujar Rudi.
Dia mengatakan, saat bencana berlangsung Rudi hanya bisa berpikir untuk menyelamatkan diri beserta ibu dan adik nya yang masih kecil. Sekuat tenaga Rudi terus berlari meninggalkan rumahnya menuju tempat teraman. Panik bercampur rasa khawatir akan keselamatan diri maupun orang-orang terdekatnya bercampur aduk di dalam benak Rudi. Apalagi saat menyaksikan longsor telah menghantam tempat kediaman pamannya. Sesaat terbersit untuk berusaha menyelamatkan paman dan keluarganya. Namun niatan itu terhalang karena sejumlah warga lainnya melarang Rudi untuk bertindak nekat mendekati lokasi kejadian.
Pagi harinya, Rudi baru mengetahui jika paman beserta istri dan seorang anaknya berusia 12 tahun telah tertimbun longsor bersamaan dengan pusing-puing bangunan rumahnya. Hingga kemarin siang, jasad ketiganya belum berhasil di ketemukan. Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi Usman Susilo mengatakan, selama proses pencarian ber langsung, pihaknya terpaksa membatasi warga sekitar untuk tidak hilir mudik di sekitar tempat kejadian.
Hal itu dilakukan agar upaya pencarian korban ter timbun yang dilakukan oleh personel tim SAR gabungan bisa berjalan secara optimal. “Penanggulangan bencana sudah diberlakukan mulai dari pencarian korban hilang hingga mengevakuasi warga yang tempat tinggalnya terancam longsor. Hasil pendataan ter dapat 300 jiwa yang sudah diungsikan ke lokasi aman,” beber Usman.
Peristiwa mengerikan ini telah menghilangkan 12 nyawa warga melanda Kampung Cimerak RT 25/07, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri akibat ribuan kubik tanah yang longsor dari tebing menimbun rumah mereka.
Toni Kamajaya
Betapa tidak, kejadian alam itu telah memporak-porandakan 11 rumah serta menimbun 10 orang penghuninya. Per kam pungan yang sebelumnya kerap dirundung sunyi itu, seketika berubah menjadi sebuah lokasi keramaian dan pusat kerumunan orang yang melaku kan pencarian korban di antara timbunan tanah serta puing-puing bangunan rumah. Hodijah, wanita berusia 60 tahun, yang selamat dari maut ini mengaku sempat ter kulai lemas ketika mendengar suara bising yang ditimbulkan pada saat terjadinya longsor.
Tubuhnya yang sudah tua renta tak mampu bertindak cepat da lam upaya menyelamatkan diri. “Saya cuma bisa pasrah, bahkan sempat berpikir akan menemui ajal malam itu. Tempat tinggal saya sangat dekat dengan lokasi kejadian,” ujarnya. Sementara itu, Rudi, korban selamat lainnya mengaku masih teringat setiap detilnya ketika bencana terjadi. Bahkan, suara gemuruh ambrolnya tanah tebing setinggi 8 meter itu juga masih terngiang di telinganya.
Semua rangkaian musibah tersebut diketahuinya karena tempat tinggal Rudi hanya beberapa meter dari lokasi kejadian. “Saya masih ingat suara gemuruh dari arah tebing. Bersamaan dengan itu terdengar teriakan beberapa orang memita pertolongan, namun suara itu seketika hilang dan berubah menjadi rintihan kesakitan. Setelah itu suasana perkampungan mulai terasa gelap gulita. Suasana mulai ramai setelah warga membunyikan suara kentongan sebagai tanda bahaya,” ujar Rudi.
Dia mengatakan, saat bencana berlangsung Rudi hanya bisa berpikir untuk menyelamatkan diri beserta ibu dan adik nya yang masih kecil. Sekuat tenaga Rudi terus berlari meninggalkan rumahnya menuju tempat teraman. Panik bercampur rasa khawatir akan keselamatan diri maupun orang-orang terdekatnya bercampur aduk di dalam benak Rudi. Apalagi saat menyaksikan longsor telah menghantam tempat kediaman pamannya. Sesaat terbersit untuk berusaha menyelamatkan paman dan keluarganya. Namun niatan itu terhalang karena sejumlah warga lainnya melarang Rudi untuk bertindak nekat mendekati lokasi kejadian.
Pagi harinya, Rudi baru mengetahui jika paman beserta istri dan seorang anaknya berusia 12 tahun telah tertimbun longsor bersamaan dengan pusing-puing bangunan rumahnya. Hingga kemarin siang, jasad ketiganya belum berhasil di ketemukan. Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi Usman Susilo mengatakan, selama proses pencarian ber langsung, pihaknya terpaksa membatasi warga sekitar untuk tidak hilir mudik di sekitar tempat kejadian.
Hal itu dilakukan agar upaya pencarian korban ter timbun yang dilakukan oleh personel tim SAR gabungan bisa berjalan secara optimal. “Penanggulangan bencana sudah diberlakukan mulai dari pencarian korban hilang hingga mengevakuasi warga yang tempat tinggalnya terancam longsor. Hasil pendataan ter dapat 300 jiwa yang sudah diungsikan ke lokasi aman,” beber Usman.
Peristiwa mengerikan ini telah menghilangkan 12 nyawa warga melanda Kampung Cimerak RT 25/07, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri akibat ribuan kubik tanah yang longsor dari tebing menimbun rumah mereka.
Toni Kamajaya
(bhr)