Suka Duka Kusir Kereta Kuda di Yogyakarta

Rabu, 25 Maret 2015 - 04:01 WIB
Suka Duka Kusir Kereta...
Suka Duka Kusir Kereta Kuda di Yogyakarta
A A A
YOGYAKARTA - Seiring berkembangan teknologi, fungsi kereta kuda tidak lagi sebagai akomodasi perjalanan darat. Namun, lebih banyak dipergunakan sebagai perjalanan wisata seperti yang ada di Kota Gudeg Yogyakarta.

Di sepanjang Jalan Malioboro dan seputaran Kraton Yogyakarta misalnya, banyak ditemukan beragam kereta kuda. Terdapat pula kereta kuda wisata mirip kepunyaan Kraton Yogyakarta yang tersimpan rapi di Museum Kereta Kuda.

Seperti milik Temu Waluyo, (54), warga Rendeng Wetan, Timbolharjo, Sewon, Bantul. Dalam keseharian, bapak dua anak itu mangkal di sisi barat Alun-Alun Utara, tak jauh dari lokasi Museum Kereta Kuda Kraton Yogyakarta.

Kereta kuda miliknya ditarik dua ekor kuda Poni, kuda keturunan Australia dengan ukuran badan yang cukup besar dan tinggi. Temu yang sejak tahun 1983 menjadi kusir andong itu sudah kenyang makan asam garam tentang kereta kuda dan kuda.

Dia mengaku baru sekitar empat bulan berjalan menjadi kusir kereta kuda wisata. Sebab, kereta kuda wisata itu baru diluncurkan pada akhir Desember 2014 lalu di Ndalem Yudhanegaran oleh mantan Wali Kota Yogyakarta (dua periode 2000-2010) Herry Zudianto dan adik Sri Sultan HB X, GBPH Yudhaningrat.

“Dulu tahun 1980 sampai 1990-an masih banyak kereta kuda untuk angkutan, tapi sekarang hanya dipergunakan sebagai perjalanan wisata,” kata Temu ditemui Okezone.com saat memberi makan kedua kudanya di tengah keramaian Kota Yogyakarta, Selasa (24/3/2015).

Wisatawan yang naik kereta kuda miliknya hanya dibanderol Rp200 ribu dengan rute melingkar dengan star Alun-Alun Utara, menuju Titik Nol, kemudian ke kiri menuju pertigaan PKU Muhammadiyah, dan melintas lurus ke utara.

Sampai di ujung utara belok ke kanan melintasi Jalan Pasar Kembang, kemudian mengitari air pancur di bawah jembatan Kecek dan masuk ke Jalan Malioboro hingga kembali ke Alun-Alun Utara.

Kalau hanya melingari alun-alun utara ini cukup Rp 100 ribu, tapi kalau melintasi rute yang panjang hingga Jalan Malioboro cukup dengan Rp 200 ribu,” katanya.

Temu mengaku terdapat 30 orang kusir dalam satu komunitasnya yang bernama "Bantul Kota". Mereka sama-sama mengais rejeki dengan menarik kuda pada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

“Ya hari-hari biasa, Senin sampai Jum’at, sepi, tidak banyak. Bahkan tidak ada yang naik kereta kuda. Biasanya kalau musim liburan ada pengunjung yang naik kereta kuda,” jelasnya.

Dia menyebutkan harga satu ekor kuda Poni dipasaran sekira Rp40 juta. Harga itu sudah termasuk kuda yang sudah siap diajak "bekerja". Sementara, harga kuda yang masih remaja berkisar Rp 30 juta. Kuda tersebut belum biasa diajak bekerja karena harus dilatih dengan kuda lain yang sudah dewasa.

“Kalau naik kereta kuda ini ada kenyamanan tersendiri, tempat duduknya nyaman dan besar, seperti merasakan menjadi raja atau bangsawan,” katanya sedikit promosi.

Kelompok kereta kuda juga terdapat di depan Hotel Inna Garuda, ujung utara Jalan Malioboro, Yogyakarta.

Sedikitnya, ada sekitar 60 kusir kereta kuda dalam kelompok yang bernama "Gamping Barat". Kelompok ini menggunakan kereta kuda biasa, tidak seperti replika kereta kencana milik Kraton Yogyakarta.

Kuda yang menarik andong juga hanya satu. Jenis kudanya juga bukan keturunan Australia atau dari negara yang lain. Namun, kudanya cukup dengan jenis Kuda Sumbawa, yang secara fisik jauh lebih kecil dari kuda keturunan luar negeri.

“Kalau ini kuda jenis Sumbawa, kudanya kecil tapi tenaganya luar biasa kuat. Makannya juga tidak terlalu banyak sehingga secara ekonomi lebih irit dari kuda jenis yang lain,” kata Angga diamini Kelik saat ditemui Okezone.com.

Keduanya menyebut untuk tarik sekali jalan juga cukup murah, yakni Rp 80 ribu. Rutenya, Jalan Malioboro hingga perempatan titik nol kemudian kebarat sampai di pertigaan RS PKU Muhammadiyah menuju utara.

Hingga menemui pertigaan belok ke kanan melintas Jalan Pasar Kembang, selanjutnya melintasi Air Mancur dan baru kembali ke Jalan Malioboro ujung utara.

“Kita tawarkan kemana, kalau mau sampai alun-alun utara, kraton, hingga Tamansari juga bisa. Tentunya ongkosnya juga sedikit lebih banyak,” imbuh Kelik.

Kelik menyebutkan ada sedikitnya lima kelompok kusir kuda di Kota Yogyakarta, khususnya di sekitar kawasan Jalan Malioboro hingga Kraton.

Mulai dari kelompoknya yang ada di ujung Jalan Malioboro, kemudian di tengah Jalan Malioboro, dan ujung Selatan Jalan Malioboro. Selain itu terdapat dua kelompok lain yakni di sekitar kawasan Pasar Bringharjo, dan Alun-alun Utara seperti kelopoknya Temu, dan kawan-kawannya.

“Kalau jumlah kusir itu banyak, tapi kalau kelompok ada lima, termasuk kelompoknya Pak Temu yang menarik Kereta Kuda Kencana,” pungkasnya.
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0995 seconds (0.1#10.140)