Longsor Meluas, 225 Jiwa Diungsikan
A
A
A
KARANGANYAR - Jumlah pengungsi korban tanah ambles dan longsor di Dusun Jambon, Desa Menjing, Kecamatan Jenawi, Karanganyar terus bertambah.
Hingga kemarin tercatat 70 kepala keluarga terdiri atas 225 jiwa harus diungsikan ke Balai Desa Menjing dan Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Jenawi. Warga terpaksa diungsikan karena tanah ambles semakin meluas. Pengungsi paling banyak berasal dari RT 1/RW 6 yakni 106 orang atau 32 KK.
Sementara dari RT 2 sebanyak 102 orang dari 31 KK, serta RT 3 sebanyak 17 orang dari tujuh KK. Tidak hanya itu, jumlah rumah yang roboh akibat tanah ambles bertambah menjadi empat unit, yakni milik Mitro, Parman, Setyoso, dan Noto.
Tidak hanya itu, sebagian harta mereka ikut terkubur tanah. “Salah satu titik jalan kampung tidak bisa dilalui lagi karena tertutup material longsoran dari tanah ambles. Sebagian cor betonnya malah hilang tersapu tanah,” kata Sunardi, salah satu relawan bencana, kemarin.
Setelah tanah ambles, yang terjadi sehari sebelumnya, proses evakuasi harta benda mulai dilakukan kemarin. Sejumlah rumah dibongkar karena terlalu bahaya untuk ditempati. Pemilik melepas daun pintu dan jendela untuk dipindahkan ke tempat yang aman. Sementara rumah yang rusak ringan dan sedang berjumlah puluhan.
Kerusakan paling nyata terlihat pada tembok yang retak- retak serta kayu kusen yang lepas dari dinding. Di beberapa titik jalan kampung, cor beton juga terlihat retak-retak. Mayoritas, kerusakan rumah terlihat di wilayah RT 1. Padahal area tersebut awalnya diperkirakan aman pascalongsor serupa yang terjadi pertengahan Februari lalu.
“Saya tidak menyangka yang kena giliran RT 1. Kejadian cukup mengejutkan karena di lokasi ini tidak dipasangi alat deteksi dini bencana seperti yang dipasang di RT 2,” ungkap Sutrisno, salah satu warga RT 1. Kejadian itu berlangsung siang sehingga warga langsung menyelamatkan diri ketika tanah mengalami pergerakan. Jika peristiwa berlangsung malam, bukan tidak mungkin timbul korban jiwa.
Saat ini penanganan bencana masih difokuskan memindahkan warga ke tempat aman dan evakuasi harta benda. Bantuan logistik sudah dikirim untuk dimasak di dapur umum. “Untuk jumlah total kerusakan rumah kini masih dihitung,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Nugroho.
Selain makanan, BPBD diharapkan mengupayakan logistik pendukung bagi pengungsi seperti selimut, peralatan mandi, dan keperluan pribadi untuk perempuan. “Meski sederhana, hal itu cukup penting bagi pengungsi. Mereka mengeluhkan tidak adanya perlengkapan seperti itu. Kalau untuk bantuan makanan sudah memadai,” tandas Wakil Ketua DPRD Karanganyar Adhe Aliana.
Ary wahyu wibowo
Hingga kemarin tercatat 70 kepala keluarga terdiri atas 225 jiwa harus diungsikan ke Balai Desa Menjing dan Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Jenawi. Warga terpaksa diungsikan karena tanah ambles semakin meluas. Pengungsi paling banyak berasal dari RT 1/RW 6 yakni 106 orang atau 32 KK.
Sementara dari RT 2 sebanyak 102 orang dari 31 KK, serta RT 3 sebanyak 17 orang dari tujuh KK. Tidak hanya itu, jumlah rumah yang roboh akibat tanah ambles bertambah menjadi empat unit, yakni milik Mitro, Parman, Setyoso, dan Noto.
Tidak hanya itu, sebagian harta mereka ikut terkubur tanah. “Salah satu titik jalan kampung tidak bisa dilalui lagi karena tertutup material longsoran dari tanah ambles. Sebagian cor betonnya malah hilang tersapu tanah,” kata Sunardi, salah satu relawan bencana, kemarin.
Setelah tanah ambles, yang terjadi sehari sebelumnya, proses evakuasi harta benda mulai dilakukan kemarin. Sejumlah rumah dibongkar karena terlalu bahaya untuk ditempati. Pemilik melepas daun pintu dan jendela untuk dipindahkan ke tempat yang aman. Sementara rumah yang rusak ringan dan sedang berjumlah puluhan.
Kerusakan paling nyata terlihat pada tembok yang retak- retak serta kayu kusen yang lepas dari dinding. Di beberapa titik jalan kampung, cor beton juga terlihat retak-retak. Mayoritas, kerusakan rumah terlihat di wilayah RT 1. Padahal area tersebut awalnya diperkirakan aman pascalongsor serupa yang terjadi pertengahan Februari lalu.
“Saya tidak menyangka yang kena giliran RT 1. Kejadian cukup mengejutkan karena di lokasi ini tidak dipasangi alat deteksi dini bencana seperti yang dipasang di RT 2,” ungkap Sutrisno, salah satu warga RT 1. Kejadian itu berlangsung siang sehingga warga langsung menyelamatkan diri ketika tanah mengalami pergerakan. Jika peristiwa berlangsung malam, bukan tidak mungkin timbul korban jiwa.
Saat ini penanganan bencana masih difokuskan memindahkan warga ke tempat aman dan evakuasi harta benda. Bantuan logistik sudah dikirim untuk dimasak di dapur umum. “Untuk jumlah total kerusakan rumah kini masih dihitung,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Nugroho.
Selain makanan, BPBD diharapkan mengupayakan logistik pendukung bagi pengungsi seperti selimut, peralatan mandi, dan keperluan pribadi untuk perempuan. “Meski sederhana, hal itu cukup penting bagi pengungsi. Mereka mengeluhkan tidak adanya perlengkapan seperti itu. Kalau untuk bantuan makanan sudah memadai,” tandas Wakil Ketua DPRD Karanganyar Adhe Aliana.
Ary wahyu wibowo
(ftr)