Musim Pancaroba, DBD Mengintai

Senin, 16 Maret 2015 - 13:01 WIB
Musim Pancaroba, DBD Mengintai
Musim Pancaroba, DBD Mengintai
A A A
MEDAN - Masyarakat Kota Medan diimbau lebih menjaga kondisi tubuh karena saat ini memasuki musim kemarau setelah musim hujan panjang, atau biasa disebut musim pancaroba.

Dengan kondisi cuaca seperti ini, seseorang sangat rentan terkena penyakit jika daya tahan tubuh lemah. Penyakit yang biasanya muncul pada musim pancaroba yakni influenza dan gangguan pernafasan akibat debu di jalanan. Tapi yang paling membahayakan kemungkinan masyarakat terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Sebab, biasanya nyamuk berkembang biak dengan cepat saat musim pancaroba. “Cuaca yang panas tapi masih disertai hujan namanya musim pancaroba. Tidak hanya influenza dan gangguan pernafasan saja, tapi DBD juga bisa menyerang,” ujar pengamat kesehatan Kota Medan, dr Delyuzar Sp PA (K), kemarin.

Untuk mencegah berbagai penyakit tersebut, Delyuzar mengimbau kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar ruangan jika tidak terlalu penting. Selain itu, perbanyak mengonsumsi buah-buahan dan memperbanyak minum air putih agar tidak mengalami dehidrasi. “Kalaupun beraktivitas di luar ruangan, sebaiknya masyarakat menggunakan pelindung kepala dan menggunakan masker agar tidak terkena debu,” katanya.

Cuaca Panas hingga Akhir Maret

Masyarakat memang patut waspada mengingat musim pancaroba di Kota Medan diperkirakan bakal berlanjut hingga akhir Maret. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut memperkirakan suhu panas pada puncak musim kemarau ini mencapai 34 sampai 35 derajat celcius.

Staf Pelayanan Jasa BMKG Wilayah 1 Sumut, Rika Karyani, menyebutkan, musim kemarau sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun. Hal ini bukan hanya dikarenakan posisi matahari sedang berada di bumi utara, namun juga disebabkan pemanasan global dan faktor lokal. Tapi meskipun hampir setiap hari suhu panas mencapai 34 sampai 35 derajat celcius, potensi hujan masih tetap ada dan akan terjadi sesekali.

“Musim kemarau ini akan terjadi hingga akhir Maret. Maret ini puncaknya musim kemarau. Panasnya saja mencapai 34 sampai 35 derajat. Awal April nanti baru akan mulai memasuki musim hujan. Tapi tidak sering. Sebab, Sumut ini kan memang berpotensi hujan lokal. Setelah hujan akan panas lagi. Lebih tepatnya musim pancaroba,” ucap Rika.

Dengan suhu panas yang demikian, lanjut Rika, potensi titik api yang muncul akan lebih banyak. Saat ini saja di wilayah Sumatera terdapat 64 titik api. Di antaranya di Sumut sepuluh titik, Aceh sembilan titik, Riau dan Kepulauan Riau terdapat 44 titik.

Titik api yang terdapat di wilayah Sumut di antaranya berada di Tapanuli Utara tiga titik, Labuhanbatu Utara tiga titik, Asahan tiga titik, Sedangbedagai satu titik, dan Langkat satu titik. “Titik api bisa saja akan bertambah jika masyarakat tidak mewaspadainya. Untuk itu, hindarilah pembakaran di lahan kering,” katanya.

Selain tidak membakar di lahan kering secara sembarangan, dia juga mengimbau masyarakat lebih menjaga kesehatan. Sebab, dengan kondisi panas seperti ini berbagai penyakit akan mudah datang karena daya tahan tubuh lemah, seperti influenza dan ISPA.

Eko agustyo fb
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0190 seconds (0.1#10.140)