Dua ABK Kapal Hsiang Fu Chuen Diduga Warga Majalengka
A
A
A
MAJALENGKA - Dua anak buah kapal (ABK) Hsiang Fu Chuen yang tenggelam di Perairan Samudera Atlantik diduga berasal dari Majalengka.
Minggu siang ini (15/3/2015) tim Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI bersama jajaran Polda Jabar mendatangi keluarga korban yang diduga merupakan ABK kapal nahas tersebut.
Mereka mendatangi rumah Dasti dan Waresm di Blok Leuwimukti RT 01, RW 05 Desa Ligung Lor, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka untuk melengkapi data dan melakukan tes deoxyribonucleic acid (DNA).
Tes DNA yang dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dan air liur dari mulut keluarga korban, untuk dicocokkan dengan DNA korban. Korban ABK yang diduga warga Majalengka yakni Anton Wartono (21) dan Didin Safrudin (23).
Dalam pemeriksaan tersebut, tim dipimpin Muhamad Ramdhan dari Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemenlu RI, mengambil sampel darah serta air liur dari keluarga korban. Selain itu, tim juga memeriksa struktur gigi untuk dicocokkan dengan korban.
"Kami mendapatkan informasi jika warga Kabupaten Majalengka merupakan korban dari 21 orang ABK kapal Taiwan yang tenggelam di Samudra Atlantik. Untuk memastikan apakah itu benar atau tidak, saat ini kita tengah melakukan pemeriksaan DNA, untuk dicocokkan dengan korban," kata Muhamad.
Menurut dia, sebelum mengunjungi keluarga di Majalengka, tim juga telah melakukan pemeriksaan serupa terhadap keluarga korban lainnya yang menjadi ABK di berbagai daerah.
"Kami hanya mengambil sampel darah dan air liur terhadap kedua orang tua. Nantinya kita akan cocokkan," ujarnya.
Dijelaskan dia, dari data yang diperolehnya, ada 21 ABK yang tewas dua di antaranya diduga warga Kabupaten Majalengka. "Belum dipastikan ya atau tidak. Karena masih dalam pemeriksaan," timpalnya.
Pada saat pemeriksaan berlangsung, keluarga korban diselimuti rasa duka dan kesedihan yang mendalam. Mereka begitu meyakini bila di antara puluhan ABK adalah anaknya.
"Mudah-mudahan anak saya selamat dan tidak terjadi apa-apa," kata Dasti orangtua, Anton Wartono.
Menurutnya, pada dua hari yang lalu dirinya sempat mendapatkan kabar dari PT Binar Jaya Pratama yang berkedudukan di Pemalang.
Perusahan itu merupakan agensi ABK yang membawa Anton dan Didin bekerja di ABK Kapal Taiwan.
"Terakhir kontak dengan anak saya, pada 9 Februari 2015 lalu. Setelah itu tidak ada kabar lagi. Saya berharap tidak terjadi apa-apa pada anak saya," tukasnya.
Keluarga korban berharap agar pemerintah segera dapat memberikan informasi tentang keberadaan anaknya. "Saya harap pemerintah segera memberikan kabar tentang nasib anak saya," pintanya.
Dari informasi yang dihimpun, Kementerian Luar Negeri terus menggali informasi sebanyak mungkin untuk memastikan nasib warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ABK Kapal Hsiang Fu Chuen yang hilang sejak 26 Februari 2015.
Saat ini Kemlu juga mengundang lima agensi atau perusahaan Indonesia pengirim 21 ABK tersebut untuk membahas kelanjutan nasib ABK dan proses pencarian.
Kelima agensi itu adalah PT Media Maritim Tegal, PT Mutiara Jasa Bahari, PT Binar Jaya Pratama, PT Puncak Jaya Samudera, dan PT Bima Samudera Bahari.
Kabarnya saat ini Pemerintah Indonesia lewat Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei juga sudah melakukan pertemuan dengan penjaga pantai di lokasi terdekat hilangnya Kapal Hsiang Fu Chuen. Otoritas Taiwan belum mengumumkan status resmi kapal tersebut.
Peristiwa hilangnya kapal baru dilaporkan secara resmi oleh Coast Guard Taiwan hari Senin 9 Maret atau hampir dua minggu sejak kapal hilang kontak pada 26 Februari 2015 pukul 03.00 dini hari waktu Taiwan.
Minggu siang ini (15/3/2015) tim Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI bersama jajaran Polda Jabar mendatangi keluarga korban yang diduga merupakan ABK kapal nahas tersebut.
Mereka mendatangi rumah Dasti dan Waresm di Blok Leuwimukti RT 01, RW 05 Desa Ligung Lor, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka untuk melengkapi data dan melakukan tes deoxyribonucleic acid (DNA).
Tes DNA yang dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dan air liur dari mulut keluarga korban, untuk dicocokkan dengan DNA korban. Korban ABK yang diduga warga Majalengka yakni Anton Wartono (21) dan Didin Safrudin (23).
Dalam pemeriksaan tersebut, tim dipimpin Muhamad Ramdhan dari Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemenlu RI, mengambil sampel darah serta air liur dari keluarga korban. Selain itu, tim juga memeriksa struktur gigi untuk dicocokkan dengan korban.
"Kami mendapatkan informasi jika warga Kabupaten Majalengka merupakan korban dari 21 orang ABK kapal Taiwan yang tenggelam di Samudra Atlantik. Untuk memastikan apakah itu benar atau tidak, saat ini kita tengah melakukan pemeriksaan DNA, untuk dicocokkan dengan korban," kata Muhamad.
Menurut dia, sebelum mengunjungi keluarga di Majalengka, tim juga telah melakukan pemeriksaan serupa terhadap keluarga korban lainnya yang menjadi ABK di berbagai daerah.
"Kami hanya mengambil sampel darah dan air liur terhadap kedua orang tua. Nantinya kita akan cocokkan," ujarnya.
Dijelaskan dia, dari data yang diperolehnya, ada 21 ABK yang tewas dua di antaranya diduga warga Kabupaten Majalengka. "Belum dipastikan ya atau tidak. Karena masih dalam pemeriksaan," timpalnya.
Pada saat pemeriksaan berlangsung, keluarga korban diselimuti rasa duka dan kesedihan yang mendalam. Mereka begitu meyakini bila di antara puluhan ABK adalah anaknya.
"Mudah-mudahan anak saya selamat dan tidak terjadi apa-apa," kata Dasti orangtua, Anton Wartono.
Menurutnya, pada dua hari yang lalu dirinya sempat mendapatkan kabar dari PT Binar Jaya Pratama yang berkedudukan di Pemalang.
Perusahan itu merupakan agensi ABK yang membawa Anton dan Didin bekerja di ABK Kapal Taiwan.
"Terakhir kontak dengan anak saya, pada 9 Februari 2015 lalu. Setelah itu tidak ada kabar lagi. Saya berharap tidak terjadi apa-apa pada anak saya," tukasnya.
Keluarga korban berharap agar pemerintah segera dapat memberikan informasi tentang keberadaan anaknya. "Saya harap pemerintah segera memberikan kabar tentang nasib anak saya," pintanya.
Dari informasi yang dihimpun, Kementerian Luar Negeri terus menggali informasi sebanyak mungkin untuk memastikan nasib warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ABK Kapal Hsiang Fu Chuen yang hilang sejak 26 Februari 2015.
Saat ini Kemlu juga mengundang lima agensi atau perusahaan Indonesia pengirim 21 ABK tersebut untuk membahas kelanjutan nasib ABK dan proses pencarian.
Kelima agensi itu adalah PT Media Maritim Tegal, PT Mutiara Jasa Bahari, PT Binar Jaya Pratama, PT Puncak Jaya Samudera, dan PT Bima Samudera Bahari.
Kabarnya saat ini Pemerintah Indonesia lewat Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei juga sudah melakukan pertemuan dengan penjaga pantai di lokasi terdekat hilangnya Kapal Hsiang Fu Chuen. Otoritas Taiwan belum mengumumkan status resmi kapal tersebut.
Peristiwa hilangnya kapal baru dilaporkan secara resmi oleh Coast Guard Taiwan hari Senin 9 Maret atau hampir dua minggu sejak kapal hilang kontak pada 26 Februari 2015 pukul 03.00 dini hari waktu Taiwan.
(sms)