Andalkan Gaya Lokal, Komik Diyakini Tetap Eksis
A
A
A
MEDAN - Fajar Maulana adalah komikus muda asal Kota Medan yang masih punya keyakinan kalau komik tetap memiliki tempat di hati masyarakat, meski saat ini penggemarnya semakin menurun akibat tergerus zaman.
Agar komik tetap melekat di hati warga Medan, pemuda berkaca mata ini punya kiat tersendiri. Misalnya, hasil kreativitas komik yang diciptakan ada kekhasan, terutama soal logat dan bahasa. “Harus dengan komik yang tampil beda dong .
Kota Medan kan punya khas tersendiri, terutama soal logat dan bahasanya yang terkenal di Tanah Air. Jadi, saya selalu membuat komik dengan isu yang lagi hangat di Medan, tentu dengan gaya bahasa anak Medan,” kata Fajar ketika berbincang santai dengan KORAN SINDO MEDAN barubaru ini.
Menurut Fajar, dengan membuat komik yang berkarakter khas Medan, Fajar tak risau penggemar komik akan lari ke bentuk entertainment ringan lainnya. Hingga sekarang pun masih banyak peminatnya. Apalagi kalau komik-komik tersebut dibuat dengan cerita-cerita lucu yang sedang up date.
Fajar mencontohkan, saat ini di wilayah Kota Medan dan sekitarnya, seperti Binjai, Langkat, dan Lubukpakam sedang hangat dengan isu si “Kakek Sarung”. Si Kakek Sarung tersebut adalah pengemis yang datang ke rumah-rumah warga.
Setelah mengemis, si kakek memberikan sarungnya kepada orang yang memberi sedekah. Mitos yang berkembang, jika tersentuh dengan sarung tersebut akan terkena penyakit keras, bahkan meninggal dunia. “Jadi isu ini kan lagi hangat sekarang, jadi kami sempat buatkan komiknya.
Namun pendek saja, tetapi cukup lucu. Dan ketika kami upload ke media sosial, ternyata mendapat komentar dari ratusan pencinta komik,” ungkapnya. Fajar mengaku setiap hari selalu berpikir untuk menghadirkan komik-komik baru dengan ide-ide lucu. Komik-komik yang dibuatnya tersebut rata-rata di upload ke media sosial untuk meminta tanggapan dari masyarakat Kota Medan.
Dengan mengunggah ke media sosial juga akan membuat komik-komik mereka semakin laris. Fajar juga punya kiat lainnya agar komik tetap eksis. Cara lainnya dengan membentuk komunitas penulis komik bernama Digidoy . Digidoy merupakan karakter komik karya anak Medan yang mengedepankan konteks lokal.
Selain untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat Medan, dengan konteks lokal ini juga diharapkan mampu mengangkat cerita-cerita menarik. “Digidoy ini mampu menghadirkan komik-komik yang bagus, lucu, dan unik di Medan. Jadi, kami juga harus mengikuti isu-isu yang lagi tren di Kota Medan. Isu ini penting agar selalu mendapat tempat di hati masyarakat,” ucapnya.
Setelah terbentuknya komunitas tersebut, mereka sudah cukup banyak menerbitkan komik-komik menarik. Seperti komik berjudul Kek Ginilah Medan, Medan Punya Cerita dan Kakek Sarung . “Komik-komik ini mendapatkan sambutan yang cukup hangat dari masyarakat karena ceritaceritanya yang lucu dan menarik,” ujar Fajar.
Panggabean Hasibuan
Agar komik tetap melekat di hati warga Medan, pemuda berkaca mata ini punya kiat tersendiri. Misalnya, hasil kreativitas komik yang diciptakan ada kekhasan, terutama soal logat dan bahasa. “Harus dengan komik yang tampil beda dong .
Kota Medan kan punya khas tersendiri, terutama soal logat dan bahasanya yang terkenal di Tanah Air. Jadi, saya selalu membuat komik dengan isu yang lagi hangat di Medan, tentu dengan gaya bahasa anak Medan,” kata Fajar ketika berbincang santai dengan KORAN SINDO MEDAN barubaru ini.
Menurut Fajar, dengan membuat komik yang berkarakter khas Medan, Fajar tak risau penggemar komik akan lari ke bentuk entertainment ringan lainnya. Hingga sekarang pun masih banyak peminatnya. Apalagi kalau komik-komik tersebut dibuat dengan cerita-cerita lucu yang sedang up date.
Fajar mencontohkan, saat ini di wilayah Kota Medan dan sekitarnya, seperti Binjai, Langkat, dan Lubukpakam sedang hangat dengan isu si “Kakek Sarung”. Si Kakek Sarung tersebut adalah pengemis yang datang ke rumah-rumah warga.
Setelah mengemis, si kakek memberikan sarungnya kepada orang yang memberi sedekah. Mitos yang berkembang, jika tersentuh dengan sarung tersebut akan terkena penyakit keras, bahkan meninggal dunia. “Jadi isu ini kan lagi hangat sekarang, jadi kami sempat buatkan komiknya.
Namun pendek saja, tetapi cukup lucu. Dan ketika kami upload ke media sosial, ternyata mendapat komentar dari ratusan pencinta komik,” ungkapnya. Fajar mengaku setiap hari selalu berpikir untuk menghadirkan komik-komik baru dengan ide-ide lucu. Komik-komik yang dibuatnya tersebut rata-rata di upload ke media sosial untuk meminta tanggapan dari masyarakat Kota Medan.
Dengan mengunggah ke media sosial juga akan membuat komik-komik mereka semakin laris. Fajar juga punya kiat lainnya agar komik tetap eksis. Cara lainnya dengan membentuk komunitas penulis komik bernama Digidoy . Digidoy merupakan karakter komik karya anak Medan yang mengedepankan konteks lokal.
Selain untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat Medan, dengan konteks lokal ini juga diharapkan mampu mengangkat cerita-cerita menarik. “Digidoy ini mampu menghadirkan komik-komik yang bagus, lucu, dan unik di Medan. Jadi, kami juga harus mengikuti isu-isu yang lagi tren di Kota Medan. Isu ini penting agar selalu mendapat tempat di hati masyarakat,” ucapnya.
Setelah terbentuknya komunitas tersebut, mereka sudah cukup banyak menerbitkan komik-komik menarik. Seperti komik berjudul Kek Ginilah Medan, Medan Punya Cerita dan Kakek Sarung . “Komik-komik ini mendapatkan sambutan yang cukup hangat dari masyarakat karena ceritaceritanya yang lucu dan menarik,” ujar Fajar.
Panggabean Hasibuan
(bhr)