Menggenjot Volume Panen lewat Minapadi

Minggu, 15 Maret 2015 - 09:50 WIB
Menggenjot Volume Panen...
Menggenjot Volume Panen lewat Minapadi
A A A
SLEMAN - Luas lahan pertanian, khususnya sawah yang terus menyusut, ditambah serangan hama serta tingkat kesuburan tanah yang berkurang, menyebabkan produksi padi di Sleman terus mengalami penurunan.

Hal itu memang tidak berpengaruh terhadap status surplus beras. Namun, kondisi ini tetap harus menjadi perhatian semua pihak, terutama bagaimana dapat meningkatkan produksi dengan luas lahan yang berkurang. Kondisi ini memancing Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Ngelo Sembada, Dusun Ngelo, Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, berinovasi meningkatkan produksi padi.

Caranya dengan sistem mina padi dan udang galah padi (ugadi). Sebagai tahap awal, pada 2013 lalu, bersama Direktorat Jenderal Sumber Daya Perikanan, Kementerian Pertanian melakukan uji coba di lahan kelompok dengan luas 1.000 meter persegi (m2). Hasilnya cukup menggembirakan karena jika menanam padi dengan cara konvensional pada luas 1.000 m2 rata-rata menghasilkan 2-3 kuintal gabah.

Sementara sistem mina padi bisa panen 5-6 kuintal gabah. Tidak hanya itu, dari benih ikan dan udang galah yang ditebar juga menghasilkan 1-2 kuintal ikan konsumsi dan bibit udang galah. Dengan sistem ini selain produksi padi meningkat, juga ada nilai tambah bagi petani.

“Itulah prinsip awal yang harus dipahami, yaitu dapat meningkatkan produksi sekaligus pendapatan bagi petani,” ungkap Ketua Pokdakan Mina Ngelo Sembada Martinus Manulang di sela-sela aktivitasnya mengelola tanaman padi dengan sistem mina padi dan ugadi di lahan percontohan kelompok tersebut kemarin.

Untuk penyiapan lahan mina padi maupun ugadi tidak begitu sulit lantaran prinsipnya sama dengan penanaman secara konvensional. “Pertama kali lahan untuk padi terlebih dahulu ditraktor. Setelah diratakan, lalu dibuat kobaan atau lubang di sisi lahan yang tidak ditanami padi. Fungsi dari kobaan sendiri untuk penebaran bibit ikan maupun pendadaran udang galah. Jika lahan sudah siap, maka penanaman padi dapat dimulai,” ucap Martinus seraya menambahkan, menanam padi seperti biasa hanya pola tanam memakai pola jajar legowo 2:1, yaitu dari dua deret tanaman padi deret ketiga tidak ditanami dan begitu seterusnya.

Dengan cara ini, matahari bisa masuk langsung dan yang lebih penting lagi anakkan padi bisa mencapai 30-40. Dengan semakin banyak anakkan yang tumbuh tentu produksinya juga meningkat. “Penebaran benih ikannya tidak bersamaan dengan penanaman padi, melainkan harus menunggu dulu usia pada mencapai 15-20 hari. Setelah umur itu, ikan baru dimasukkan,” ujarnya.

Keuntungan lainnya dengan menerapkan sistem mina padi dan ugadi ini ialah dapat mengatasi serangan hama, baik tikus maupun lainnya. Sebab ada lubang di tepi lahan membuat tikus tidak dapat masuk langsung ke lahan tanaman padi. Ikan dan udang yang ada di lahan juga akan memakan hamahama pengganggu tanaman.

Dengan begitu sistem mina padi dan ugadi menjadikan lahan pertanian bebas hama. “Bukan itu saja, ikan yang bergerak di antara tanaman padi oksigennya akan terlarut. Oksigen itu akan menyerap lendir dan fases yang dikeluarkan ikan sehingga dapat menjadi pupuk alami,” kata Martinus.

Priyo setyawan
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1276 seconds (0.1#10.140)