Ubah Daerah Mati Jadi Kawasan Bisnis
A
A
A
MEDAN - Sejumlah kawasan di Kota Medan yang dulunya sepi, sekarang mulai ramai menjadi tempat usaha dan berubah menjadi lokasi bisnis yang menguntungkan. Kawasan Jalan Gagak Hitam, Medan, misalnya.
Daerah ini dulunya hanya dijadikan sebagai jalan perlintasan dari Kota Medan menuju Berastagi, Kabupaten Karo. Saat ini lokasi tersebut telah berkembang menjadi kawasan bisnis. Mulai dari kafe, hotel, hingga pusat perbelanjaan hadir di kawasan tersebut. Bahkan ada juga hotel bintang tiga, yaitu Sofian Saka Hotel.
Hotel yang didirikan pada 2011 saat ini sangat diminati masyarakat. Pemilik Sofian Saka Hotel, Akbar Himawan Buchari mengungkapkan, dipilihnya Jalan Gagak Hitam untuk mendirikan hotel karena memiliki potensi bisnis besar. Salah satu alasannya, Jalan Gagak Hitam merupakan jalan lingkar Kota Medan. “Jadi, potensi kawasan itu berkembang pasti ada. Makanya, saya nekat bangun hotel di kawasan tersebut.
Walau tiga tahun pertama belum terlihat adanya perkembangan, namun lambat laun potensi perkembangan itu sudah mulai tampak,” paparnya. Akbar mengaku butuh kesabaran dalam merintis usaha tersebut. Terlebih lagi, kawasan itu dulunya seperti kawasan mati. “Tiga tahun pertama, saya melihat kawasan tersebut belum terbentuk suasana. Hingga saat ini, barulah terlihat peluang usaha saya berkembang.
Saat ini, occupancy hotel saya rata-rata mencapai 75%,” ujarnya. Meningkatnya tingkat hunian di hotel tersebut, menurut Akbar, dipicu animo masyarakat yang cendrung memilih hotel di pinggir kota. Mengingat, tingkat kebisingan di kawasan inti kota sudah sangat tinggi. “Hotel di pinggir kota, seperti di kawasan Jalan Gagak Hitam ini jadi alternatif,” paparnya.
Berkembangnya kawasan Jalan Gagak Hitam, Medan membuat nilai investasi di kawasan tersebut bertambah. Khususnya, nilai jual tanah dan bangunan di kawasan tersebut ikut naik. Akbar Himawan Buchari mengungkapkan nilai investasi di kawasan Jalan Gagak Hitam, Medan tergolong cepat.
Mengingat, kawasan tersebut pun cepat berkembang dan tidak sedikit hotel dan pusat usaha bisnis yang telah buka di kawasan tersebut. “Nilai investasi kawasan JalanGagakHitam, Medanterus meningkat. Hal itu didorong oleh pembangunan properti yang mengarah ke sana. Seperti hargatanah, hargajualnya sudah naik 20% saat ini,” tuturnya. Kedepannya, Akbar Himawan Buchari memprediksi kawasan tersebut akan menjadi salah satu pusat bisnis di Kota Medan.
Tidak hanya terdapat puluhan pusat kuliner, bahkan sejumlah hotel dan mal pun sudah beroperasi di kawasan tersebut sejak 2014. “Saya membaca ada peluang ke arah sana, peluangnya sangat signifikan. Bukan tidak mungkin kawasan Jalan Gagak Hitam ini menjadi pusat bisnis, one stop shopping bagi warga Kota Medan dan menjadi destinasi wisata kota bagi wisatawan lokal dan asing setiap kali berkunjung ke Kota Medan,” pungkasnya.
Begitu juga di kawasan Jalan Halat, Medan. Saat ini, puluhan pusat jajanan kuliner yang menydiakan makanan lokal hingga western food tersedia di kawasan tersebut. Pertumbuhan sejumlah kafe di kawasan itu seperti jamur di musim hujan. Tidak usah heran bila setiap malam minggu, lalu lintas di kawasan tersebut sangat ramai. Bahkan pengunjung kafe sampai memarkirkan kenderaannya di badan jalan.
Roda ekonomi di kawasan Jalan Halat Medan pun seolah tidak pernah mati. Terbukti, hinggapagi dinihari, hilir mudik kendaraan dan riuh suara pengunjung kafe masih saja terdengar. Tidak heran bila sejumlah mini market di kawasan itu beroperasi selama 24 jam. Pemilik kafe Kaffein di Jalan Halat, Leo Prima Putra mengungkapkan, bukan sekedar mengikuti tren.
Dia melihat pangsa pasar remaja yang besar karena suka menghabiskan waktu di kafesangat besar. Hal itulah yang menjadi alasan Leo Prima Putra membuka kafe di kawasan tersebut. Untuk menarik minat pengunjung sebanyak-banyaknya, Kaffein pun memfasilitasi cafenya dengan perangkat wifi , acoustic live music, dan layar raksasa sebagai sarana nonton bareng.
“Wajar saja bila kawasan Jalan Halat saat ini dikenal sebagai kawasan yang tak pernah tidur. Soalnya, sejumlah kafe menyediakan fasilitas yang lengkap sehingga membuat pengunjungnya betah,” paparnya. ejak dibuka pada 2013 lalu, Leo Prima Putra mengaku Kaffein tidak pernah sepi dari pengunjung.
Terlebih lagi di saat week end . “Lokasi dan segmen pasarnya sangat tepat. Makanya, kafe ini tidak pernah sepi. Kebetulan kafe ini dekat dengan sejumlah kampus eperti ITM, UISU dan UMSU,” ungkapnya. Seiring meningkatnya roda ekonomi di kawasan tersebut ikut mendongkrak nilai investasi di kawasan tersebut. Leo Prima Putra mengungkapkan terbukti harga sewa gedung kafe tersebut naik 15%.
“Tahun pertama, kami mengontrak rumah yang kami renovasi jadi kafe ini seharga Rp100 juta dan sekarang sudah naik 15%. Bila harganya cocok, kami mau membelinya, itupun kalau dijual oleh si pemilik rumah,” paparnya. Di sisi lain, upaya pemerintah dalam menata dan membina pelaku usaha di kawasan tersebut masih sangat minim. Padahal, bila sejumlah kawasan di Kota Medan yang memiliki potensi ekonomi dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin dapat mendatangkan pendapatan baru bagi Pemko Medan.
Menanggapi hal itu, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan, M Ishak mengungkapkan peran pemerintah sangat diharapkan untuk melakukan pembinaan, khususnya terhadap pemilik kafe. “Peran pemerintah bisa dalam bentuk aturan. Pemerintah seharusnya membuat aturan jam operasional kafe tersebut, jangan sampai keberadaan kafe-kafe tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar,” paparnya.
Mengingat, M Ishak menambahkan sebagai salah satu kota metropolitan, Medan harus mengutamakan kenyamanan dan keamanan masyarakatnya. “Selama Kota Medan aman dan nyaman, maka bisnis- bisnis seperti itu akan menjamur dan akan lebih banyak lagi lokasi mati akan berubah fungsi menjadi kawasan ekonomi yang baik,” jelasnya.
Menurut M Ishak menjamurnya sebuah bisnis di kawasan tertentu dikarenakan masyarakatnya membutuhkan kehadiran bisnis tersebut. Seperti kafe di kawasan Jalan Dr Mansyur, Medan. M Ishak menambahkan peluang bisnis kafe bisa bertahan lama selama status metropolitan yang disandang Kota Medan tidak pudar.
“Seperti kawasan di Jalan Dr Mansyur, Medan. Lokasi kampus USU menjadi peluang bagi pengusaha untuk membuka kafe di sana. Segmen pasarnya pasti mahasiswa. Karena mahasiswa suka nongkrong di kafe. Peluang bisnis ini sangat baik dan akan bertahan lama, tergantung Kota Medan masih aman dan nyaman,” pungkasnya.
Dicky irawan
Daerah ini dulunya hanya dijadikan sebagai jalan perlintasan dari Kota Medan menuju Berastagi, Kabupaten Karo. Saat ini lokasi tersebut telah berkembang menjadi kawasan bisnis. Mulai dari kafe, hotel, hingga pusat perbelanjaan hadir di kawasan tersebut. Bahkan ada juga hotel bintang tiga, yaitu Sofian Saka Hotel.
Hotel yang didirikan pada 2011 saat ini sangat diminati masyarakat. Pemilik Sofian Saka Hotel, Akbar Himawan Buchari mengungkapkan, dipilihnya Jalan Gagak Hitam untuk mendirikan hotel karena memiliki potensi bisnis besar. Salah satu alasannya, Jalan Gagak Hitam merupakan jalan lingkar Kota Medan. “Jadi, potensi kawasan itu berkembang pasti ada. Makanya, saya nekat bangun hotel di kawasan tersebut.
Walau tiga tahun pertama belum terlihat adanya perkembangan, namun lambat laun potensi perkembangan itu sudah mulai tampak,” paparnya. Akbar mengaku butuh kesabaran dalam merintis usaha tersebut. Terlebih lagi, kawasan itu dulunya seperti kawasan mati. “Tiga tahun pertama, saya melihat kawasan tersebut belum terbentuk suasana. Hingga saat ini, barulah terlihat peluang usaha saya berkembang.
Saat ini, occupancy hotel saya rata-rata mencapai 75%,” ujarnya. Meningkatnya tingkat hunian di hotel tersebut, menurut Akbar, dipicu animo masyarakat yang cendrung memilih hotel di pinggir kota. Mengingat, tingkat kebisingan di kawasan inti kota sudah sangat tinggi. “Hotel di pinggir kota, seperti di kawasan Jalan Gagak Hitam ini jadi alternatif,” paparnya.
Berkembangnya kawasan Jalan Gagak Hitam, Medan membuat nilai investasi di kawasan tersebut bertambah. Khususnya, nilai jual tanah dan bangunan di kawasan tersebut ikut naik. Akbar Himawan Buchari mengungkapkan nilai investasi di kawasan Jalan Gagak Hitam, Medan tergolong cepat.
Mengingat, kawasan tersebut pun cepat berkembang dan tidak sedikit hotel dan pusat usaha bisnis yang telah buka di kawasan tersebut. “Nilai investasi kawasan JalanGagakHitam, Medanterus meningkat. Hal itu didorong oleh pembangunan properti yang mengarah ke sana. Seperti hargatanah, hargajualnya sudah naik 20% saat ini,” tuturnya. Kedepannya, Akbar Himawan Buchari memprediksi kawasan tersebut akan menjadi salah satu pusat bisnis di Kota Medan.
Tidak hanya terdapat puluhan pusat kuliner, bahkan sejumlah hotel dan mal pun sudah beroperasi di kawasan tersebut sejak 2014. “Saya membaca ada peluang ke arah sana, peluangnya sangat signifikan. Bukan tidak mungkin kawasan Jalan Gagak Hitam ini menjadi pusat bisnis, one stop shopping bagi warga Kota Medan dan menjadi destinasi wisata kota bagi wisatawan lokal dan asing setiap kali berkunjung ke Kota Medan,” pungkasnya.
Begitu juga di kawasan Jalan Halat, Medan. Saat ini, puluhan pusat jajanan kuliner yang menydiakan makanan lokal hingga western food tersedia di kawasan tersebut. Pertumbuhan sejumlah kafe di kawasan itu seperti jamur di musim hujan. Tidak usah heran bila setiap malam minggu, lalu lintas di kawasan tersebut sangat ramai. Bahkan pengunjung kafe sampai memarkirkan kenderaannya di badan jalan.
Roda ekonomi di kawasan Jalan Halat Medan pun seolah tidak pernah mati. Terbukti, hinggapagi dinihari, hilir mudik kendaraan dan riuh suara pengunjung kafe masih saja terdengar. Tidak heran bila sejumlah mini market di kawasan itu beroperasi selama 24 jam. Pemilik kafe Kaffein di Jalan Halat, Leo Prima Putra mengungkapkan, bukan sekedar mengikuti tren.
Dia melihat pangsa pasar remaja yang besar karena suka menghabiskan waktu di kafesangat besar. Hal itulah yang menjadi alasan Leo Prima Putra membuka kafe di kawasan tersebut. Untuk menarik minat pengunjung sebanyak-banyaknya, Kaffein pun memfasilitasi cafenya dengan perangkat wifi , acoustic live music, dan layar raksasa sebagai sarana nonton bareng.
“Wajar saja bila kawasan Jalan Halat saat ini dikenal sebagai kawasan yang tak pernah tidur. Soalnya, sejumlah kafe menyediakan fasilitas yang lengkap sehingga membuat pengunjungnya betah,” paparnya. ejak dibuka pada 2013 lalu, Leo Prima Putra mengaku Kaffein tidak pernah sepi dari pengunjung.
Terlebih lagi di saat week end . “Lokasi dan segmen pasarnya sangat tepat. Makanya, kafe ini tidak pernah sepi. Kebetulan kafe ini dekat dengan sejumlah kampus eperti ITM, UISU dan UMSU,” ungkapnya. Seiring meningkatnya roda ekonomi di kawasan tersebut ikut mendongkrak nilai investasi di kawasan tersebut. Leo Prima Putra mengungkapkan terbukti harga sewa gedung kafe tersebut naik 15%.
“Tahun pertama, kami mengontrak rumah yang kami renovasi jadi kafe ini seharga Rp100 juta dan sekarang sudah naik 15%. Bila harganya cocok, kami mau membelinya, itupun kalau dijual oleh si pemilik rumah,” paparnya. Di sisi lain, upaya pemerintah dalam menata dan membina pelaku usaha di kawasan tersebut masih sangat minim. Padahal, bila sejumlah kawasan di Kota Medan yang memiliki potensi ekonomi dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin dapat mendatangkan pendapatan baru bagi Pemko Medan.
Menanggapi hal itu, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan, M Ishak mengungkapkan peran pemerintah sangat diharapkan untuk melakukan pembinaan, khususnya terhadap pemilik kafe. “Peran pemerintah bisa dalam bentuk aturan. Pemerintah seharusnya membuat aturan jam operasional kafe tersebut, jangan sampai keberadaan kafe-kafe tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar,” paparnya.
Mengingat, M Ishak menambahkan sebagai salah satu kota metropolitan, Medan harus mengutamakan kenyamanan dan keamanan masyarakatnya. “Selama Kota Medan aman dan nyaman, maka bisnis- bisnis seperti itu akan menjamur dan akan lebih banyak lagi lokasi mati akan berubah fungsi menjadi kawasan ekonomi yang baik,” jelasnya.
Menurut M Ishak menjamurnya sebuah bisnis di kawasan tertentu dikarenakan masyarakatnya membutuhkan kehadiran bisnis tersebut. Seperti kafe di kawasan Jalan Dr Mansyur, Medan. M Ishak menambahkan peluang bisnis kafe bisa bertahan lama selama status metropolitan yang disandang Kota Medan tidak pudar.
“Seperti kawasan di Jalan Dr Mansyur, Medan. Lokasi kampus USU menjadi peluang bagi pengusaha untuk membuka kafe di sana. Segmen pasarnya pasti mahasiswa. Karena mahasiswa suka nongkrong di kafe. Peluang bisnis ini sangat baik dan akan bertahan lama, tergantung Kota Medan masih aman dan nyaman,” pungkasnya.
Dicky irawan
(bhr)