Siapapun Bisa Menjadi Jurnalis

Senin, 02 Maret 2015 - 11:10 WIB
Siapapun Bisa Menjadi...
Siapapun Bisa Menjadi Jurnalis
A A A
BANDUNG - Kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat membuat siapapun kini bisa menjadi seorang jurnalis. Hanya dengan berbekal smart phone atau perangkat yang memiliki koneksi internet, siapa pun dapat saling berbagi informasi dengan masyarakat luas.

Hal itu terungkap dalam Work shop Creative Jurnalistik yang digelar KORAN SINDO JABAR dalam acaraTry Out Movie Akbar 2015 di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Jalan Siliwangi, Kota Bandung, kemarin. Dalam workshop tersebut hadir Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Pung Purwanto sebagai pembicara dan Redaktur Pelaksana KORAN SINDO JABAR Slamet Parsono sebagai moderator.

Pung menuturkan, keberadaan media sosial kini menjadi pintu yang terbuka lebar bagi siapa pun untuk berinteraksi dengan dunia jurnalistik. Melalui media sosial seperti twitter, facebook, ataupun instagram, siapa pun dapat melaporkan kejadian dan peristiwa yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

“Merekam fakta di lapangan kemudian up date foto melalui media sosial, itu bagian dari pekerjaan seorang jurnalis. Semua orang yang punya smart phone atau mengakses internet dari perangkatnya, dia pasti berinteraksi dengan dunia jurnalistik,” tutur Pung di hadapan puluhan siswa SMA se-Bandung Raya.

Menurut Pung, perkembangan teknologi kini telah memberikan kemudahan bagi siapapun untuk menjadi seorang jurnalis. Masyarakat luas pun bisa memenuhi ruang-ruang di media sosial untuk saling berbagi informasi. Namun demikian, kata Pung, keberadaan media cetak tetap menjadi rujukan masyarakat di tengah banyaknya informasi yang beredar di media sosial. Berbeda dengan media sosial, media cetak memilik serangkaian proses verifikasi yang menjadikan informasi yang disajikan lebih teruji kebenarannya.

“Berita wartawan dari lapangan kan dikirim untuk di edit oleh redaktur. Dari situ di cek sumbernya, benar apa tidak, tulisannya rapih apa tidak, logika berfikirnya seperti apa. Nah dari situ masuk ke editor bahasa, bahasanya enak apa tidak. Setelah diverifikasi, pemimpin redaksi akan menentukan apakah layak atau tidak diturunkan menjadi berita. Jadi kenapa koran yang dianggap sebagai media jadul masih menjadi patokan, tentu alasannya karena melewati serangkaian proses verifikasi yang luar biasa,” paparnya.

Pung juga mengatakan, profesi seorang jurnalis masih menjadi profesi yang menarik di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini. Setidaknya, sebut Pung, ada tiga hal yang membuat profesi seorang jurnalis menjadi sangat menarik. Pertama, jurnalis adalah profesi yang cukup menantang.

Perkembangan teknologi informasi menuntut seorang jurnalis mampu membedakan informasi yang dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya dan informasi hoax (berita bohong). Hal itulah yang menjadi tantangan seorang jurnalis untuk memiliki indera (sense) untuk membedakan informasi benar dan bohong.

“Sering kan kita mendapatkan berita yang tidak benar dari broadcast message. Kalau jadi jurnalis dia akan tahu mana informasi yang benar dan tidak,” jelasnya. Selain itu, lanjut Pung, profesi jurnalis menjadi sangat menarik karena seorang jurnalis akan selalu menjadi orang yang pertama tahu tentang sebuah informasi.

Oleh karena itu, seorang jurnalis harus jujur dalam melaporkan setiap berita yang ditulisnya. “Profesi jurnalis ini tidak kalah mulia dengan profesi dokter ataupun perawat. Jurnalis juga menolong orang, namun dalam hal yang lain. Jadi ada misi mulia yang luar biasa dari diri seorang jurnalis. Selain meningkatkan karier, seorang jurnalis juga punya peran untuk memperbaiki kehidupan masyarakat,” katanya.

Tidak hanya itu, Pung juga menyebutkan, seorang Jurnalis dapat berperan sebagai apapun. Selain melalui jenjang karier, seorang jurnalis dapat menjadi seorang penulis, pembicara, bahkan konsultan sekalipun. “Kalau expert di dunia seni misalnya, dia dapat memberikan opini untuk sebuah lukisan. Itu bayarannya jutaan, gak main main,” sebutnya.

Di balik menariknya profesi jurnalis, seorang jurnalis pun dituntut harus harus selalu siap dalam menjalankan tugas peliputan. “Ini awalnya duka, tapi akan menjadi sesuatu yang berkah. Profesi jurnalis akan menjadikan orang dengan pribadi yang sigap. Orang yang terbiasa menghadapi masalah 24 jam. Kita ditempa untuk menghadapi krisis yang pada akhirnya menjadikan generasi menjadi lebih kuat,” tandasnya.

Puluhan siswa SMA yang hadirpun tampak antusias mengikuti jalannya workshop yang berlangsung selama sekitar satu jam itu. Seperti diungkapkan siswa kelas XII SMA Angkasa Lanud Saulaeman Ariq, 17. Dia mengaku sangat antusias mengikuti acara workshop ini.

“Saya memang sengaja datang ke workshop ini untuk memperkaya pengetahuan saya soal jurnalistik karena saya kan suka nulis di blog. Jadi sangat menarik minat saya untuk memperdalam ilmu jurnalistik,” ujarnya.

Dian rosadi
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1012 seconds (0.1#10.140)