Enggan Terpenjara dalam Teori

Minggu, 22 Februari 2015 - 11:06 WIB
Enggan Terpenjara dalam...
Enggan Terpenjara dalam Teori
A A A
PEREMPUAN sering dikonotasikan dengan sifat lemah lembut, gemulai, dan pemalu. Sehingga, ketika ada anak perempuaan yang berpenampilan tomboi - berkelakukan seperti lelaki- tak jarang dicap nakal dan menyalahi kodrat.

Namun, anggapan miring tersebut tentu bukan pembenaran untuk mendeskripsikan seorang perempuan tomboi.

Hal itu pernah dialami Neng Hannah, dosen Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung yang selama ini dikenal aktif menyikapi berbagai isu gender. Perilaku tomboi yang melekat dalam diri perempuan kelahiran Rangkasbitung, 24 Juli 1979 itu berawal dari keisengannya untuk cari perhatian dari orangtuanya.

Hannah sengaja melakukan itu lantaran cemburu atas perlakuan sang ayah yang dinilainya lebih perhatian kepada adik lakilakinya yang usianya hanya terpaut setahun. “Karena ingin diperhatikan oleh ayah, saya selalu caper (cari perhatian). Melakukan apapun yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki, seperti memanjat, larilari dan kebiasaan anak laki-laki lainnya. Pokoknya mahtomboi abis lah,” kata Hannah.

Sifat tomboi dalam diri Hannah semasa gadis terus melekat hingga saat dia bersuami dan memiliki tiga orang anak. Tapi disadari atau tidak, berkat ketomboiannya itu Hanna mampu menuangkan ide-ide dan pemikiran yang berguna untuk umum, khususnya terkait isu perempuan. Pengejewantahan sifat tomboi Hannah ke dalam bentuk ide, diawali ketika masih berstatus sebagai mahasiswi UIN Bandung.

Dalam setiap diskusi yang diikutinya, hampir bisa dipastikan Hannah selalu maju sebagai orang yang berani menyampaikan pendapat, meskipun itu berbeda dengan pendapat peserta diskusi pada umumnya. Tentunya keberanian itu disertai dengan dalil-dalil yang argumentatif. Tapi dia tak mau terpenjara dalam ruang diskusi yang baginya hanya akan menjadi ruang berdebat tanpa menghasilkan solusi nyata.

Hannah pun berani menunjukan identitasnya langsung ke lapangan untuk menguji semua teori yang selama ini termuat dalam buku. “Ada seorang teman yang mengajak untuk turun langsung, tidak hanya berkutat pada diskusi saja. Saat itu 2006, Saya bersama teman bertemu dan melakukan pendampingan kepada seorang ibu yang menjadi korban ketidakadilan. Dari sana lah, saya berprinsip bahwa teori (tentang) perempuan itu nggakada artinya jika tidak ada tindakan,” tegas Hanah yang juga pernah menjabat sebagai Direktur LSM Research of Environment and Self Independent Capacity(RESIC) periode 2008-2011.

Berbagai macam permasalahan yang dialami oleh kaum perempuan, baik dalam rumah tangga, termasuk di dalamnya kekerasan seks maupun ranah publik seperti kemiskinan, pekerja seks komersial, human traffickingdan lain-lain, tidak lepas dari sentuhan Hannah. Sebagian waktunya selama ini selalu dia berikan kepada mereka yang menjadi korban.

Selain itu, ibu yang biasa dipanggil Mimi oleh anak-anaknya itu juga gencar melakukan sosialisasi sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus-kasus diskriminasi yang dialami oleh kaum perempuan. Workshop, talkshowdi sejumlah radio, adalah beberapa contoh aktivitas yang dilakukan oleh Hannah dalam rangka mengikis kasus-kasus penindasan terhadap kaum hawa.

Dari sederet permasalahan yang dialami oleh kaum perempuan, kasus penjualan manusia hingga saat ini masih mendominasi di kalangan perempuan. Hal itu berdasarkan hasil penelitian dan pendampingan yang dilakukan Hannah bersama rekan-rekannya. Bagi Hannah, banyak hal yang menjadi faktor dari maraknya kasus traffickingtersebut.

“Hal itu diakibatkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah, pernikahan dini yang berujung perceraian dan budaya yang mengakar di masyarakat kita, yakni adanya anggapan bahwa anak perempuan adalah aset bagi keluarga,” tegas Hannah yang juga aktif sebagaiBloggeritu.

Pencerahan-pencerahan tentang isu genderdari perempuan murah senyum ini, tidak hanya dilakukan dalam sebuah forum yang serius, seperti di dalam kampus, workshopatau sejumlah seminar dan pendampingan. Hannah juga rajin berbagi pengetahuan tentang dunia perempuan di blog pribadinya.

Inin nastain
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7708 seconds (0.1#10.140)