196 Warga Karanganyar Diungsikan Karena Banjir
A
A
A
KARANGANYAR - Sebanyak 196 warga dari dua dusun di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Karanganyar diungsikan ke tempat yang lebih aman karena luapan Sungai Bengawan Solo.
Luapan Bengawan Solo mulai terjadi Jumat dini hari (20/2/2015). Sebab sejak siang hingga malam, hujan deras mengguyur wilayah Karanganyar dan sekitarnya.
Luapan air kemudian menggenangi Dusun Daleman dan Jomboran yang letaknya berada di pinggiran sungai.
Sekitar pukul 01.30 WIB, warga mulai mengungsi karena air sudah mencapai ketinggian sekitar ½ meter.
“Yang letaknya dekat sungai, luapan air ada yang mencapai dua meter. Sedangkan yang agak jauh sekitar ½ meter,” kata Mulani salah satu warga Dusun Daleman.
Warga mengungsi ke rumah warga yang aman dari banjir serta tenda-tenda pengungsian yang didirikan tim SAR dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar.
Sekitar pukul 09.00 WIB, air yang merendam pemukiman mulai surut. Warga secara berangsur angsur kembali ke rumahnya untuk bersih bersih.
Sebab air yang masuk ke rumah bercampur lumpur. Jika tidak segera dibersihkan, lumpur menjadi lengket. Luapan Bengawan Solo merupakan hal yang biasa bagi warga Dusun Daleman dan Jomboran.
Sebab hampir setiap tahun, mereka mengalami kejadian seperti ini. Sehingga, upaya antisipasi telah dilakukan sejak awal.
Mereka juga sudah tahu harus berbuat apa ketika sungai terpanjang di pulau Jawa itu mulai meluap.
Diantaranya dengan membuat rak-rak khusus di bawah atap. Ketika banjir datang, semua barang berharga disimpan di tempat itu.
Ketua RT 7 RW 6 Dusun Daleman, Budi Hari Satoto mengatakan, warga yang menjadi korban banjir tetap bersiaga meski air mulai surut.
Sebab sewaktu waktu air Bengawan Solo kembali meluap. Persoalan yang muncul pasca banjir yang dihadapi biasanya adalah ketersediaan air bersih. Sebab sumur milik warga menjadi kotor setelah kemasukan air bercampur lumpur.
“Kalau bantuan logistik sudah ada, tapi untuk persediaan air bersih mohon dibantu,” harap Budi.
Keruhnya air biasanya berlangsung hingga dua hari ke depan. Warga di wilayahnya rata-rata masuk kategori kurang mampu.
Namun sejauh ini belum tercover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta tidak mendapat jatah beras miskin (Raskin).
Sedangkan mata pencahariannya sebagian besar sebagai buruh. Hanya dua KK yang sudah terdaftar sebagai keluarga sasaran raskin. Budi mengaku sudah mengusulkan warganya untuk mendapatkan fasilitas tersebut.
Luapan Bengawan Solo mulai terjadi Jumat dini hari (20/2/2015). Sebab sejak siang hingga malam, hujan deras mengguyur wilayah Karanganyar dan sekitarnya.
Luapan air kemudian menggenangi Dusun Daleman dan Jomboran yang letaknya berada di pinggiran sungai.
Sekitar pukul 01.30 WIB, warga mulai mengungsi karena air sudah mencapai ketinggian sekitar ½ meter.
“Yang letaknya dekat sungai, luapan air ada yang mencapai dua meter. Sedangkan yang agak jauh sekitar ½ meter,” kata Mulani salah satu warga Dusun Daleman.
Warga mengungsi ke rumah warga yang aman dari banjir serta tenda-tenda pengungsian yang didirikan tim SAR dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar.
Sekitar pukul 09.00 WIB, air yang merendam pemukiman mulai surut. Warga secara berangsur angsur kembali ke rumahnya untuk bersih bersih.
Sebab air yang masuk ke rumah bercampur lumpur. Jika tidak segera dibersihkan, lumpur menjadi lengket. Luapan Bengawan Solo merupakan hal yang biasa bagi warga Dusun Daleman dan Jomboran.
Sebab hampir setiap tahun, mereka mengalami kejadian seperti ini. Sehingga, upaya antisipasi telah dilakukan sejak awal.
Mereka juga sudah tahu harus berbuat apa ketika sungai terpanjang di pulau Jawa itu mulai meluap.
Diantaranya dengan membuat rak-rak khusus di bawah atap. Ketika banjir datang, semua barang berharga disimpan di tempat itu.
Ketua RT 7 RW 6 Dusun Daleman, Budi Hari Satoto mengatakan, warga yang menjadi korban banjir tetap bersiaga meski air mulai surut.
Sebab sewaktu waktu air Bengawan Solo kembali meluap. Persoalan yang muncul pasca banjir yang dihadapi biasanya adalah ketersediaan air bersih. Sebab sumur milik warga menjadi kotor setelah kemasukan air bercampur lumpur.
“Kalau bantuan logistik sudah ada, tapi untuk persediaan air bersih mohon dibantu,” harap Budi.
Keruhnya air biasanya berlangsung hingga dua hari ke depan. Warga di wilayahnya rata-rata masuk kategori kurang mampu.
Namun sejauh ini belum tercover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta tidak mendapat jatah beras miskin (Raskin).
Sedangkan mata pencahariannya sebagian besar sebagai buruh. Hanya dua KK yang sudah terdaftar sebagai keluarga sasaran raskin. Budi mengaku sudah mengusulkan warganya untuk mendapatkan fasilitas tersebut.
(sms)